Marie Elka Beberkan Kebijakan AS Perlu Diwaspadai RI

Jum'at, 27 Januari 2017 - 13:32 WIB
Marie Elka Beberkan...
Marie Elka Beberkan Kebijakan AS Perlu Diwaspadai RI
A A A
JAKARTA - Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Marie Elka Pangestu membeberkan kebijakan ekonomi makro Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang perlu diwaspadai oleh Indonesia. Pasalnya, kebijakan yang akan diambil Trump tersebut sedikit banyak akan memengaruhi Indonesia.

(Baca Juga: Donald Trump Bisa Beri Angin Segar Perdagangan AS dan Indonesia)

Dia mengungkapkan, hengkangnya AS dari kerja sama Trans Pacific Partnership (TPP) membuktikan bahwa janji-janjinya saat kampanye akan dibuktikannya satu per satu. Bahkan, sejak pidato pasca pelantikan sudah kentara terlihat bahwa Trump akan membuktikan janji-janji kampanyenya.

"Karena ternyata apa yang kita perkirakan orang kampanye ngomong retorika, ternyata saat pidato pelantikannya tidak beda dengan saat kampanyenya. Jadi pernyataannya itu candidate Trump is the same of President Trump," katanya dalam diskusi publik CSIS bertajuk Kebijakan Ekonomi, Bisnis, dan Politik AS di bawah Presiden Trump di Jakarta, Jumat (27/1/2017).

Dari segi marko ekonomi, Presiden AS dari Partai Republik tersebut akan menggenjot pertumbuhan ekonomi AS menjadi sekitar 3,5%. Padahal, saat ini pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam -julukan AS- masih di bawah 2%.

Tak hanya itu, Trump juga akan menciptakan 25 juta lapangan pekerjaan baru melalui pembangunan infrastruktur dan meningkatkan investasi, memotong pajak bea masuk dari 30% menjadi 15% hingga 20%, dan melakukan deregulasi besar-besaran.

"Deregulasi yang akan dilakukan itu moratorium terhadap regulasi baru, 75% dari regulasi yang ada akan di overhall, akan di deregulasi," imbuh dia.

Dalam jangka pendek, kata mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini, reaksi pasar memang cenderung positif terhadap kebijakan Trump. Hal ini karena Trump mewariskan perekonomian AS yang baik. Namun, dalam jangka menengah hal tersebut justru akan membuat ketidakpastian terhadap global.

"Antara lain kalau dia melakukan defisit financing, itu akan menyebabkan inflasi," tuturnya.

Ditambah lagi, Bank Sentral AS (The Federal Reserve) berencana menaikkan tingkat suku bunga acuannya (Fed Rate) tiga hingga lima kali ditahun ini. Hal ini tentu akan membuat aliran dana keluar (capital outflow) di Indonesia dan pada akhirnya berdampak terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

"Implikasi kepada monetary policy Indonesia adalah juga bahwa proses penurunan suku bunga yang kita lakukan selama ini dalam rangka monetary stimulus, itu kemungkinan besar tidak akan bisa dilakukan. Bahkan mungkin kita akan mengalami kenaikan suku bunga. Kita akan mengalami volatility capital outflow dan rupiah yang melemah," papar Marie.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6741 seconds (0.1#10.140)