USD Menguat, Industri Makanan dan Minuman Terjepit

Rabu, 16 September 2015 - 18:01 WIB
USD Menguat, Industri Makanan dan Minuman Terjepit
USD Menguat, Industri Makanan dan Minuman Terjepit
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPPMI) Adhi Lukman mengatakan, industri makanan dan minuman (mamin) agak terseok karena dampak dari menguatnya dolar Amerika Serikat (USD), yang berpengaruh ke harga bahan baku.

Pasalnya, mayoritas bahan baku yang digunakan hasil impor. Sementara pengusaha terjepit untuk menaikkan harga di tengah kondisi ekonomi yang lesu saat ini.

"Jadi ketika kondisinya seperti ini, kita memang sulit,‎ kita tidak mudah naikkan harga dengan situasi melemah. Lebih baik industri mamin kelola marjin, otomatis akan ada pengurangan profit dan ini akan lebih baik ketimbang naikkan harga tapi penjualan turun. Ini pertimbangannya," kata dia di Rakernas Kadin, Jakarta, Rabu (16/9/2015)

Adhi menyebut, beberapa komponen bahan baku yang masih dibeli dalam mata uang US, misalnya susu dan gula.

"Kita misalnya industri bahan baku jus itu 70% impor, kedelai dan susu itu 70% impor. Jadi masih banyak sekali bahan pokok kita yang masih impor," katanya.

Oleh karena itu, Adhi mengatakan, pihaknya ingin mengusulkan kepada pemerintah untuk memperkuat manufaktur dari hulu sampai level setengah jadi.

"Ini yang diperkuat, kelihatannya pemerintah akan setuju perkuat di sana makannya tadi Pak Menko Perekonomian Darmin sudah ngomong fokus di manufaktur hulu sampai ke level setengah jadi," pungkasnya.

(Baca: Pengusaha Makanan Berharap Banyak dari Paket September I)
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6420 seconds (0.1#10.140)