Sampoerna Tingkatkan Kualitas Guru Indonesia
A
A
A
”I never teach my pupils. I only attempt to provide the conditions in which they can learn.” Albert Einstein
“Rutinitas saya sebagai guru bagai memutar kaset yang sama dari tahun ke tahun. Suatu saat, saya sadar bahwa zaman sudah berubah. Selera orang pun berubah. Apalagi anak-anak. Mungkin kaset yang saya putar sudah using bagi mereka. Mereka tak tertarik sama sekali,” kenang Tutik, seorang guru Ilmu Pengetahuan Alam salah satu sekolah di Surabaya.
Pada suatu masa, Tutik mengaku pernah merasa tidak berhasil mendidik para siswanya. Para siswa tidak menunjukkan ketertarikannya terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
"Di satu sisi, mereka paham ketika ditanya. Tetapi, di sisi lain, nilai ulangan mereka rendah. Saya sempat heran, apakah mereka tidak pernah mengulang pelajaran yang sudah saya terangkan?” tanyanya.
Beruntung, Tutik sempat mengikuti Pelatihan Tindakan Kelas (PTK) yang digelar PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) melalui payung program tanggung jawab sosial perusahaan ”Sampoerna untuk Indonesia” bekerja sama dengan Putera Sampoerna Foundation.
Tutik pun mendapat pelatihan mengenai cara mengajar yang baik. Tutik, di antaranya didorong menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based instruction). Lambat laun, para siswa pun bersemangat mengikuti pelajarannya. ”Misalnya terkait kondisi kekeringan di musim kemarau. Saya ajak mereka keluar mengamati kondisi tanah dan tanaman yang kering di sekitar kelas,” kata Tuti seraya bertanya kepada siswanya soal hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Hasilnya, ternyata banyak siswanya yang berhasil mengeluarkan ide-ide kreatif. Kelas pun menjadi semakin hidup dan interaktif. Manfaat serupa juga dirasakan oleh Zukarnaen, seorang guru di Lombok Tengah. Ia merasakan perubahan setelah mengikuti program peningkatan pendidikan yang digelar Sampoerna.
”Pelatihan yang diberikan oleh Sampoerna dapat mengubah paradigma kurikulum dalam proses belajar-mengajar. Para guru yang mengikuti pelatihan mendapat ilmu tentang metode, strategi dan taktik mengajar di kelas,” kata Zulkarnaen.
Pelatihan yang diterapkan Sampoerna ini dipandang tepat oleh para pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. ”Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik,” kata Endang Nurmiyati, yang pernah menjabat Kepala bidang Pengawasan dan Kurikulum Dinas Pendidikan Pasuruan.
Tutik dan Zulkarnaen tak sendiri. Sejak dimulai pada 2005 hingga kini, ada sekitar 65.000 guru yang merasakan manfaat program peningkatan kualitas pendidikan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang bertugas di berbagai daerah, seperti Surabaya, Pasuruan, Karawang, Probolinggo, Jember, Lumajang, Pamekasan, Klaten, Lombok Timur, dan Lombok Tengah.
Sampoerna percaya bahwa proses pendidikan bisa memberikan perubahan besar yang signifikan. Di dalam berbagai program pendidikan yang dikelola Sampoerna bersama mitranya, para guru dibekali berbagai ilmu, termasuk kepemimpinan, studi pelajaran, riset tindakan kelas, dan lainnya. Dalam memberikan manfaat lebih dan berkelanjutan, Sampoerna bahkan mendirikan empat fasilitas pusat pembelajaran guru di Surabaya, Karawang, Pasuruan, dan Lumajang.
”Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting yang dapat membentuk kualitas manusia seutuhnya menjadi individu-individu yang lebih baik untuk memajukan dirinya sendiri, lingkungannya, dan bangsanya. Untuk itu, Sampoerna berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia dengan meningkatkan kualitas para pendidiknya serta membuka akses pendidikan bagi para siswa-siswi Indonesia demi mendukung percepatan tujuan pembangunan nasional,” kata Presiden Direktur Sampoerna, Paul Janelle.
Ke depan, Paul mengatakan, Sampoerna terus mengundang lebih banyak guru untuk menjadi agen perubahan dalam penciptaan sumber daya manusia yang unggul.
