Harga Rokok Murah, RI Dicap Tak Punya Komitmen Soal Kesehatan
A
A
A
JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mencap Indonesia sebagai negara yang tidak memiliki komitmen terhadap kesehatan masyarakat. Pasalnya, saat ini tarif cukai rokok di Tanah Air terlalu rendah sehingga menyebabkan harga rokok di pasaran pun sangat murah.
Pengurus Harian YLKI Daryatmo mengatakan, banyak negara yang mengkritik kebijakan Indonesia terkait cukai rokok. Pasalnya, tarif cukai rokok di Indonesia sangatlah rendah. Sementara di beberapa negara sudah menaikkan tarif cukainya hingga 70%.
"Karena harga rokok di kita itu paling murah. Beberapa negara itu cukainya bahkan ada yang sampai 70%, di kita masih di bawah 60%," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Senin (22/8/2016).
Oleh sebab itu, dirinya sangat mendukung jika tarif cukai rokok dapat dinaikkan bahkan hingga harganya di pasaran dapat menjadi Rp50 ribu per bungkus. Sebab, pertumbuhan perokok di Tanah Air baik dari kalangan anak-anak, remaja, hingga wanita sangatlah tinggi.
"Kita kan LSM mengusulkan, pemerintah yang mengambil sikap. Indonesia itu pertumbuhan perokok remaja, anak anak, wanita cukup tinggi. Dan itu dikritik banyak negara. WHO menganggap Indonesia tidak punya komitmen dalam isu kesehatan masyarakat," imbuh dia.
Menurutnya, jika harga rokok di pasaran bisa mencapai Rp50 ribu per bungkus maka frekuensi pengonsumsi rokok pun akan berkurang. "Ya kita mendukung karena itu salah satu langkah untuk menurunkan frekuensi konsumsi rokok di Indonesia yang cukup tinggi. Iya, itu salah satu instrumen untuk mengurangi konsumsi ya dinaikkan cukainya," tandasnya.
Pengurus Harian YLKI Daryatmo mengatakan, banyak negara yang mengkritik kebijakan Indonesia terkait cukai rokok. Pasalnya, tarif cukai rokok di Indonesia sangatlah rendah. Sementara di beberapa negara sudah menaikkan tarif cukainya hingga 70%.
"Karena harga rokok di kita itu paling murah. Beberapa negara itu cukainya bahkan ada yang sampai 70%, di kita masih di bawah 60%," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Senin (22/8/2016).
Oleh sebab itu, dirinya sangat mendukung jika tarif cukai rokok dapat dinaikkan bahkan hingga harganya di pasaran dapat menjadi Rp50 ribu per bungkus. Sebab, pertumbuhan perokok di Tanah Air baik dari kalangan anak-anak, remaja, hingga wanita sangatlah tinggi.
"Kita kan LSM mengusulkan, pemerintah yang mengambil sikap. Indonesia itu pertumbuhan perokok remaja, anak anak, wanita cukup tinggi. Dan itu dikritik banyak negara. WHO menganggap Indonesia tidak punya komitmen dalam isu kesehatan masyarakat," imbuh dia.
Menurutnya, jika harga rokok di pasaran bisa mencapai Rp50 ribu per bungkus maka frekuensi pengonsumsi rokok pun akan berkurang. "Ya kita mendukung karena itu salah satu langkah untuk menurunkan frekuensi konsumsi rokok di Indonesia yang cukup tinggi. Iya, itu salah satu instrumen untuk mengurangi konsumsi ya dinaikkan cukainya," tandasnya.
(akr)