Ekspor Tekstil Stagnan, Pasar Domestik Dibanjiri Impor

Selasa, 26 April 2016 - 14:01 WIB
Ekspor Tekstil Stagnan, Pasar Domestik Dibanjiri Impor
Ekspor Tekstil Stagnan, Pasar Domestik Dibanjiri Impor
A A A
JAKARTA - Ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam lima tahun terakhir stagnan, bahkan cenderung turun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja ekspor TPT pada 2011 mencapai USD 13,17 miliar, dan pada 2015 terus turun menjadi hanya USD12,33 miliar.

Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja impor TPT yang naik dari USD6,52 miliar pada 2011 menjadi USD6,95 miliar pada 2015. Hal ini membuat surplus perdagangan TPT terus turun.

Melihat fenomena seperti ini, Ikatan Alumni Institut Teknologi Tekstil – Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (IKA ITT-STTT) menyatakan pemerintah harus lebih berupaya untuk mensinergiskan seluruh sektor industri TPT dari hulu ke hilir.

Menurut Ketua Umum IKA ITT-STTT, Suryaman Sastomi, upaya pemerintah dengan memberikan berbagai kemudahan dan keringanan investasi hanya menarik pemodal dengan mesin jahit saja, yang setiap saat bisa hengkang seenaknya.

“Gembar-gembor ekspor TPT saat ini kelihatannya hanya dinikmati segelintir pengusaha broker dan penjahit, belum dinikmati oleh semua sektor pada industri TPT,” ungkapnya, Selasa (26/4/2016).

Dia menilai dalam beberapa tahun terakhir ini para pengusaha TPT hanya mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dan tidak bersatu untuk melawan pesaing. “Sepertinya rasa nasionalisme sudah luntur. Padahal, pada era 1970-1980 di masa puncak kejayaan TPT unsur utama keberhasilan adalah karena mengolah optimal kemampuan domestik. Untuk itu kami mengimbau industri garmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor," tegasnya.

Hal berbeda disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia, Redma Gita Wirawasta. Dia mengatakan, seharusnya pasar domestik menjadi tumpuan utama. “Pasar domestik harus berperan sebagai safety and guaranteed market bagi produk dalam negeri,” tegas Redma.

Menurut Redma, China, India, Brasil dan Turki melakukan strategi seperti itu. "Kebijakan apapun mereka keluarkan demi melindungi pasar domestiknya,” jelasnya.

Dia memandang konsumsi TPT 2015 tidak seperti yang diharapkan. Namun, jika melindungi pasar domestik seperti yang dilakukan India, Turki dan Brasil, minimal kinerja industri TPT kita tidak terpuruk. “Minimal tidak ada PHK,” tegasnya.

Tapi dalam beberapa tahun terakhir justru barang impor yang merajai pasar domestik. Upaya menjadikan pasar domestik sebagai rumah bagi produk lokal selalu terganjal oleh para importir yang hidup dari keuntungan impor barang.

Bahkan para importir ini berlindung di balik label produsen hingga pemerintah sulit membedakan mana importir pedagang, mana importir produsen. “Jadi upaya untuk mengurangi barang impor hanya sekadar wacana, mungkin memang dikondisikan seperti itu, pesanan importir,” tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7344 seconds (0.1#10.140)