Curhat Sri Mulyani saat Menjabat Menkeu 10 Tahun Lalu
A
A
A
JAKARTA - Hadir dalam Rakernas Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita soal kali pertama menjadi menteri keuangan yaitu pada 10 tahun silam.
Ketika itu, kisah Ani, ia menjadi menteri keuangan yang tidak memiliki neraca keuangan dan keuangan negara. Meski demikian, ia memiliki kesempatan dan berikhtiar membangun suatu direktorat yang bertujuan mengelola kekayaan dan aset negara.
Menurut dia, pembentukan dan proses dimulainya mengelola aset di DJKN adalah sebuah perjalanan panjang nan berliku, layaknya lagu The Beatles: The Long and Winding Road. Dan itu harus dilewati bersama, dari tahun ke tahun hingga saat ini dan mendatang. Hasilnya, saat ini jumlah aset dan kekayaan negara yang dikelola mencapai Rp5.285 triliun.
"A long journey. Bayangkan, saya jadi menkeu 10 tahun lalu, saya menteri keuangan yang tidak punya neraca keuangan dan kekayaan negara. Maka tidak heran banyak kekayaan negara yang tiba-tiba pindah tangan atau digunakan pihak lain tanpa kita punya konsekuensi apapun," kata Ani di Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Untuk itu, pertama kali yang dilakukan dalam rangka mengelola keuangan negara adalah membangun neraca yang kredibel. Namun pada awal Kemenkeu membangun neraca terdapat disclaimer. "Itu sebuah keniscayaan, pasti ada disclaimer dan itu tidak masalah," katanya. Karena, cerita Ani, untuk dapat menyelesaikan atau mencari solusi harus mengetahui dulu permasalahannya.
"Kita mengenali masalah bahwa kekayaan negara itu sangat banyak, dan selama ini tidak pernah dikelola dengan tertib administrasi dan tertib hukum, makanya banyak yang kemana-mana kekayaan negara kita," imbuh dia.
Dan lanjut dia, dari awal Kemenkeu membentuk DJKN harus memulai dari nol untuk menjadi kredibel. Dari mulai disclaimer menjadi wajar dengan pengecualian dan sekarang sudah menjadi wajar tanpa pengecualian.
"Jadi saya ingin memberikan selamat yang telah meraih WTP, terutama dalam hal pengeloaan aset dan kekayaan negara. Itu adalah suatu pencapaian luar biasa dalam 10 tahun. Mudah-mudahan 10 tahun usia DJKN ini bukan seperti usia anak-anak tapi sudah dewasa," pesannya.
Ketika itu, kisah Ani, ia menjadi menteri keuangan yang tidak memiliki neraca keuangan dan keuangan negara. Meski demikian, ia memiliki kesempatan dan berikhtiar membangun suatu direktorat yang bertujuan mengelola kekayaan dan aset negara.
Menurut dia, pembentukan dan proses dimulainya mengelola aset di DJKN adalah sebuah perjalanan panjang nan berliku, layaknya lagu The Beatles: The Long and Winding Road. Dan itu harus dilewati bersama, dari tahun ke tahun hingga saat ini dan mendatang. Hasilnya, saat ini jumlah aset dan kekayaan negara yang dikelola mencapai Rp5.285 triliun.
"A long journey. Bayangkan, saya jadi menkeu 10 tahun lalu, saya menteri keuangan yang tidak punya neraca keuangan dan kekayaan negara. Maka tidak heran banyak kekayaan negara yang tiba-tiba pindah tangan atau digunakan pihak lain tanpa kita punya konsekuensi apapun," kata Ani di Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Untuk itu, pertama kali yang dilakukan dalam rangka mengelola keuangan negara adalah membangun neraca yang kredibel. Namun pada awal Kemenkeu membangun neraca terdapat disclaimer. "Itu sebuah keniscayaan, pasti ada disclaimer dan itu tidak masalah," katanya. Karena, cerita Ani, untuk dapat menyelesaikan atau mencari solusi harus mengetahui dulu permasalahannya.
"Kita mengenali masalah bahwa kekayaan negara itu sangat banyak, dan selama ini tidak pernah dikelola dengan tertib administrasi dan tertib hukum, makanya banyak yang kemana-mana kekayaan negara kita," imbuh dia.
Dan lanjut dia, dari awal Kemenkeu membentuk DJKN harus memulai dari nol untuk menjadi kredibel. Dari mulai disclaimer menjadi wajar dengan pengecualian dan sekarang sudah menjadi wajar tanpa pengecualian.
"Jadi saya ingin memberikan selamat yang telah meraih WTP, terutama dalam hal pengeloaan aset dan kekayaan negara. Itu adalah suatu pencapaian luar biasa dalam 10 tahun. Mudah-mudahan 10 tahun usia DJKN ini bukan seperti usia anak-anak tapi sudah dewasa," pesannya.
(ven)