Ekonomi Indonesia 2017 Tak Bagus, Bank Mayora Selektif Beri Kredit
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan, perusahaan akan selektif dalam memberikan kredit pada 2017. Langkah ini dilakukan salah satunya karena ekonomi tahun depan dinilai masih tidak bagus.
Irfan menyatakan, faktor lain yang membuat Bank Mayora selektif yakni nasabah juga memandang ekonomi 2017 tidak bagus. Sehingga banyak yang memilih untuk melunasinya tahun ini.
"Ekonomi enggak bagus membuat kami selektif berikan kredit. Kedua karena faktor nasabah dalam melunasi pinjaman, nasabah lihat ekonomi enggak bagus, jadi lunasin," ujarnya di Jakarta, Selasa (27/12/2016).
Faktor ketiga, dia menyampaikan, yaitu nasabah pemilik kredit macet akan diambil agunannya. Cara itu dinilai dapat menekan rasio Non Performing Loan (NPL) yang diprediksi naik hingga akhir tahun ini menjadi 2,5%.
"Ketiga karena nasabah problem punya kredit macet, kami tarik agunan, diambil alih, itu salah satu yang mempengaruhi. Cadangan kami sampai akhir Desember Rp22 miliar," katanya.
Menurutnya ada dua bisnis yang kinerjanya sedang turun dan turut berdampak ke perusahaan. Pertama, yakni hotel masih tidak bagus karena okupansi turun dan mereka banyak mengalami penurunan tamu khususnya pemesanan dari pemerintahan. Dan ini memberi pengaruh cukup besar.
"Kedua industri yang cukup kena di kami di bidang akuntan, kalau kami lihat ada ekspedisi muatan kapal laut bawa barang dari satu pulau ke pulau lain. Sekarang terjadi perang tarif. Jadi buat customer yang miliki kapal angkut tidak besar punya cost lebih mahal dibandingkan yang miliki kapal besar daya angkut besar, ongkos per kontainer lebih murah," pungkasnya.
Irfan menyatakan, faktor lain yang membuat Bank Mayora selektif yakni nasabah juga memandang ekonomi 2017 tidak bagus. Sehingga banyak yang memilih untuk melunasinya tahun ini.
"Ekonomi enggak bagus membuat kami selektif berikan kredit. Kedua karena faktor nasabah dalam melunasi pinjaman, nasabah lihat ekonomi enggak bagus, jadi lunasin," ujarnya di Jakarta, Selasa (27/12/2016).
Faktor ketiga, dia menyampaikan, yaitu nasabah pemilik kredit macet akan diambil agunannya. Cara itu dinilai dapat menekan rasio Non Performing Loan (NPL) yang diprediksi naik hingga akhir tahun ini menjadi 2,5%.
"Ketiga karena nasabah problem punya kredit macet, kami tarik agunan, diambil alih, itu salah satu yang mempengaruhi. Cadangan kami sampai akhir Desember Rp22 miliar," katanya.
Menurutnya ada dua bisnis yang kinerjanya sedang turun dan turut berdampak ke perusahaan. Pertama, yakni hotel masih tidak bagus karena okupansi turun dan mereka banyak mengalami penurunan tamu khususnya pemesanan dari pemerintahan. Dan ini memberi pengaruh cukup besar.
"Kedua industri yang cukup kena di kami di bidang akuntan, kalau kami lihat ada ekspedisi muatan kapal laut bawa barang dari satu pulau ke pulau lain. Sekarang terjadi perang tarif. Jadi buat customer yang miliki kapal angkut tidak besar punya cost lebih mahal dibandingkan yang miliki kapal besar daya angkut besar, ongkos per kontainer lebih murah," pungkasnya.
(ven)