Menperin Akui Pelaku IKM Paling Ulet dan Inovatif
A
A
A
PADANG - Kreativitas dan kegigihan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) diakui sekaligus diapresiasi oleh pemerintah. Mereka sigap memberi sentuhan artistik dan cepat beradaptasi dengan kondisi pasar.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengungkapkan hal itu usai berbincang dengan pelaku IKM yang mengikuti pameran Visualisasi Temuan Inovasi Gugus Kendali Mutu di Padang, 10 September 2015.
"Di Bali, saya bertemu dengan perajin muda yang mengolah cangkang kerang menjadi kerajinan lampu. Kemarin di Rote, ada mama-mama penenun yang memakai kelapa dan damar merah. Sekarang di Padang, karya inovatif dari IKM-IKM seluruh Indonesia semakin membuktikan keunggulan pelaku usaha," katanya.
Inovasi-inovasi itu juga dimungkinkan oleh pola interaksi langsung IKM dengan pembeli, baik pemakai akhir atau pengusaha yang menjadi mitra mereka. Kemenperin melalui satuan kerja di daerah seperti Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) dan lembaga pendidikan pelatihan juga melakukan pendampingan.
Bagi pemerintah daerah, penguatan kemampuan IKM dinilai memicu pemanfaatan potensi sumber daya alam dan budaya lebih lanjut.
"Khusus untuk konvensi GKM di Padang ini menunjukkan Kementerian Perindustrian sangat fokus pada peningkatan kualitas IKM," kata Penjabat Gubernur Sumatera Barat, Reydonnyzar Moenek.
Pada Agustus lalu, di Sumbar digelar Sawahlunto Internasinal Songket Festival (SISCA) untuk mengangkat nama produk industri kreatif. Kontribusi IKM tercatat sebesar 34,56% terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas secara keseluruhan.
Merujuk data BPS 2014, terdapat 3,5 juta unit usaha IKM yang merupakan 90% dari total unit usaha industri nasional. Jumlah unit usaha tersebut mampu menyerap tenaga kerja 8,4 juta orang dan berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional.
Peningkatan kualitas dan kreativitas produksi IKM juga diyakini mampu memenangi persaingan ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku akhir tahun ini.
Akses modal juga dibuka lebih luas oleh pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi III yang memperluas pemberian kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan menurunkan bunga kredit usaha rakyat (KUR) 22% per tahun menjadi 12% per tahun dan pada tahun depan menyusut menjadi 9%.
Kemenperin membidik target penumbuhan populasi industri selama lima tahun ke depan yang cukup besar yaitu industri kecil sebanyak 20 ribu dan peningkatan skala usaha 4.500 industri kecil menjadi industri menengah dalam lima tahun.
Kunjungan ke Padang itu merupakan rangkaian kegiatan Menperin membuka Konvensi Nasional Gugus Kendali Mutu-Industri Kecil dan Menengah (GKM-IKM) yang digelar Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin.
Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah mengatakan, konvensi mempertemukan pembina, fasilitator GKM dan para pengusaha IKM serta anggota GKM-IKM di Indonesia guna memperkokoh komitmen terhadap mutu yang merupakan modal dasar untuk mampu berdaya saing dalam pasar bebas sekarang ini.
"Ujung tombak mutu proses dan hasil produksi adalah rekan-rekan fasilitator GKM yang nantinya membekali IKM lebih profesional," ujarnya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengungkapkan hal itu usai berbincang dengan pelaku IKM yang mengikuti pameran Visualisasi Temuan Inovasi Gugus Kendali Mutu di Padang, 10 September 2015.
"Di Bali, saya bertemu dengan perajin muda yang mengolah cangkang kerang menjadi kerajinan lampu. Kemarin di Rote, ada mama-mama penenun yang memakai kelapa dan damar merah. Sekarang di Padang, karya inovatif dari IKM-IKM seluruh Indonesia semakin membuktikan keunggulan pelaku usaha," katanya.
Inovasi-inovasi itu juga dimungkinkan oleh pola interaksi langsung IKM dengan pembeli, baik pemakai akhir atau pengusaha yang menjadi mitra mereka. Kemenperin melalui satuan kerja di daerah seperti Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) dan lembaga pendidikan pelatihan juga melakukan pendampingan.
Bagi pemerintah daerah, penguatan kemampuan IKM dinilai memicu pemanfaatan potensi sumber daya alam dan budaya lebih lanjut.
"Khusus untuk konvensi GKM di Padang ini menunjukkan Kementerian Perindustrian sangat fokus pada peningkatan kualitas IKM," kata Penjabat Gubernur Sumatera Barat, Reydonnyzar Moenek.
Pada Agustus lalu, di Sumbar digelar Sawahlunto Internasinal Songket Festival (SISCA) untuk mengangkat nama produk industri kreatif. Kontribusi IKM tercatat sebesar 34,56% terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas secara keseluruhan.
Merujuk data BPS 2014, terdapat 3,5 juta unit usaha IKM yang merupakan 90% dari total unit usaha industri nasional. Jumlah unit usaha tersebut mampu menyerap tenaga kerja 8,4 juta orang dan berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional.
Peningkatan kualitas dan kreativitas produksi IKM juga diyakini mampu memenangi persaingan ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku akhir tahun ini.
Akses modal juga dibuka lebih luas oleh pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi III yang memperluas pemberian kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan menurunkan bunga kredit usaha rakyat (KUR) 22% per tahun menjadi 12% per tahun dan pada tahun depan menyusut menjadi 9%.
Kemenperin membidik target penumbuhan populasi industri selama lima tahun ke depan yang cukup besar yaitu industri kecil sebanyak 20 ribu dan peningkatan skala usaha 4.500 industri kecil menjadi industri menengah dalam lima tahun.
Kunjungan ke Padang itu merupakan rangkaian kegiatan Menperin membuka Konvensi Nasional Gugus Kendali Mutu-Industri Kecil dan Menengah (GKM-IKM) yang digelar Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin.
Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah mengatakan, konvensi mempertemukan pembina, fasilitator GKM dan para pengusaha IKM serta anggota GKM-IKM di Indonesia guna memperkokoh komitmen terhadap mutu yang merupakan modal dasar untuk mampu berdaya saing dalam pasar bebas sekarang ini.
"Ujung tombak mutu proses dan hasil produksi adalah rekan-rekan fasilitator GKM yang nantinya membekali IKM lebih profesional," ujarnya.
(izz)