Tax Amnesty Tak Bisa Katrol Penerimaan Pajak
A
A
A
JAKARTA - Pengamat ekonomi Faisal Basri mengatakan, keberadaan tax amnesty tidak dapat dipastikan bisa mengatrol penerimaan pajak hingga akhir tahun. Pasalnya, antara kenyataan dan apa yang disampaikan pemerintah soal target tax amnesty banyak yang meleset.
Menurut Faisal, perannya pemerintah sendiri dalam ekonomi masih kurang dari 10%, yakni hanya 9,75%. Mereka ingin belanja habis-habisan di sektor infrastruktur dan memakian uang dari penerimaan sektor pajak.
"Pemerintah belum berkontribusi banyak. Mereka mau bangun infrastruktur terus, tapi kan harus pakai uang. Terus uangnya dari mana? Pajak. Pajaknya saja hanya 12% dari PDB. Makanya ada tax amnesty. Tapi tidak bisa kita andalkan dan itu pun tidak bisa menutup target pajak Indonesia sampai akhir tahun," ujarnya di Balai Sudirman, Jakarta, Senin (5/12/2016).
Faisal menambahkan bahwa penerimaan dari tax amnesty hanya mitos belaka. Lantaran sampai saat ini, dana-dana yang diungkapkan oleh pemerintah banyak yang tidak masuk akal. (Baca: Ada Tax Amnesty, Luhut Prediksi Penerimaan Pajak Naik Rp700 T)
"Itu berdasarkan mitos saja. Katanya ada dana di luar negeri sampai beribu-beribu triliun. Pak Jokowi mau Rp4.000 triliun masuk. Boro-boro empat ribu triliun masuk, 500 triliun yang repatriasi saja enggak ada. Dan dua bulan terakhir ini, angka repatriasi flat di Rp132 triliun".
Dia melanjutkan, dengan kondisi demikian maka tax amnesty tidak bisa menolong penerimaan pajak sampai akhir, yang diperkirakan tidak sampai 60%. Padahal nilai proporsional target pajak adalah 75%.
"Tapi kadang euforia ini benar-benar berlebihan. Akhirnya utang lagi buat infrastruktur. Begitu saja terus dan sampai akhir tahun akan naik terus utangnya seperti roket," pungkasnya.
Menurut Faisal, perannya pemerintah sendiri dalam ekonomi masih kurang dari 10%, yakni hanya 9,75%. Mereka ingin belanja habis-habisan di sektor infrastruktur dan memakian uang dari penerimaan sektor pajak.
"Pemerintah belum berkontribusi banyak. Mereka mau bangun infrastruktur terus, tapi kan harus pakai uang. Terus uangnya dari mana? Pajak. Pajaknya saja hanya 12% dari PDB. Makanya ada tax amnesty. Tapi tidak bisa kita andalkan dan itu pun tidak bisa menutup target pajak Indonesia sampai akhir tahun," ujarnya di Balai Sudirman, Jakarta, Senin (5/12/2016).
Faisal menambahkan bahwa penerimaan dari tax amnesty hanya mitos belaka. Lantaran sampai saat ini, dana-dana yang diungkapkan oleh pemerintah banyak yang tidak masuk akal. (Baca: Ada Tax Amnesty, Luhut Prediksi Penerimaan Pajak Naik Rp700 T)
"Itu berdasarkan mitos saja. Katanya ada dana di luar negeri sampai beribu-beribu triliun. Pak Jokowi mau Rp4.000 triliun masuk. Boro-boro empat ribu triliun masuk, 500 triliun yang repatriasi saja enggak ada. Dan dua bulan terakhir ini, angka repatriasi flat di Rp132 triliun".
Dia melanjutkan, dengan kondisi demikian maka tax amnesty tidak bisa menolong penerimaan pajak sampai akhir, yang diperkirakan tidak sampai 60%. Padahal nilai proporsional target pajak adalah 75%.
"Tapi kadang euforia ini benar-benar berlebihan. Akhirnya utang lagi buat infrastruktur. Begitu saja terus dan sampai akhir tahun akan naik terus utangnya seperti roket," pungkasnya.
(ven)