Pertamina Akui Ongkos Kelola Blok Natuna Mahal

Kamis, 30 Juni 2016 - 10:26 WIB
Pertamina Akui Ongkos Kelola Blok Natuna Mahal
Pertamina Akui Ongkos Kelola Blok Natuna Mahal
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengakui ongkos yang dibutuhkan untuk mengelola Blok Natuna, Kepulauan Riau, cukup mahal. Pasalnya, gas yang ada di blok tersebut mengandung karbondioksida (CO2),yang untuk mengeluarkannya butuh ongkos tidak sedikit.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya saat ini memang tengah melakukan studi mengenai kandungan gas di East Natuna. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa kandungan CO2 di blok tersebut mencapai 72%.

"Salah satu problemnya di sana adalah kandungan CO2 yang 72%. Jadi besar sekali," katanya di Pullman Hotel, Jakarta, Rabu (29/6/2016) malam.

Menurutnya, perseroan kini tengah mencari skenario terbaik agar blok tersebut bisa berkembang. "Karena kandungan CO2 itu harus diinjeksikan ke dalam, cost-nya akan tinggi. Sekarang kami akan mencari skenario bagaimana agar ini jalan," imbuh dia.

Salah satunya, sambung mantan Bos Semen Indonesia ini, perseroan bakal mengajukan porsi bagi hasil (sharing) antara investor, operator dan pemerintah. Dengan begitu, kondisinya akan jauh lebih ekonomis.

"Potensinya cukup besar, tapi kandungan CO2 cukup besar sampai 70%, hampir 3/4 dari yang diambil itu CO2 yang ‎harus kembalikan lagi ke bumi. Jadi cost itu yang cukup besar," tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Rizal Ramli meminta Pertamina mengambil alih pengelolaan ladang gas terbesar Indonesia yang ada di Blok Natuna. Potensi gas bumi di blok tersebut telah diketahui sejak 1973, dan saat ini dikuasai konsorsium asing.

Dia mengatakan, cadangan gas di Blok Natuna merupakan yang paling besar dan bahkan cadangannya empat kali lebih besar dari Blok Masela. Sayangnya, 70% dari gas tersebut mengandung CO2.

"Salah satu ladang yang besar sekali disitu adalah Gas Natuna Timur, itu cadangannya empat kali Masela. Tetapi ada negatifnya, 70% dari gas itu CO2. Jadi harus idipisahkan dulu CO2 nya dan mahal," katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8520 seconds (0.1#10.140)