Perusahaan Energi Terbarukan Asal AS Minat Investasi di RI
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) di sektor energi terbarukan menyatakan niat untuk berinvestasi di Indonesia. Minat tersebut disampaikan dalam kegiatan Indonesia-US Business Forum di New York yang dilakukan dalam kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani ke New York, akhir pekan lalu.
Kegiatan dilaksanakan di Cornell Club bekerjasama dengan American Indonesia Chamber of Commber (AICC) yang diwakili oleh Chairman AICC Allan Harrari. Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan bahwa salah satu hasil dalam kegiatan yang dilakukan adalah minat investasi yang disampaikan oleh perusahaan energi terbarukan.
”Saat ini perusahaan telah memiliki nota kesepahaman dengan PT PLN (persero) untuk memproduksi listrik tenaga angin. Dalam waktu dekat perusahaan akan melakukan uji coba di STT PLN Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media di Jakarta, Selasa (5/7/2016).
Menurutnya, investor potensial tersebut berminat untuk mendirikan perusahaan berbadan hukum Indonesia kemudian akan mendirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. ”Kemudian akan dilanjutkan dengan mendirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia,” imbuh dia.
Lebih lanjut Franky mengatakan bahwa BKPM akan memfasilitasi percepatannya. Dalam paparannya, dia telah menyampaikan berbagai hal terkait regulasi di sektor energi terbarukan di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Franky juga menjelaskan tentang berbagai kebijakan terutama terkait dengan implementasi 12 paket kebijakan ekonomi termasuk reformasi kebijakan investasi.
”Beberapa hal yang terkait diantaranya layanan investasi 3 jam, kemudahan investasi langsung konstruksi, perbaikan kemudahan berusaha hingga revisi DNI yang mendorong keterbukaan investasi termasuk di beberapa sektor utama seperti di bidang logistik, energi terbarukan, farmasi, pariwisata dan e-commerce,” lanjutnya.
Selain di sektor energi terbarukan, Kepala BKPM juga mencatatkan minat investasi di sektor pertambangan yang ingin melakukan akuisisi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai investasi sebsear USD300 juta. BKPM akan berperan dalam memfasilitasi pengalihan status perusahaan dari PMDN menjadi PMA.
Amerika Serikat tergolong negara prioritas pemasaran investasi, dari data yang dimiliki oleh BKPM pada tahun 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai USD893 juta terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan. Dari sisi komitmen, tercatat masuknya komitmen USD4,8 miliar terdiri dari 76 proyek.
Sebagai informasi BKPM pada tahun 2016 menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4% dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp386,4 triliun atau naik 12,6% dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp208,4 triliun naik 18,4% dari target PMDN tahun lalu.
Guna mencapai target tersebut, BKPM pada menetapkan 10 negara prioritas termasuk di antaranya Amerika Serikat, Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRT, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris.
Kegiatan dilaksanakan di Cornell Club bekerjasama dengan American Indonesia Chamber of Commber (AICC) yang diwakili oleh Chairman AICC Allan Harrari. Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan bahwa salah satu hasil dalam kegiatan yang dilakukan adalah minat investasi yang disampaikan oleh perusahaan energi terbarukan.
”Saat ini perusahaan telah memiliki nota kesepahaman dengan PT PLN (persero) untuk memproduksi listrik tenaga angin. Dalam waktu dekat perusahaan akan melakukan uji coba di STT PLN Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media di Jakarta, Selasa (5/7/2016).
Menurutnya, investor potensial tersebut berminat untuk mendirikan perusahaan berbadan hukum Indonesia kemudian akan mendirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. ”Kemudian akan dilanjutkan dengan mendirikan fasilitas manufaktur pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia,” imbuh dia.
Lebih lanjut Franky mengatakan bahwa BKPM akan memfasilitasi percepatannya. Dalam paparannya, dia telah menyampaikan berbagai hal terkait regulasi di sektor energi terbarukan di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Franky juga menjelaskan tentang berbagai kebijakan terutama terkait dengan implementasi 12 paket kebijakan ekonomi termasuk reformasi kebijakan investasi.
”Beberapa hal yang terkait diantaranya layanan investasi 3 jam, kemudahan investasi langsung konstruksi, perbaikan kemudahan berusaha hingga revisi DNI yang mendorong keterbukaan investasi termasuk di beberapa sektor utama seperti di bidang logistik, energi terbarukan, farmasi, pariwisata dan e-commerce,” lanjutnya.
Selain di sektor energi terbarukan, Kepala BKPM juga mencatatkan minat investasi di sektor pertambangan yang ingin melakukan akuisisi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai investasi sebsear USD300 juta. BKPM akan berperan dalam memfasilitasi pengalihan status perusahaan dari PMDN menjadi PMA.
Amerika Serikat tergolong negara prioritas pemasaran investasi, dari data yang dimiliki oleh BKPM pada tahun 2015, nilai realisasi investasi AS mencapai USD893 juta terdiri dari 261 proyek dengan didominasi oleh sektor-sektor pertambangan. Dari sisi komitmen, tercatat masuknya komitmen USD4,8 miliar terdiri dari 76 proyek.
Sebagai informasi BKPM pada tahun 2016 menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4% dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp386,4 triliun atau naik 12,6% dari target PMA tahun lalu, serta dari PMDN sebesar Rp208,4 triliun naik 18,4% dari target PMDN tahun lalu.
Guna mencapai target tersebut, BKPM pada menetapkan 10 negara prioritas termasuk di antaranya Amerika Serikat, Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRT, Timur Tengah, Malaysia, dan Inggris.
(akr)