Bandara Soetta Belum Butuh Tambahan Runway
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengatakan dalam meningkatkan pergerakan pesawat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) belum dibutuhkan tambahan runway. Namun, yang lebih penting meningkatkan kapasitas dan kualitas navigasi udara.
"Gini, kalau mau naikkan movement pesawat 50% dari 72 pergerakan menjadi 100 pergerakan misalnya, tidak perlu menambah runway. Yang perlu ditingkatkan itu navigasi udaranya. Saya kira runway yang ada di Soetta itu masih bisa menampung. Tinggal bagaimana meningkatkan kualitas navigasi udara. Dan, ini memang butuh waktu," ujarnya, dalam National Economic Forum yang digelar di Jakarta, Senin (14/12/2015) malam.
Menurutnya dengan penambahan runway di Bandara Soetta akan membutuhkan waktu yang panjang. Bukan hanya dari sisi perencanaan maupun pembiayaan namun yang lebih penting butuh proses pembebasan lahan. "Kalau bangun runway ya berapa lama. Pasti lama, sementara bandara itu idealnya harus steril. Karena itu kalau saya yang perlu ditingkatkan itu hanya dari sisi navigasi udara," ujarnya.
Dia juga menambahkan, saat ini Indonesia terutama di Jakarta, sudah cukup mempunyai dua bandara yakni Bandara Soetta dan Bandara Halim. Adapun badan usaha maskapai yang berencana membangun bandara baru dinilai tidak masalah, selama memenuhi persyaratan dari regulator udara Kementerian Perhubungan.
"Saya kira ngak masalah, mereka (maskapai) bangun bandara baru. Yang penting memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan regulator. MoU boleh saja, karena itu khan proses awal, tapi yang penting aturannya juga diikuti," pungkas dia.
Sebagai informasi, sejumlah badan usaha maskapai seperti Garuda melalui sinergi BUMN berencana mengembangkan bandara milik anak usaha PT Pertamina yakni Bandara Pondok Cabe. Namun, Jonan memastikan bahwa Ibukota Jakarta, belum membutuhkan bandara tambahan selain yang ada saat ini dan lebih menekankan pada pentingnya tahapan pengembangan kualitas teknologi navigasi udara Indonesia yang dikelola Airnav Indonesia.
"Gini, kalau mau naikkan movement pesawat 50% dari 72 pergerakan menjadi 100 pergerakan misalnya, tidak perlu menambah runway. Yang perlu ditingkatkan itu navigasi udaranya. Saya kira runway yang ada di Soetta itu masih bisa menampung. Tinggal bagaimana meningkatkan kualitas navigasi udara. Dan, ini memang butuh waktu," ujarnya, dalam National Economic Forum yang digelar di Jakarta, Senin (14/12/2015) malam.
Menurutnya dengan penambahan runway di Bandara Soetta akan membutuhkan waktu yang panjang. Bukan hanya dari sisi perencanaan maupun pembiayaan namun yang lebih penting butuh proses pembebasan lahan. "Kalau bangun runway ya berapa lama. Pasti lama, sementara bandara itu idealnya harus steril. Karena itu kalau saya yang perlu ditingkatkan itu hanya dari sisi navigasi udara," ujarnya.
Dia juga menambahkan, saat ini Indonesia terutama di Jakarta, sudah cukup mempunyai dua bandara yakni Bandara Soetta dan Bandara Halim. Adapun badan usaha maskapai yang berencana membangun bandara baru dinilai tidak masalah, selama memenuhi persyaratan dari regulator udara Kementerian Perhubungan.
"Saya kira ngak masalah, mereka (maskapai) bangun bandara baru. Yang penting memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan regulator. MoU boleh saja, karena itu khan proses awal, tapi yang penting aturannya juga diikuti," pungkas dia.
Sebagai informasi, sejumlah badan usaha maskapai seperti Garuda melalui sinergi BUMN berencana mengembangkan bandara milik anak usaha PT Pertamina yakni Bandara Pondok Cabe. Namun, Jonan memastikan bahwa Ibukota Jakarta, belum membutuhkan bandara tambahan selain yang ada saat ini dan lebih menekankan pada pentingnya tahapan pengembangan kualitas teknologi navigasi udara Indonesia yang dikelola Airnav Indonesia.
(dmd)