Pertumbuhan Ekonomi Jepang Tertolong Lonjakan Ekspor
A
A
A
TOKYO - Pertumbuhan ekonomi Jepang mencetak hasil positif lebih dari yang diharapkan antara periode Juli dan September, setelah ekspor mengalami lonjakan lebih tinggi. Tercatat Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan meningkat sebesar 2,2% dalam tiga bulan hingga September, untuk jadi ekspansi beruntun pada kuartal ketiga.
Dilansir BBC, Senin (14/11/2016) perusahaan-perusahaan Jepang mengandalkan penjualan untuk membuat permintaan domestik kembali bersemangat. Di sisi lain ada kekhawatiran Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih yakni Donald Trump akan memberikan sentimen negatif akibat rencananya yang anti perdagangan bebas akan menjadi kenyataan.
Sejak hasil Pilpres AS, yen telah jatuh terhadap USD, yang membuat barang Jepang lebih murah di Luar Negeri untuk menjadi kabar baik bagi negara eksportir tersebut. Data resmi terbaru menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut semakin meningkat sebesar 0,5% dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya untuk Juli yang lebih baik dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya 0,2%.
Ketergantungan Ekspor
Ini menjadi kabar baik yang jarang menyapa Perdana Menteri Shinzo Abe yang menurutnya akan membantu merangsang perekonomian. Namun, analis memperkirakan kenaikan ini tidak dapat dipertahankan, mengingat Jepang sangat tergantung kepada ekspor.
"Konsumsi terlihat hampir tidak ada dan belanja modal juga tidak menunjukkan pertumbuhan. Sehingga Jepang sangat mengandalkan dari luar," terang Kepala Ekonom Japan Macro Advisers, Takuji Okubo.
Sementara seorang ekonom di Natixis Japan Securities yakni Kohei Iwahara mengatakan angka-angka tersebut bisa menjadi keuntungan, ketika sebelumnya diprediksi perlambatan akan terjadi dalam tiga bulan terakhir di 2016. Pada Agustus lalu, kabinet Jepang menyetujui memberikan stimulus paket ekonomi senilai lebih dari 28 triliun yen atau setara USD275 triliun.
Namun ekonom sebagian besar kecewa dengan apa yang dilakukan pemerintah, lantaran hanya bersifat sementara. Bank Sentral Jepang bulan lalu terus mendorong dapat mencapai target inflasi 2% hingga Maret 2019.
Dilansir BBC, Senin (14/11/2016) perusahaan-perusahaan Jepang mengandalkan penjualan untuk membuat permintaan domestik kembali bersemangat. Di sisi lain ada kekhawatiran Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih yakni Donald Trump akan memberikan sentimen negatif akibat rencananya yang anti perdagangan bebas akan menjadi kenyataan.
Sejak hasil Pilpres AS, yen telah jatuh terhadap USD, yang membuat barang Jepang lebih murah di Luar Negeri untuk menjadi kabar baik bagi negara eksportir tersebut. Data resmi terbaru menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut semakin meningkat sebesar 0,5% dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya untuk Juli yang lebih baik dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya 0,2%.
Ketergantungan Ekspor
Ini menjadi kabar baik yang jarang menyapa Perdana Menteri Shinzo Abe yang menurutnya akan membantu merangsang perekonomian. Namun, analis memperkirakan kenaikan ini tidak dapat dipertahankan, mengingat Jepang sangat tergantung kepada ekspor.
"Konsumsi terlihat hampir tidak ada dan belanja modal juga tidak menunjukkan pertumbuhan. Sehingga Jepang sangat mengandalkan dari luar," terang Kepala Ekonom Japan Macro Advisers, Takuji Okubo.
Sementara seorang ekonom di Natixis Japan Securities yakni Kohei Iwahara mengatakan angka-angka tersebut bisa menjadi keuntungan, ketika sebelumnya diprediksi perlambatan akan terjadi dalam tiga bulan terakhir di 2016. Pada Agustus lalu, kabinet Jepang menyetujui memberikan stimulus paket ekonomi senilai lebih dari 28 triliun yen atau setara USD275 triliun.
Namun ekonom sebagian besar kecewa dengan apa yang dilakukan pemerintah, lantaran hanya bersifat sementara. Bank Sentral Jepang bulan lalu terus mendorong dapat mencapai target inflasi 2% hingga Maret 2019.
(akr)