Sumbang Pendapatan Negara Rp47 T, Rokok Kretek Kudus Dijadikan Budaya
A
A
A
JAKARTA - Terkait aspek kesehatan terhadap rokok, Bupati Kudus, Musthofa menandaskan tidak akan mengubah regulasi mengenai rokok di Kudus, Jawa Tengah. Musthofa punya dua alasan soal rokok di Kudus. Pertama, budaya rokok kretek di Kudus sudah berlangsung lama karena itu harus terus dilestarikan.
Kedua, sisi ekonomi, rokok menyumbang pendapatan untuk negara sebesar Rp47 triliun per tahun. "Selama ini, Jakarta terus disebut berkontribusi terhadap ekonomi. Demikian juga Kudus, menyumbang Rp47 triliun tiap tahunnya dari rokok kretek. Saya enggak mau bicara regulasi kesehatannya, saya bicara bagaimana caranya rokok ini jadi aspek budaya," katanya dalam acara Seminar Indonesia Naik Kelas bersama Koran Sindo dan Sindonews.com, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Dia melanjutkan, jika berbicara rokok dalam konteks kesehatan memang tidak akan ada habisnya. Bahkan Musthofa menjelaskan, dia juga perokok dan tidak masalah jika dia sakit batuk karena rokok.
"Sejak Indonesia merdeka, itu rokok kretek Kudus sudah terkenal. Orang kaya nomor satu di Indonesia pun ada di Kudus. Dan kalau ada yang bilang, jangan merokok, nanti batuk, lho sebelum ada rokok, sudah ada sakit batuk," candanya.
Menurut dia, banyak yang bisa diambil manfaatnya dari rokok yang dikembangkan di Kudus, salah satunya untuk Indonesia.
"Karena Kudus itu yang terkenal rokok kreteknya. Jadi banyak manfaat yang bisa dipetik. Selain menyumbang pendapatan, rokok kretek ini include juga sebagai budaya," pungkasnya.
Kedua, sisi ekonomi, rokok menyumbang pendapatan untuk negara sebesar Rp47 triliun per tahun. "Selama ini, Jakarta terus disebut berkontribusi terhadap ekonomi. Demikian juga Kudus, menyumbang Rp47 triliun tiap tahunnya dari rokok kretek. Saya enggak mau bicara regulasi kesehatannya, saya bicara bagaimana caranya rokok ini jadi aspek budaya," katanya dalam acara Seminar Indonesia Naik Kelas bersama Koran Sindo dan Sindonews.com, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Dia melanjutkan, jika berbicara rokok dalam konteks kesehatan memang tidak akan ada habisnya. Bahkan Musthofa menjelaskan, dia juga perokok dan tidak masalah jika dia sakit batuk karena rokok.
"Sejak Indonesia merdeka, itu rokok kretek Kudus sudah terkenal. Orang kaya nomor satu di Indonesia pun ada di Kudus. Dan kalau ada yang bilang, jangan merokok, nanti batuk, lho sebelum ada rokok, sudah ada sakit batuk," candanya.
Menurut dia, banyak yang bisa diambil manfaatnya dari rokok yang dikembangkan di Kudus, salah satunya untuk Indonesia.
"Karena Kudus itu yang terkenal rokok kreteknya. Jadi banyak manfaat yang bisa dipetik. Selain menyumbang pendapatan, rokok kretek ini include juga sebagai budaya," pungkasnya.
(ven)