“Rutinitas saya sebagai guru bagai memutar kaset yang sama dari tahun ke tahun. Suatu saat, saya sadar bahwa zaman sudah berubah. Selera orang pun berubah. Apalagi anak-anak. Mungkin kaset yang saya putar sudah using bagi mereka. Mereka tak tertarik sama sekali,” kenang Tutik, seorang guru Ilmu Pengetahuan Alam salah satu sekolah di Surabaya.
Pada suatu masa, Tutik mengaku pernah merasa tidak berhasil mendidik para siswanya. Para siswa tidak menunjukkan ketertarikannya terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
"Di satu sisi, mereka paham ketika ditanya. Tetapi, di sisi lain, nilai ulangan mereka rendah. Saya sempat heran, apakah mereka tidak pernah mengulang pelajaran yang sudah saya terangkan?” tanyanya.
Beruntung, Tutik sempat mengikuti Pelatihan Tindakan Kelas (PTK) yang digelar PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) melalui payung program tanggung jawab sosial perusahaan ”Sampoerna untuk Indonesia” bekerja sama dengan Putera Sampoerna Foundation.
Tutik pun mendapat pelatihan mengenai cara mengajar yang baik. Tutik, di antaranya didorong menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based instruction). Lambat laun, para siswa pun bersemangat mengikuti pelajarannya. ”Misalnya terkait kondisi kekeringan di musim kemarau. Saya ajak mereka keluar mengamati kondisi tanah dan tanaman yang kering di sekitar kelas,” kata Tuti seraya bertanya kepada siswanya soal hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Hasilnya, ternyata banyak siswanya yang berhasil mengeluarkan ide-ide kreatif. Kelas pun menjadi semakin hidup dan interaktif. Manfaat serupa juga dirasakan oleh Zukarnaen, seorang guru di Lombok Tengah. Ia merasakan perubahan setelah mengikuti program peningkatan pendidikan yang digelar Sampoerna.
”Pelatihan yang diberikan oleh Sampoerna dapat mengubah paradigma kurikulum dalam proses belajar-mengajar. Para guru yang mengikuti pelatihan mendapat ilmu tentang metode, strategi dan taktik mengajar di kelas,” kata Zulkarnaen.
Pelatihan yang diterapkan Sampoerna ini dipandang tepat oleh para pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. ”Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik,” kata Endang Nurmiyati, yang pernah menjabat Kepala bidang Pengawasan dan Kurikulum Dinas Pendidikan Pasuruan.
Tutik dan Zulkarnaen tak sendiri. Sejak dimulai pada 2005 hingga kini, ada sekitar 65.000 guru yang merasakan manfaat program peningkatan kualitas pendidikan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang bertugas di berbagai daerah, seperti Surabaya, Pasuruan, Karawang, Probolinggo, Jember, Lumajang, Pamekasan, Klaten, Lombok Timur, dan Lombok Tengah.
Sampoerna percaya bahwa proses pendidikan bisa memberikan perubahan besar yang signifikan. Di dalam berbagai program pendidikan yang dikelola Sampoerna bersama mitranya, para guru dibekali berbagai ilmu, termasuk kepemimpinan, studi pelajaran, riset tindakan kelas, dan lainnya. Dalam memberikan manfaat lebih dan berkelanjutan, Sampoerna bahkan mendirikan empat fasilitas pusat pembelajaran guru di Surabaya, Karawang, Pasuruan, dan Lumajang.
”Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting yang dapat membentuk kualitas manusia seutuhnya menjadi individu-individu yang lebih baik untuk memajukan dirinya sendiri, lingkungannya, dan bangsanya. Untuk itu, Sampoerna berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia dengan meningkatkan kualitas para pendidiknya serta membuka akses pendidikan bagi para siswa-siswi Indonesia demi mendukung percepatan tujuan pembangunan nasional,” kata Presiden Direktur Sampoerna, Paul Janelle.
Ke depan, Paul mengatakan, Sampoerna terus mengundang lebih banyak guru untuk menjadi agen perubahan dalam penciptaan sumber daya manusia yang unggul.
(poe)