Tahan Suku Bunga, The Fed Optimistis Ekonomi AS Positif
A
A
A
WASHINGTON - Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menatap positif pada perekonomian AS, usai menahan suku bunga pada pertemuan pertama sejak Presiden AS Donald Trump menjabat.
Seperti dikuti dari BBC, Kamis (2/2/2017), The Fed memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 0,5% hingga 0,75%. Pasar pekerjaan dan kegiatan ekonomi tercatat terus menguat.
"Tindakan dari konsumen dan sentimen bisnis telah membaik akhir-akhir ini," kata bank sentral dalam sebuah pernyataannya.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25% pada Desember, peningkatan kedua dalam satu dekade. Presiden Trump telah berjanji untuk meningkatkan pertumbuhan melalui pemotongan pajak, pengeluaran dan deregulasi, meningkatkan prospek inflasi yang lebih tinggi.
Ketua The Fed Janet Yellen pada bulan lalu memperingatkan bahwa dengan perekonomian memberikan kesempatan kerja lebih banyak, bank sentral mempertaruhkan "kejutan buruk" pada inflasi jika itu terlalu lambat dengan kenaikan suku bunga.
The Fed mengatakan bahwa inflasi akan meningkat menjadi 2% dalam jangka menengah. Namun, tidak berkomentar tentang pengaruh rencana pemerintahan Trump.
Meskipun optimistis, bank sentral juga mengisyaratkan bahwa pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), sebagai badan yang menetapkan tarif, akan tetap menaikkan suku bunga secara bertahap.
Investor berharap ada kejelasan tentang kapan kenaikan berikutnya akan terjadi dan berapa kali yang direncanakan untuk tahun ini. "Ini hanya pertemuan FOMC pertama pada 2017 sehingga masih banyak peluang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini dan kemungkinan kita akan melihat kenaikan suku bunga pada Maret atau Juni," kata Managing Director Charles Schwab, Kully Samra.
"Dalam pandangan kami, dua kenaikan suku bunga tahun ini akan cukup untuk mencegah kekhawatiran inflasi dan tidak akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Dennis de Jong, managing director UFX.com, mengatakan bahwa ketidakpastian tentang kebijakan ekonomi Trump lebih lanjut bisa menunda laju kenaikan berikutnya. "Dengan Trump masih terang pada setiap rencana konkret atau menunggu waktu, Yellen mungkin terpaksa menunggu lebih lama sebelum mengambil keputusan," tuturnya.
Data resmi pekan lalu menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada laju tahunan sebesar 1,9% pada kuartal keempat tahun lalu, atau mengalami perlambatan dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 3,5%.
Seperti dikuti dari BBC, Kamis (2/2/2017), The Fed memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 0,5% hingga 0,75%. Pasar pekerjaan dan kegiatan ekonomi tercatat terus menguat.
"Tindakan dari konsumen dan sentimen bisnis telah membaik akhir-akhir ini," kata bank sentral dalam sebuah pernyataannya.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25% pada Desember, peningkatan kedua dalam satu dekade. Presiden Trump telah berjanji untuk meningkatkan pertumbuhan melalui pemotongan pajak, pengeluaran dan deregulasi, meningkatkan prospek inflasi yang lebih tinggi.
Ketua The Fed Janet Yellen pada bulan lalu memperingatkan bahwa dengan perekonomian memberikan kesempatan kerja lebih banyak, bank sentral mempertaruhkan "kejutan buruk" pada inflasi jika itu terlalu lambat dengan kenaikan suku bunga.
The Fed mengatakan bahwa inflasi akan meningkat menjadi 2% dalam jangka menengah. Namun, tidak berkomentar tentang pengaruh rencana pemerintahan Trump.
Meskipun optimistis, bank sentral juga mengisyaratkan bahwa pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), sebagai badan yang menetapkan tarif, akan tetap menaikkan suku bunga secara bertahap.
Investor berharap ada kejelasan tentang kapan kenaikan berikutnya akan terjadi dan berapa kali yang direncanakan untuk tahun ini. "Ini hanya pertemuan FOMC pertama pada 2017 sehingga masih banyak peluang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini dan kemungkinan kita akan melihat kenaikan suku bunga pada Maret atau Juni," kata Managing Director Charles Schwab, Kully Samra.
"Dalam pandangan kami, dua kenaikan suku bunga tahun ini akan cukup untuk mencegah kekhawatiran inflasi dan tidak akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Dennis de Jong, managing director UFX.com, mengatakan bahwa ketidakpastian tentang kebijakan ekonomi Trump lebih lanjut bisa menunda laju kenaikan berikutnya. "Dengan Trump masih terang pada setiap rencana konkret atau menunggu waktu, Yellen mungkin terpaksa menunggu lebih lama sebelum mengambil keputusan," tuturnya.
Data resmi pekan lalu menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada laju tahunan sebesar 1,9% pada kuartal keempat tahun lalu, atau mengalami perlambatan dari pertumbuhan kuartal sebelumnya 3,5%.
(izz)