Rencana Kenaikan Fed Rate Dinilai Terlalu Dini
Rencana Kenaikan Fed Rate Dinilai Terlalu Dini
A
A
A
JAKARTA - Rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan atau Fed rate dinilai Ekonom Bank Permata Joshua Pardede merupakan langkah yang terlalu dini. Seperti diketahui Gubernur The Fed Janet Yellen telah menyampaikan sinyal kuat untuk menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) antara Juni sampai Juli 2016.
Saat ini Fed Rate sendiri berada pada level 0,25% persen sampai dengan 0,5%. Menurut pengamat rencana The Fed dinilai terlalu dini, lantaran sejumlah data ekonomi di AS belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
"Keputusan mereka untuk menaikkan suku bunga itu masih terlalu dini. Data-data ekonomi mereka seperti Personal Consumption Expenditure masih di bawah targetnya yang 2% itu," kata dia di Karawaci, Tangerang, Sabtu (28/5/2016).
(Baca Juga: BI Ragu Ekonomi Global Siap Hadapi Kenaikan Suku Bunga AS)
Sedangkan untuk data ketenagakerjaan memang mulai mengarah ke arah yang positif. Namun demikian, inflasi mereka masih belum sesuai harapan.
"Inflasi mereka belum sesuai dengan harapan. Jadi mereka memang terkesan terlalu terburu-buru jika menaikkan Juni-Juli. Tapi notulensi rapat FOMC menujukkan perubahan signifikan dari dua bulan terakhir dibanding Maret lalu. Ini terlihat tidak konsistendari kebijakan suku bunga AS," jelas dia.
Selain itu, kondisi mata uang AS juga tidak terlalu baik seperti tahun lalu. Jika pada 2015 dolar AS (USD) mengalami apresiasi mencapai 10% dibanding hampir seluruh mata uang dunia, tapi belakangan ada kecenderungan dolar agak melemah.
"Dolar tidak sebaik tahun lalu. Kecenderungannya dolar agak melemah karena data-data Amerika belum terlalu mendukung, terutama inflasi yang belum mencapai target," pungkasnya.
Saat ini Fed Rate sendiri berada pada level 0,25% persen sampai dengan 0,5%. Menurut pengamat rencana The Fed dinilai terlalu dini, lantaran sejumlah data ekonomi di AS belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
"Keputusan mereka untuk menaikkan suku bunga itu masih terlalu dini. Data-data ekonomi mereka seperti Personal Consumption Expenditure masih di bawah targetnya yang 2% itu," kata dia di Karawaci, Tangerang, Sabtu (28/5/2016).
(Baca Juga: BI Ragu Ekonomi Global Siap Hadapi Kenaikan Suku Bunga AS)
Sedangkan untuk data ketenagakerjaan memang mulai mengarah ke arah yang positif. Namun demikian, inflasi mereka masih belum sesuai harapan.
"Inflasi mereka belum sesuai dengan harapan. Jadi mereka memang terkesan terlalu terburu-buru jika menaikkan Juni-Juli. Tapi notulensi rapat FOMC menujukkan perubahan signifikan dari dua bulan terakhir dibanding Maret lalu. Ini terlihat tidak konsistendari kebijakan suku bunga AS," jelas dia.
Selain itu, kondisi mata uang AS juga tidak terlalu baik seperti tahun lalu. Jika pada 2015 dolar AS (USD) mengalami apresiasi mencapai 10% dibanding hampir seluruh mata uang dunia, tapi belakangan ada kecenderungan dolar agak melemah.
"Dolar tidak sebaik tahun lalu. Kecenderungannya dolar agak melemah karena data-data Amerika belum terlalu mendukung, terutama inflasi yang belum mencapai target," pungkasnya.
(akr)
Explore More