Material Lokal untuk Pembangunan Kawasan Perbatasan

Minggu, 09 Oktober 2016 - 08:43 WIB
Material Lokal untuk Pembangunan Kawasan Perbatasan
Material Lokal untuk Pembangunan Kawasan Perbatasan
A A A
Herry Vaza
Kepala Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR


KAWASAN perbatasan merupakan beranda terdepan wilayah Indonesia. Untuk itu pembangunan kawasan perbatasan tidak hanya mencakup aspek infrastruktur, tetapi juga sumber daya manusia dan aktivitas ekonominya.

Terlebih saat ini Indonesia telah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang semakin mendorong kawasan perbatasan dan pulau terluar menjadi lebih terbuka. Dalam konteks pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar, salah satu tantangan paling besar adalah ketersediaan material lokal atau agregat standar berkualitas serta keandalan sumber daya manusia yang akan melaksanakan pembangunan.

Masalahnya, tidak semua daerah memiliki agregat standar dengan kualitas yang baik. Menyamaratakan persyaratan kualitas agregat untuk pembangunan infrastruktur semua wilayah tentu tidak efisien dan pada akhirnya akan menghambat pembangunan infrastruktur jalan.

Untuk mendukung pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan dan pulau terluar, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR telah melakukan studi pemanfaatan agregat lokal substandar, seperti batu gamping, batu karang, batu apung, pasir kuarsa hingga pasir laut sebagai bahan pembuatan jalan dan pengembangan teknologi pembangunan jalan secara padat karya dengan mengikutsertakan seoptimal mungkin sumber daya manusia setempat.

Perkembangan ilmu rekayasa bahan telah berhasil membuat material/agregat yang sebelumnya tidak bisa digunakan menjadi bermanfaat. Contohnya bahan galian pasir silika atau pasir kuarsa atau pasir putih yang kaya dengan unsur silika (SiO2). Di Indonesia cadangan pasir silika terbesar terdapat di Sumatera Barat (±82,5%).

Cadangan lainnya terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan. Mutu pasir silika yang terdapat di Kalimantan Selatan merupakan pasir silika terbaik di Indonesia dengan kadar silika berkisar97,6- 98,53%. Pasir silika dengan kualitas terbaik telah lama digunakan untuk industri, seperti semen, gelas kaca, bata tahan api, pengecoran logam, ampelas, filter, glaswoll.

Adapun pasir silika yang kualitasnya kurang baik umumnya tidak digunakan, baik untuk industri maupun sebagai bahan konstruksi karena tidak memiliki ikatan yang cukup baik dengan semen. Rekayasa bahan lainnya dilakukan juga pada domato yang merupakan agregat substandar yang banyak dijumpai di Sulawesi Utara, khususnya Pulau Karakelong, Kabupaten Kepulauan Talaud.

Di kabupaten ini, domato belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini pembangunan infrastrukturnya, khususnya pengerasan jalan, dilakukan dengan menggunakan agregat yang didatangkan dari Palu, Sulawesi Tengah. Pada 2014 Pusjatan telah melakukan rekayasa penggunaan domato sebagai lapis fondasi ruas jalan Beo-Esang sepanjang 8,84 km di Kabupaten Kepulauan Talaud dengan kinerja teknis yang sangat memuaskan.

Adapun dari sisi finansial, pemanfaatan domato sebagai lapis fondasi lebih efisien daripada penggunaan agregat kelas A. Selain pada agregat substandar, Pusjatan juga telah melakukan rekayasa bahan batu karang yang banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Tanah Laterit Merauke.

Rekayasa batu karang ini khususnya dilakukan pada batu karang dari Kupang (quary batu plat dan elopada) dan Sumba Barat Daya (quary tambolaka). Batu karang daerah ini memiliki unsur kimia yang relatif sama dengan kandungan CaO yang dominan (51,72-53,84%) tetapi dengan daya lekat terhadap aspal yang lebih baik.

Hasil rekayasa menunjukkan batu karang NTT dapat digunakan sebagai agregat pengerasan jalan baik untuk lapis fondasi maupun untuk campuran beraspal. Di Merauke juga dilakukan rekayasa terhadap tanah laterit sehingga dapat bermanfaat sebagai lapis fondasi jalan. Dalam hal ini dikombinasikan dua proses stabilisasi, yaitu stabilisasi kapur dan semen.

Stabilisasi kapur bertujuanmengubahsifat kembangsusut tanah laterit, sedangkan stabilisasi semen bermanfaat untuk meningkatkan daya dukungnya. Hasilnya, melalui dua proses stabilisasi ini, penggunaan semendapatditekandari 14% menjadi 3%, sedangkan kapur dapat dihemat hingga 8%.

Penggunaan agregat substandar untuk pembangunan daerah perbatasan dan pulau terluar tidak akan optimal dan berdampak pada peningkatan perekonomian daerah bila tidak mengikutsertakan sumber daya manusia setempat, mulai dari penyediaan bahan, pengolahan hingga penggunaannya sebagai bahan konstruksi jalan.

Keterlibatan sumber daya manusia setempat tentu tidak dapat dilakukan begitu saja. Perlu pembinaan dan transfer teknologi kepada mereka. Di bidang jalan, telah diperkenalkan beberapa teknologi sederhana konstruksi jalan yang menggunakan agregat substandar yang dapat dikerjakan oleh unskilled labour dengan hanya sedikit melakukan pembinaan dan pencontohan.

Teknologi tersebut antara lain lapis fondasi batu karang, butur seal, lapis penetrasi macadam asbuton, cape asbuton seal, dan sebagainya. Dengan diperkenalkannya teknologi tersebut diharapkan masyarakat di sekitar daerah perbatasan dan pulau terluar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan jalan mulai dari hulu sampai ke hilirnya sehingga lebih merasa memiliki jalan tersebut karena ikut andil dalam proses pembangunannya.

Saat ini berbagai inovasi ini digunakan untuk peningkatan ataupun pembangunan jalan di daerah perbatasan dan pulau terluar di Indonesia.

Melalui program unggulan ini, beberapa ruas jalan kabupaten, provinsi bahkan jalan nasional di daerah perbatasan dan pulau terluar seperti di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara, Kabupaten Merauke Papua, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah dan provinsi lainnya telah dibangun dengan menggunakan material atau agregat lokal.

Inovasi seperti ini memberi sumbangan untuk peningkatan pembangunan infrastruktur sekaligus keamanan wilayah dan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar di Indonesia.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5893 seconds (0.1#10.140)