Investasi Proyek PLTP di Minahasa Capai Rp3,3 Triliun
A
A
A
MANADO - Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, biaya investasi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mencapai USD282,07 juta atau setara dengan Rp3,3 triliun.
Ketiga proyek itu adalah PLTP Lahendong Unit 5 dan 6, serta PLTP Ulubelu Unit 3 di Kecamatan Tompaso, Minahasa. Pembangkit listrik itu mulai dikerjakan sejak 5 Juli 2015 dengan target penyelesaian masing-masing Desember 2016 dan Juni 2017.
Dan menurut Jonan, tarif PLTP Lahendong unit 5 dan 6 yang akan dijual ke PT PLN (Persero) sebagai pembeli utama yakni 11,42 sen dolar AS per KWh. “Sementara PLTP Ulubelu tarifnya 7,53 sen dolar AS per KWh,” katanya di Manado, Selasa (27/12/2016).
Meski berbasis energi baru terbarukan, namun kata Jonan hal tersbeut bukan sebuah keharusan dalam memenuhi target kelistrikan 35.000 MW. Pembangunan proyek listrik akan disesuaikan dengan potensi sumber daya yang ada di daerah masing-masing.
“Misalnya di Sulut yang ada sumber daya uap dan air. Adanya potensi itu maka dibangunlah PLTP. Ini adalah energy mix, dimana potensi energi berasal dari aneka sumber daya,” terangnya. (Baca: Jokowi: PLTP Minahasa Mampu Serap 2.750 Tenaga Kerja Lokal)
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menambahkan, proyek-proyek infrastruktur energi yang dibangun Pertamina ini diharapkan dapat memberikan efek berganda terhadap kehidupan ekonomi masyarakat terlebih yang berada di sekitar PLTP. “Adanya pembangkit listrik ini juga bisa menjadi solusi mengatasi kebutuhan listrik warga Sulut,” tambahnya.
PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 yang menggunakan skema total project (hingga menghasilkan listrik) tersebut telah menambah kapasitas pembangkit di Area Lahendong menjadi 120 megawatt.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Dubes Selandia Baru untuk Indonesia, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Rini Soemarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kapolri Irjen Pol Tito Karnavian, Pangdam XIII Merdeka, Kapolda Sulut, dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.
Ketiga proyek itu adalah PLTP Lahendong Unit 5 dan 6, serta PLTP Ulubelu Unit 3 di Kecamatan Tompaso, Minahasa. Pembangkit listrik itu mulai dikerjakan sejak 5 Juli 2015 dengan target penyelesaian masing-masing Desember 2016 dan Juni 2017.
Dan menurut Jonan, tarif PLTP Lahendong unit 5 dan 6 yang akan dijual ke PT PLN (Persero) sebagai pembeli utama yakni 11,42 sen dolar AS per KWh. “Sementara PLTP Ulubelu tarifnya 7,53 sen dolar AS per KWh,” katanya di Manado, Selasa (27/12/2016).
Meski berbasis energi baru terbarukan, namun kata Jonan hal tersbeut bukan sebuah keharusan dalam memenuhi target kelistrikan 35.000 MW. Pembangunan proyek listrik akan disesuaikan dengan potensi sumber daya yang ada di daerah masing-masing.
“Misalnya di Sulut yang ada sumber daya uap dan air. Adanya potensi itu maka dibangunlah PLTP. Ini adalah energy mix, dimana potensi energi berasal dari aneka sumber daya,” terangnya. (Baca: Jokowi: PLTP Minahasa Mampu Serap 2.750 Tenaga Kerja Lokal)
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menambahkan, proyek-proyek infrastruktur energi yang dibangun Pertamina ini diharapkan dapat memberikan efek berganda terhadap kehidupan ekonomi masyarakat terlebih yang berada di sekitar PLTP. “Adanya pembangkit listrik ini juga bisa menjadi solusi mengatasi kebutuhan listrik warga Sulut,” tambahnya.
PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 yang menggunakan skema total project (hingga menghasilkan listrik) tersebut telah menambah kapasitas pembangkit di Area Lahendong menjadi 120 megawatt.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Dubes Selandia Baru untuk Indonesia, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Rini Soemarno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kapolri Irjen Pol Tito Karnavian, Pangdam XIII Merdeka, Kapolda Sulut, dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.
(ven)