Ketahanan Energi RI Dinilai Tergantung Eksplorasi Geothermal
A
A
A
DEPOK - Pemanfaatan panas bumi (geothermal) untuk ketahanan energi Indonesia menurut Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto sangat mendesak. Alasannya seperti dikeahui bahwa energi fosil saat ini sudah semakin sedikit dan dampaknya pasokan listrik Indonesia menjadi kekurangan.
"Oleh karenanya kita harus mencari solusi yang tepat. Kita harus sudah berpandangan untuk kesiapan pada geotermal karena energi fosil akan habis," kata Agus dalam acara International Workshop on Geothermal Technology and Business 2016 di Balairung Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (26/10/2016).
Lebih lanjut dia menerangkan dalam pengembangannya, memang masih terdapat kendala untuk mengeksplorasi energi baru terbarukan ini. Salah satunya adalah nilai investasi yang sangat mahal untuk awal pengembangan. Namun diyakini Agus bahwa jika ini berjalan dengan baik, maka kurun waktu 5-10 tahun ke depan nilainya akan jauh lebih murah.
"Untuk itu harus ada suatu kemauan politik yang betul-betul berpihak pada geotermal. Karena harga energi geotermal lima tahun nanti lebih murah. Target pemerintah sendiri adalah 7ribu megawat pada tahun 2023. Sehingga kita harus ada peningkatan ke arah sana. Tapi yang perlu diingat adalah pembangunan geotermal tidak bisa cepat," tegasnya.
Di tempat yang sama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Bambang Wibawarta menambahkan potensi geothermal di Indonesia sangat menjanjikan. Sehingga perlu dieksplorasi dengan baik. UI dalam hal ini berkontribusi dengan membentuk pusat penelitian khusus geothermal. "Kalau dilihat trennya 5-10 tahun ke depan, geotermal memiliki potensi luar biasa di Indonesia. Dan ini harus digali dengan baik," katanya.
Ketua Program Magister Eksplorasi Geothermal Universitas Indonesia (UI) Yunus Daud melanjutkan, jika Indonesia melakukan diversifikasi maka dipastikan ketahanan energi bisa dicapai. Utamanya, kata dia, geothermal bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Namun ternyata bisa juga bermanfaat untuk bidang kesehatan dan kecantikan.
"Tapi jangan dipaksakan untuk kendaraan. Kalau untuk kendaraan biar saja memakai minyak, tapi untuk listrik gunakan energi lain. Kalau diversifikasi energi dilakukan maka Indonesia bisa secure," pungkasnya.
"Oleh karenanya kita harus mencari solusi yang tepat. Kita harus sudah berpandangan untuk kesiapan pada geotermal karena energi fosil akan habis," kata Agus dalam acara International Workshop on Geothermal Technology and Business 2016 di Balairung Universitas Indonesia (UI) Depok, Rabu (26/10/2016).
Lebih lanjut dia menerangkan dalam pengembangannya, memang masih terdapat kendala untuk mengeksplorasi energi baru terbarukan ini. Salah satunya adalah nilai investasi yang sangat mahal untuk awal pengembangan. Namun diyakini Agus bahwa jika ini berjalan dengan baik, maka kurun waktu 5-10 tahun ke depan nilainya akan jauh lebih murah.
"Untuk itu harus ada suatu kemauan politik yang betul-betul berpihak pada geotermal. Karena harga energi geotermal lima tahun nanti lebih murah. Target pemerintah sendiri adalah 7ribu megawat pada tahun 2023. Sehingga kita harus ada peningkatan ke arah sana. Tapi yang perlu diingat adalah pembangunan geotermal tidak bisa cepat," tegasnya.
Di tempat yang sama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Bambang Wibawarta menambahkan potensi geothermal di Indonesia sangat menjanjikan. Sehingga perlu dieksplorasi dengan baik. UI dalam hal ini berkontribusi dengan membentuk pusat penelitian khusus geothermal. "Kalau dilihat trennya 5-10 tahun ke depan, geotermal memiliki potensi luar biasa di Indonesia. Dan ini harus digali dengan baik," katanya.
Ketua Program Magister Eksplorasi Geothermal Universitas Indonesia (UI) Yunus Daud melanjutkan, jika Indonesia melakukan diversifikasi maka dipastikan ketahanan energi bisa dicapai. Utamanya, kata dia, geothermal bisa digunakan untuk pembangkit listrik. Namun ternyata bisa juga bermanfaat untuk bidang kesehatan dan kecantikan.
"Tapi jangan dipaksakan untuk kendaraan. Kalau untuk kendaraan biar saja memakai minyak, tapi untuk listrik gunakan energi lain. Kalau diversifikasi energi dilakukan maka Indonesia bisa secure," pungkasnya.
(akr)