Aksi Perangi Illegal Fishing buat Industri Negara Tetangga Kolaps

Kamis, 18 Februari 2016 - 19:45 WIB
Aksi Perangi Illegal...
Aksi Perangi Illegal Fishing buat Industri Negara Tetangga Kolaps
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengakui bahwa selama ini negara tetangga banyak yang bergantung dari hasil perikanan Indonesia. Bahkan menurutnya mereka selama ini hidup dari hasil ikan colongan dari Indonesia.

Menurutnya, langkah pemerintah memerangi aksi penangkapan ikan secara ilegal (illegal unreported and unregulated fishing/IUU fishing) membuat mereka tidak berdaya. Lanjut dia, buntutnya perusahaan pengolahan ikan di negara-negara tersebut banyak yang kolaps.

"Tadinya‎ negara tetangga hidup dari ikan colongan kita. Dengan langkah memerangi IUU Fishing banyak yang bangkrut, bermasalah karena tidak ada bahan baku," katanya di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (18/2/2016).

(Baca Juga: Pengusaha Ikan Kembali Protes Kebijakan Menteri Susi)

Karena itu, sambung mantan Menko bidang Perekonomian ini, saat ini menjadi momentum untuk Indonesia membangun industri perikanan di Tanah Air agar memiliki nilai tambah tinggi. Apalagi, selama ini negara tetangga yang mengambil ikan dari Indonesia tidak memanfaatkannya secara maksimal.

Dia mencontohkan, ‎selama ini negara-negara tersebut mengambil ikan dari Indonesia dan kemudian memotong kepalanya langsung di tengah laut. Padahal, kepala ikan menjadi salah satu kuliner favorit di Indonesia. "Orang Manado dan Palembang itu menunggu kepala ikan. Dia (negara tetangga) dapat ikan terus dipotong kepalanya di laut," imbuh dia.

Menurutnya, jika Indonesia memiliki industri pengolahan perikanan sendiri, maka ikan-ikan tersebut harus dimanfaatkan dengan maksimal bahkan nyaris tidak bersisa. "‎Kalau kita punya industri perikanan, sisanya harus nyaris zero waste. Nol. Karena kepala ikan, kaya akan omega 3. Indonesia jadi eksportir omega 3 terbesar. Kita ubah importir tepung ikan menjadi eksportir ikan, untuk makanan ternak," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8680 seconds (0.1#10.140)