IMF Nilai Kenaikan Suku Bunga AS Bisa Ganggu Arus Modal di Asia
A
A
A
WASHINGTON - International Monetary Fund (IMF) memperingatkan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) akan dapat mengganggu arus modal dan emningkatkan volatilitas aset di Asia.
Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/10/2016), dalam laporannya IMF mengatakan, prospek pertumbuhan di negara maju juga dapat membuat dampak situasi negatif untuk negara-negara berkembang di Asia karena ekspor yang lemah membebani pertumbuhan daerah dan inflasi.
"Negara maju terus bergantung terutama pada kebijakan moneter tidak konvensional untuk mengangkat pertumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan ekses likuiditas global, memperbesar aliran modal ke emerging ekonomi pasar dan memberikan kontribusi berlebihan terhadap mata uang dan tekanan deflasi," kata laporan itu.
Data ekonomi AS telah mendorong USD pada ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) bisa menaikkan suku bunga pada Desember. Beberapa bank sentral di kawasan Asia-Pasifik mungkin perlu mempertimbangkan pro dan kontra dari kebijakan moneter yang berkepanjangan dengan negara-negara seperti Australia, Korea Selatan dan Selandia Baru melihat adanya dorongan harga perumahan.
IMF menyambut baik keputusan Bank of Jepang bulan lalu untuk merubah kerangka kebijakan dan berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan sampai inflasi mampu melampaui target 2%.
"Dalam kasus Jepang, kebijakan moneter harus tetap fokus pada mengangkat ekspektasi inflasi dan inflasi melalui pelonggaran lebih lanjut jika diperlukan dan meningkatkan kerangka Bank Jepang," katanya.
IMF mendesak ekonomi Asia untuk memastikan tingkat mata uang mereka bergerak secara fleksibel. Tapi intervensi valuta asing harus dipertimbangkan jika bergerak cepat mengancam stabilitas keuangan.
"Intervensi valuta asing juga bisa dipertimbangkan jika pergerakan nilai tukar yang cepat adalah hasil dari pasar tidak likuid atau sepihak," ujar laporan tersebut.
Pembuat kebijakan Jepang telah sering mengancam untuk campur tangan di pasar mata uang pada lonjakan yen, mereka berpendapat sebagai salah satu sisi dan mengancam untuk menggagalkan pemulihan yang rapuh.
Pejabat senior IMF mengatakan, China dapat terus membuat kemajuan menuju nilai tukar dari waktu ke waktu tanpa gangguan besar untuk nilai yuan.
Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/10/2016), dalam laporannya IMF mengatakan, prospek pertumbuhan di negara maju juga dapat membuat dampak situasi negatif untuk negara-negara berkembang di Asia karena ekspor yang lemah membebani pertumbuhan daerah dan inflasi.
"Negara maju terus bergantung terutama pada kebijakan moneter tidak konvensional untuk mengangkat pertumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan ekses likuiditas global, memperbesar aliran modal ke emerging ekonomi pasar dan memberikan kontribusi berlebihan terhadap mata uang dan tekanan deflasi," kata laporan itu.
Data ekonomi AS telah mendorong USD pada ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) bisa menaikkan suku bunga pada Desember. Beberapa bank sentral di kawasan Asia-Pasifik mungkin perlu mempertimbangkan pro dan kontra dari kebijakan moneter yang berkepanjangan dengan negara-negara seperti Australia, Korea Selatan dan Selandia Baru melihat adanya dorongan harga perumahan.
IMF menyambut baik keputusan Bank of Jepang bulan lalu untuk merubah kerangka kebijakan dan berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan sampai inflasi mampu melampaui target 2%.
"Dalam kasus Jepang, kebijakan moneter harus tetap fokus pada mengangkat ekspektasi inflasi dan inflasi melalui pelonggaran lebih lanjut jika diperlukan dan meningkatkan kerangka Bank Jepang," katanya.
IMF mendesak ekonomi Asia untuk memastikan tingkat mata uang mereka bergerak secara fleksibel. Tapi intervensi valuta asing harus dipertimbangkan jika bergerak cepat mengancam stabilitas keuangan.
"Intervensi valuta asing juga bisa dipertimbangkan jika pergerakan nilai tukar yang cepat adalah hasil dari pasar tidak likuid atau sepihak," ujar laporan tersebut.
Pembuat kebijakan Jepang telah sering mengancam untuk campur tangan di pasar mata uang pada lonjakan yen, mereka berpendapat sebagai salah satu sisi dan mengancam untuk menggagalkan pemulihan yang rapuh.
Pejabat senior IMF mengatakan, China dapat terus membuat kemajuan menuju nilai tukar dari waktu ke waktu tanpa gangguan besar untuk nilai yuan.
(izz)