Cabai India dan China Serbu Pasar Tulungagung
A
A
A
TULUNGAGUNG - Cabai impor dari India dan China menyerbu sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Masuknya cabai impor ditengarai akibat meroketnya harga cabai lokal hingga Rp112.000 per kilogram. Masyarakat kini menjadikan cabai impor sebagai idola baru.
"Sebab harga cabai impor lebih murah," tutur Rohana pedagang Pasar Ngemplak Tulungagung. Sebagai perbandingan harga cabai rawit merah mencapai Rp112.000 per kilogram dan cabai rawit muda Rp60.000 per kilogram. Sementara harga cabai impor relatif lebih ekonomis, antara Rp47.000-Rp60.000 per kilogram.
Bahkan cabai impor ini bisa dibeli lebih murah lagi dalam jumlah besar. Untuk 25 kilogram, maka harganya menjadi Rp57.000 per kilogram. Dan Rp47.000 per kilogram untuk cabai bertangkai dan Rp54.000 per kilogram untuk yang tidak bertangkai.
Meski harganya lebih murah, namun secara fisik, cabai impor berwujud kering. Kalah menarik dibanding cabai lokal yang dalam bentuk segar. Dan soal rasa, kata Rohana, cabai dari India lebih pedas dibanding cabai dari China.
"Banjirnya cabai impor ini sih sudah dua bulan terakhir. Kami (pedagang) mendapatkannya dari Jakarta," terang dia, Jumat (10/2/2017).
Dan sebagian besar konsumen cabai impor ini adalah kelompok pedagang makanan. Sebab secara bisnis, mereka akan lebih diuntungkan dibanding menggunakan cabai lokal.
Menanggapi hal ini, Kabag Humas Pemkab Tulungagung Sudarmaji membenarkan cabai impor telah menyerbu pasar Tulungagung. Menurutnya hal itu bukan permasalahan mengingat sebagian besar petani cabai lokal mengalami gagal panen.
"Tidak menjadi masalah. Justru menjadi alternatif. Sebab dengan gagal panen, harga cabai lokal melambung tinggi dan nyaris tidak terjangkau," ujarnya.
"Sebab harga cabai impor lebih murah," tutur Rohana pedagang Pasar Ngemplak Tulungagung. Sebagai perbandingan harga cabai rawit merah mencapai Rp112.000 per kilogram dan cabai rawit muda Rp60.000 per kilogram. Sementara harga cabai impor relatif lebih ekonomis, antara Rp47.000-Rp60.000 per kilogram.
Bahkan cabai impor ini bisa dibeli lebih murah lagi dalam jumlah besar. Untuk 25 kilogram, maka harganya menjadi Rp57.000 per kilogram. Dan Rp47.000 per kilogram untuk cabai bertangkai dan Rp54.000 per kilogram untuk yang tidak bertangkai.
Meski harganya lebih murah, namun secara fisik, cabai impor berwujud kering. Kalah menarik dibanding cabai lokal yang dalam bentuk segar. Dan soal rasa, kata Rohana, cabai dari India lebih pedas dibanding cabai dari China.
"Banjirnya cabai impor ini sih sudah dua bulan terakhir. Kami (pedagang) mendapatkannya dari Jakarta," terang dia, Jumat (10/2/2017).
Dan sebagian besar konsumen cabai impor ini adalah kelompok pedagang makanan. Sebab secara bisnis, mereka akan lebih diuntungkan dibanding menggunakan cabai lokal.
Menanggapi hal ini, Kabag Humas Pemkab Tulungagung Sudarmaji membenarkan cabai impor telah menyerbu pasar Tulungagung. Menurutnya hal itu bukan permasalahan mengingat sebagian besar petani cabai lokal mengalami gagal panen.
"Tidak menjadi masalah. Justru menjadi alternatif. Sebab dengan gagal panen, harga cabai lokal melambung tinggi dan nyaris tidak terjangkau," ujarnya.
(ven)