20 Tahun di AS, Arcandra Tahar Pulang ke Indonesia Langsung Jadi Menteri
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengisahkan pertemuan dirinya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang kemudian membawanya menduduki kursi orang nomor satu di Kementerian ESDM. Pasalnya, nama Arcandra jarang dikenal publik di Tanah Air. Maklum, selama ini dirinya lama tinggal di Amerika Serikat.
Candra--pangilan akrabnya--bercerita tinggal dan menetap di Negeri Abang Sam sejak 20 tahun lalu. Ia berangkat ke AS pada 1996 untuk melanjutkan pendidikannya di jenjang S2 di Texas, negara bagian di AS yang dikenal akan industri migasnya.
"Saya berangkat (ke AS) Mei 1996. Rencananya untuk sekolah master tapi setamat S2, tau-taunya ingin S3. Akhirnya saya sekolah lagi S3," kisahnya saat berbincang dengan media di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Candra pun menamatkan kuliah S3 nya di bidang Ocean Engineering pada 2001. Latar belakang pendidikannya tersebut membuatnya memiliki kecakapan untuk mendesain platform anjungan lepas pantsi baik di laut dangkal atau laut dalam.
"Saya S1 di mechanical engineering, angkatan 1989 dari ITB. Saya tamat 1994, tahun 1996 saya sekolah di AS, 2001 tamat Phd," sambung dia. (Baca: Didapuk Jadi Menteri ESDM, Jokowi Terpikat Pengetahuan Archandra Soal Migas)
Setelah menamatkan pendidikannya, dia pun berniat untuk bekerja dan mencari pengalaman di AS. Dalam masa tersebut, dirinya bertemu dengan dua orang guru yang membuatnya keasyikan belajar dan lupa pulang ke Indonesia.
"Niatnya cuma bekerja sebentar di AS, hanya cari pengalaman. Mungkin karena keenakan belajar, setahun dua tahun. Sampai tahun 2016 enggak pulang-pulang. Ternyata sudah masuk tahun 20," akunya.
Dalam perjalanan kariernya, Candra pun akhirnya mendapat kesempatan bertemu dengan Presiden Jokowi. Pertemuan tersebutlah yang membuka jalan untuknya pulang ke Tanah Air, hingga pada akhirnya dipinang Jokowi menjadi Menteri ESDM.
Candra mengungkapkan bahwa dirinya berdiskusi dengan Jokowi tentang masalah perminyakan di Indonesia, termasuk bagaimana mewujudkan kedaulatan energi dalam tempo secepat mungkin. Sebab, kedaulatan energi baginya menjadi tumpuan saat Indonesia mengalami krisis energi.
"Di situ, saya interaksi dengan Presiden dan akhirnya jadilah saya dalam posisi ini. Alhamdulillah ini jalannya. Tentu yang namanya takdir ada yang mengatur," tandasnya.
Candra--pangilan akrabnya--bercerita tinggal dan menetap di Negeri Abang Sam sejak 20 tahun lalu. Ia berangkat ke AS pada 1996 untuk melanjutkan pendidikannya di jenjang S2 di Texas, negara bagian di AS yang dikenal akan industri migasnya.
"Saya berangkat (ke AS) Mei 1996. Rencananya untuk sekolah master tapi setamat S2, tau-taunya ingin S3. Akhirnya saya sekolah lagi S3," kisahnya saat berbincang dengan media di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Candra pun menamatkan kuliah S3 nya di bidang Ocean Engineering pada 2001. Latar belakang pendidikannya tersebut membuatnya memiliki kecakapan untuk mendesain platform anjungan lepas pantsi baik di laut dangkal atau laut dalam.
"Saya S1 di mechanical engineering, angkatan 1989 dari ITB. Saya tamat 1994, tahun 1996 saya sekolah di AS, 2001 tamat Phd," sambung dia. (Baca: Didapuk Jadi Menteri ESDM, Jokowi Terpikat Pengetahuan Archandra Soal Migas)
Setelah menamatkan pendidikannya, dia pun berniat untuk bekerja dan mencari pengalaman di AS. Dalam masa tersebut, dirinya bertemu dengan dua orang guru yang membuatnya keasyikan belajar dan lupa pulang ke Indonesia.
"Niatnya cuma bekerja sebentar di AS, hanya cari pengalaman. Mungkin karena keenakan belajar, setahun dua tahun. Sampai tahun 2016 enggak pulang-pulang. Ternyata sudah masuk tahun 20," akunya.
Dalam perjalanan kariernya, Candra pun akhirnya mendapat kesempatan bertemu dengan Presiden Jokowi. Pertemuan tersebutlah yang membuka jalan untuknya pulang ke Tanah Air, hingga pada akhirnya dipinang Jokowi menjadi Menteri ESDM.
Candra mengungkapkan bahwa dirinya berdiskusi dengan Jokowi tentang masalah perminyakan di Indonesia, termasuk bagaimana mewujudkan kedaulatan energi dalam tempo secepat mungkin. Sebab, kedaulatan energi baginya menjadi tumpuan saat Indonesia mengalami krisis energi.
"Di situ, saya interaksi dengan Presiden dan akhirnya jadilah saya dalam posisi ini. Alhamdulillah ini jalannya. Tentu yang namanya takdir ada yang mengatur," tandasnya.
(ven)