Harga Tanah Melangit Sulitkan Pengembang Perumahan Bersubsidi
A
A
A
SEMARANG - Harga tanah yang semakin mahal menyulitkan pengembang perumahan sederhana bersubsidi atau perumahan dengan Fasilitas Liquiditas Pembiayaan Perbankan (FLPP).
Akibatnya, banyak pengembang perumahan sederhana tidak begitu tertarik membangun rumah bersubsidi. Mereka lebih memilih membangun rumah komersial, meski harganya lebih mahal.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang, Joko Santoso mengatakan, harga tanah di wilayah Jawa Tengah saat ini terus mengalami kenaikan. Untuk mendapatkan tanah dengan harga di kisaran Rp100-Rp200 ribu per meter, sudah susah.
Padahal, kata Dia, untuk membangun perumahan FLPP, harga tanah sangat mempengaruhi. Jika harga tanah sudah lebih dari Rp200 ribu per meter, untuk membangun rumah sederhana sudah tidak memungkinkan.
“Memang masih ada harga tanah yang murah tapi, sudah sangat terbatas dan rata-rata tidak ada fasilitas jalan,” ujarnya, Jumat (27/11/2015).
Joko menuturkan, kondisi tersebut menjadi salah satu faktor lambatnya pembangunan rumah sederhana di Jawa Tengah. Hingga saat ini, pembangunan rumah sederhana di Jawa Tengah masih jauh dari target.
Total pembangunan rumah pada tahun ini termasuk di dalamnya rumah komersial dan rumah sederhana baru mencapai 6.000 unit. Padahal, targetnya 16 ribu rumah sederhana terbangun di Jawa Tengah pada program satu juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden.
"Dari awal tahun hingga saat ini jumlah rumah sederhana yang baru terbangun sebanyak 3.600 unit,” ujarnya.
Sebab itu, lanjut Joko, DPD REI Jateng mengusulkan kepada pemerintah supaya menaikkan harga rumah sederhana, menjadi Rp200 juta per unit. Harga Rp200 juta dianggap realistis.
Di sisi lain, menurutnya, konsumen saat ini juga menuntut rumah yang memiliki fasilitas lengkap. "Harga Rp200 juta per unit sudah sangat realistis, karena tentu dengan spek bangunan yang lebih bagus,” ujarnya.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Perumahan Rakyat Andi Kurniawan menambahkan, program percepatan pembangunan perumahan bisa berjalan dengan baik dan sesuai target jika ada campur tangan dari pemerintah setempat.
Setidaknya pemerintah, melakukan pemetaan wilayah-wilayah mana saja yang bisa digunakan untuk pembangunan rumah sederhana. “Paling tidak pemerintah membantu pemetaan lokasi mana saja yang harganya sekitar Rp200 ribuan per meter, dan sesuai tata ruang bisa dibangun perumahan,” tandasnya.
Akibatnya, banyak pengembang perumahan sederhana tidak begitu tertarik membangun rumah bersubsidi. Mereka lebih memilih membangun rumah komersial, meski harganya lebih mahal.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Tata Ruang, Joko Santoso mengatakan, harga tanah di wilayah Jawa Tengah saat ini terus mengalami kenaikan. Untuk mendapatkan tanah dengan harga di kisaran Rp100-Rp200 ribu per meter, sudah susah.
Padahal, kata Dia, untuk membangun perumahan FLPP, harga tanah sangat mempengaruhi. Jika harga tanah sudah lebih dari Rp200 ribu per meter, untuk membangun rumah sederhana sudah tidak memungkinkan.
“Memang masih ada harga tanah yang murah tapi, sudah sangat terbatas dan rata-rata tidak ada fasilitas jalan,” ujarnya, Jumat (27/11/2015).
Joko menuturkan, kondisi tersebut menjadi salah satu faktor lambatnya pembangunan rumah sederhana di Jawa Tengah. Hingga saat ini, pembangunan rumah sederhana di Jawa Tengah masih jauh dari target.
Total pembangunan rumah pada tahun ini termasuk di dalamnya rumah komersial dan rumah sederhana baru mencapai 6.000 unit. Padahal, targetnya 16 ribu rumah sederhana terbangun di Jawa Tengah pada program satu juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden.
"Dari awal tahun hingga saat ini jumlah rumah sederhana yang baru terbangun sebanyak 3.600 unit,” ujarnya.
Sebab itu, lanjut Joko, DPD REI Jateng mengusulkan kepada pemerintah supaya menaikkan harga rumah sederhana, menjadi Rp200 juta per unit. Harga Rp200 juta dianggap realistis.
Di sisi lain, menurutnya, konsumen saat ini juga menuntut rumah yang memiliki fasilitas lengkap. "Harga Rp200 juta per unit sudah sangat realistis, karena tentu dengan spek bangunan yang lebih bagus,” ujarnya.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Perumahan Rakyat Andi Kurniawan menambahkan, program percepatan pembangunan perumahan bisa berjalan dengan baik dan sesuai target jika ada campur tangan dari pemerintah setempat.
Setidaknya pemerintah, melakukan pemetaan wilayah-wilayah mana saja yang bisa digunakan untuk pembangunan rumah sederhana. “Paling tidak pemerintah membantu pemetaan lokasi mana saja yang harganya sekitar Rp200 ribuan per meter, dan sesuai tata ruang bisa dibangun perumahan,” tandasnya.
(dmd)