Pelemahan Rupiah Timbulkan Persepsi Negatif untuk Investor

Rabu, 30 September 2015 - 03:46 WIB
Pelemahan Rupiah Timbulkan...
Pelemahan Rupiah Timbulkan Persepsi Negatif untuk Investor
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang masih menunjukkan tren pelemahan membentuk persepsi negatif bagi kondisi investasi di dalam negeri. Kebijakan yang komprehensif atau tidak parsial diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat dan menumbuhkan keyakinan bagi investasi asing untuk masuk.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Abiprayadi Riyanto mengatakan fluktuasi rupiah yang terus terjadi masih menjadi sentimen negatif untuk menghalangi masuknya investor untuk mendorong perekonomian Indonesia.

Persepsi negatif yang terbangun saat ini di kalangan investor didorong oleh pelemahan rupiah yang belum mendapat titik cerah penguatan meskipun banyak peminat yang ingin menanamkan dananya. "Banyak sebenarnya investor ingin masuk ke pasar modal atau obligasi namun persepsi negatif terus ada akibat pelemahan rupiah," ujar Abipriyadi saat ditemui di Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Dia mengatakan para investor tidak mengkhawatirkan besarnya nilai rupiah yang ideal namun lebih kepada tren berhentinya fluktuasi rupiah. Selain itu, melihat strategi dan kebijakan yang komprehensif dari pemerintah untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar dan mendorong tingkat konsumsi atau daya beli masyarakat. Karena meskipun diberikan bantuan langsung tunai namun tidak menjadi berarti apabila ternyata justru ditabung.

"Dengan kebijakan relaksasi pajak diharapkan konsumsi meningkat. Kondisi ini yang menandakan optimisme pertumbuhan ekonomi dan investasi akan masuk. Kita yakin pemerintah sudah menyiapkan rencana yang saling terkait satu sama lainnya" terangnya.

Sementara Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad menanggapi pelemahan rupiah masih dalam batasan aman untuk perbankan domestik. Menurutnya, perbankan masih dalam keadaan baik dengan indikator kecukupan modal yang masih tinggi. Kondisi ini berarti likuiditas perbankan tetap terjaga.

"Namun demikian kita tetap melakukan pengawasan untuk meyakinkan kondisi tab bisa terus dipertahankan," ujar Muliaman. (Baca: Ini Langkah Jokowi Tekan PHK)

Senada dengan itu Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon juga mengaku belum melakukan koreksi target pertumbuhan kredit sejauh ini. Pihaknya masih berpegang pada target pertumbuhan perbankan sebesar 13%.

"Kalau kita lihat, belanja pemerintah beberapa bulan terakhir ini sudah lumayan lancar. Mudah mudahan itu signifikan pengaruhnya ke pertumbuhan ekonomi, dan berkontribusi kepada permintaan kredit perbankan," ujar Nelson, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan faktor ketidakpastian kenaikan FFR membuat mata uang Asia, termasuk rupiah, jadi mudah bergejolak. Terlebih hal ini semakin parah karena sentimen positif dari domestik yang nyaris tidak ada sama sekali.

"Sehingga di tengah ketidakpastian soal FFR, ada baiknya pemerintah memberikan sentimen positif ke pasar. Ini penting mempertebal kepercayaan pelaku pasar yang berujung meredakan kepanikan pasar," ujarnya.

Dia melanjutkan, sejalan dengan itu pemerintah disebutnya harus jalankan paket ekonomi jilid 1 agar memberikan dampak langsung ke sektor riil. Menurutnya pasar butuh aksi nyata, bukan hanya janji tanpa realisasi.

"Bahkan sangat penting juga untuk mengurangi atau menghilangkan kegaduhan di dalam negeri yang tidak perlu. Tunjukkan bahwa pemerintah solid dan kompak dari atas dan bawah," imbuhnya.

Di tengah situasi ekonomi global yang kurang kondusif, lanjut Ryan, pemerintah harus lebih aktif berperan mendorong perekonomian. Namun, banyaknya pembangunan infrastruktur yang terhambat serta janji perbaikan layanan ekspor impor justru tampak belum bisa diatasi pemerintah dengan baik.

Baca juga:

Ini Isi Paket Kebijakan Ekonomi September II Jokowi

Jokowi Kesal Menterinya Tak Punya Terobosan Investasi

Jokowi Berharap Paket Ekonomi September II Lebih Nendang
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5940 seconds (0.1#10.140)