BI Waspadai Dampak Kenaikan Fed Rate ke Pasar Obligasi
A
A
A
JAKARTA - Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Dwityapoetra Soeyasa Besar menyebutkan faktor yang perlu diwaspadai oleh ekonomi domestik adalah potensi perbaikan kondisi Amerika Serikat yang memberikan ruang bagi Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga (Fed Rate).
Menurutnya arah kebijakan The Fed masih harus diwaspadai karena rencana kebijakan penyesuaian suku bunga sekitar 25 hingga 50 basis poin (bps) di Desember akan berlanjut pada bulan selanjutnya. Dia menerangkan kenaikan ini akan berdampak kepada pasar obligasi domestik yang berpotensi pelarian modal asing.
"Kalau Desember ada kenaikan sebesar itu, maka selanjutnya akan naik 1,25% pada bulan berikutnya. Meski kenaikan 50 bps sudah diproyeksikan, tapi Fed Rate tetap perlu diwaspadai. Kenaikan di tahap kedua perlu dilihat kecepatan dan besarannya yang bisa pengaruhi pasar obligasi," jelasnya di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Menurutnya sangat wajat apabila pasar domestik cemas karena sangat berat dari sisi fiskalnya, namun Dia yakin pemerintah sudah siap. "Kita harus yakin bila pembangunan infrastruktur harus tetap berjalan, meski investasi domestik lemah. Jadi semuanya tergantung kepada pemerintah," lanjutnya.
(Baca Juga: Ekonom: BI Harus Turunkan Suku Bunga Jika Fed Rate Naik)
Selain itu Dia juga menerangkan reformasi struktural masih harus dilakukan. Baginya ketika nilai tukar tidak bisa jadi daya saing untuk ekspor karena semua negara melemah, maka tinggal bagaimana Indonesia mendorong industri manufaktur. "Kalau itu bisa jadi salah satu suplai value chain, sehingga kita tidak perlu impor,"pungkasnya.
Menurutnya arah kebijakan The Fed masih harus diwaspadai karena rencana kebijakan penyesuaian suku bunga sekitar 25 hingga 50 basis poin (bps) di Desember akan berlanjut pada bulan selanjutnya. Dia menerangkan kenaikan ini akan berdampak kepada pasar obligasi domestik yang berpotensi pelarian modal asing.
"Kalau Desember ada kenaikan sebesar itu, maka selanjutnya akan naik 1,25% pada bulan berikutnya. Meski kenaikan 50 bps sudah diproyeksikan, tapi Fed Rate tetap perlu diwaspadai. Kenaikan di tahap kedua perlu dilihat kecepatan dan besarannya yang bisa pengaruhi pasar obligasi," jelasnya di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
Menurutnya sangat wajat apabila pasar domestik cemas karena sangat berat dari sisi fiskalnya, namun Dia yakin pemerintah sudah siap. "Kita harus yakin bila pembangunan infrastruktur harus tetap berjalan, meski investasi domestik lemah. Jadi semuanya tergantung kepada pemerintah," lanjutnya.
(Baca Juga: Ekonom: BI Harus Turunkan Suku Bunga Jika Fed Rate Naik)
Selain itu Dia juga menerangkan reformasi struktural masih harus dilakukan. Baginya ketika nilai tukar tidak bisa jadi daya saing untuk ekspor karena semua negara melemah, maka tinggal bagaimana Indonesia mendorong industri manufaktur. "Kalau itu bisa jadi salah satu suplai value chain, sehingga kita tidak perlu impor,"pungkasnya.
(akr)