ADB Koreksi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2016 Jadi 5%
A
A
A
JAKARTA - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5%. Angka ini turun dari perkiraan sebelumnya, di mana pada Maret 2016 ADB memprediksi ekonomi Indonesia pada 2016 akan tumbuh 5,2%.
Wakil Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Sona Shrestha mengatakan, selain mengoreksi target pertumbuhan ekonomi 2016, pihaknya juga mengoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun depan dari 5,5% menjadi 5,1%. Penyesuaian prediksi ini lantaran melihat realisasi belanja investasi yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
"Di tengah situasi yang sulit, ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh sehat tahun ini," katanya di The Plaza Office, Jakarta, Selasa (28/9/2016).
Sona menilai, belanja pemerintah untuk infrastruktur memang akan mengalami percepatan pada paruh kedua 2016. Namun, secara keseluruhan investasi dan konsumsi pemerintah akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya dikarenakan rendahnya realisasi penerimaan negara.
"Investasi swasta akan memperoleh manfaat dari diterapkannya serangkaian paket reformasi kebijakan yang diumumkan pemerintah. Beberapa perbaikan penting antara lain dibukanya peluang penanaman modal asing bagi 35 industri tambahan, dan proses izin usaha yang telah disederhanakan secara signifikan," jelasnya.
Dia menuturkan, pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai langkah untuk menghadapi risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi. Hal ini seiring dengan adanya pemotongan anggaran serta keterlambatan dari berbagai proyek infrastruktur.
"Laporan ini iuga mencatat adanya kelemahan di pasar tenaga kerja yang dapat melemahkan kepercayaan konsumen. Laporan ini mencatat bahwa terjadi penurunan jumlah pekerjaan pada periode 12 bulan sampai Februari 2016, dibanding tahun sebelumnya. Walaupun jumlah pekerjaan di perdesaan meningkat," terangnya.
Sona menambahkan, upah minimum yang lebih tinggi, kenaikan nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan melambatnya inflasi sejatinya dapat mendorong pertumbuhan pengeluaran rumah tangga. Tak hanya itu, alokasi APBN yang lebih tinggi untuk dana desa serta prospek yang lebih baik di sektor pertanian juga akan meningkatkan pendapatan di pedesaan.
"Seiring makin terwujudnya reformasi kebijakan di Indonesia dan membaiknya momentum pertumbuhan perekonomian negara-negara industri utama, besar kemungkinannya kita akan melihat peningkatan ekonomi lebih Ianjut di tahun mendatang," tandas dia.
Wakil Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Sona Shrestha mengatakan, selain mengoreksi target pertumbuhan ekonomi 2016, pihaknya juga mengoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun depan dari 5,5% menjadi 5,1%. Penyesuaian prediksi ini lantaran melihat realisasi belanja investasi yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
"Di tengah situasi yang sulit, ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh sehat tahun ini," katanya di The Plaza Office, Jakarta, Selasa (28/9/2016).
Sona menilai, belanja pemerintah untuk infrastruktur memang akan mengalami percepatan pada paruh kedua 2016. Namun, secara keseluruhan investasi dan konsumsi pemerintah akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya dikarenakan rendahnya realisasi penerimaan negara.
"Investasi swasta akan memperoleh manfaat dari diterapkannya serangkaian paket reformasi kebijakan yang diumumkan pemerintah. Beberapa perbaikan penting antara lain dibukanya peluang penanaman modal asing bagi 35 industri tambahan, dan proses izin usaha yang telah disederhanakan secara signifikan," jelasnya.
Dia menuturkan, pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai langkah untuk menghadapi risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi. Hal ini seiring dengan adanya pemotongan anggaran serta keterlambatan dari berbagai proyek infrastruktur.
"Laporan ini iuga mencatat adanya kelemahan di pasar tenaga kerja yang dapat melemahkan kepercayaan konsumen. Laporan ini mencatat bahwa terjadi penurunan jumlah pekerjaan pada periode 12 bulan sampai Februari 2016, dibanding tahun sebelumnya. Walaupun jumlah pekerjaan di perdesaan meningkat," terangnya.
Sona menambahkan, upah minimum yang lebih tinggi, kenaikan nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan melambatnya inflasi sejatinya dapat mendorong pertumbuhan pengeluaran rumah tangga. Tak hanya itu, alokasi APBN yang lebih tinggi untuk dana desa serta prospek yang lebih baik di sektor pertanian juga akan meningkatkan pendapatan di pedesaan.
"Seiring makin terwujudnya reformasi kebijakan di Indonesia dan membaiknya momentum pertumbuhan perekonomian negara-negara industri utama, besar kemungkinannya kita akan melihat peningkatan ekonomi lebih Ianjut di tahun mendatang," tandas dia.
(izz)