Turunkan Harga Gas, Luhut Ingin Impor dari Malaysia-Brunei

Rabu, 12 Oktober 2016 - 06:07 WIB
Turunkan Harga Gas,...
Turunkan Harga Gas, Luhut Ingin Impor dari Malaysia-Brunei
A A A
JAKARTA - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan membuka opsi impor gas dari luar negeri. Hal ini dilakukan demi mewujudkan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menurunkan harga gas industri hingga di bawah USD6 per MMBTU.

(Baca Juga: Cara ESDM Tekan Harga Gas Industri di Bawah USD6/MMBTU)

Dia mengatakan, selama ini pasokan gas alam cair (liquified natural gas/LNG) untuk industri di Indonesia Barat seperti Aceh harus didatangkan dari ‎Papua. Pasalnya, di daerah tersebut sudah tidak ada lagi sumber gas yang bisa dimanfaatkan. Kondisi ini tentu membuat ongkos distribusi menjadi lebih tinggi, mengingat jarak antara Aceh dan Papua sangat jauh.

"‎Nah itu harus kita pikirin kenapa kita tidak impor saja dari somewhere, Malaysia atau Brunei lebih murah misal USD3 hingga USD4 per MMBTU," katanya di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (11/10) malam.

(Baca Juga: Pertamina: Infrastruktur Gas RI Lebih Menyedihkan dari Malaysia)

Nantinya, gas tersebut diregasifikasi di negara tersebut sehingga menghasilkan gas alam cair. Setelah itu, baru dikirim ke daerah di Indonesia sehingga harganya pun akan lebih murah. Sem‎entara untuk Indonesia Timur, tambah dia, jika pasokan gas berlebih maka Luhut juga membuka kemungkinan untuk diekspor ke luar negeri.

"Kita hitung-hitung bisa USD8 per MMBTU. Mengurangi dari USD13 per MMBTU. Tapi itu mungkin bisa ditekan lagi jadi USD6 per MMBTU," imbuh dia.

Namun demikian, mantan Menkopolhukam ini memberikan catatan bahwa penurunan harga gas ini akan diprioritaskan kepada industri yang memberikan dampak besar kepada masyarakat, seperti pupuk atau petrokimia. Sementara untuk industri yang sudah untung meski harga gas USD8 per MMBTU, maka pemerintah tidak akan memberikan insentif penurunan harga gas.

"Ada industri yang dengan USD8 per MMBTU dia sudah untung. Kita tidak mau kasih dia harga USD6 per MMBTU karena hanya menambah untung dia saja. Yang kita mau kalau diberikan itu berdampak kepada rakyat, misalnya pupuk atau petrokimia. Itu mereka kita kasih. Kalau petrokimia kita ambil dari well head, sehingga bisa kasih USD3 sampai USD4 per MMBTU," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0650 seconds (0.1#10.140)