Impor RI Januari 2017 Melonjak Jadi USD11,99 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada periode Januari 2017 naik 14,54% dibanding periode sama tahun lalu. Pada Januari 2017, nilai impor Indonesia mencapai USD11,99 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, jika dibanding nilai impor pada Januari 2015 maka realisasi impor periode ini masih lebih kecil. Sebab, pada Januari 2015 nilai impor mencapai USD12,61 miliar.
"Nilai impor 2017 yang USD11,99 miliar ini memang lebih tinggi dibanding Januari 2016. Tetapi masih lebih rendah dibanding Januari 2015 yang sebesar USD12,61 miliar," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (16/2/2017).
Menurutnya, impor yang paling besar berasal dari impor mesin dan pesawat mekanik yang mencapai USD1,74 miliar dan mesin peralatan listrik yang mencapai USD1,36 miliar. "Impor nonmigas naik 10,12%," imbuhnya.
Jika dilihat dari jenis barang, kata dia, maka impor Indonesia pada Januari 2017 didominasi bahan baku dan penolong yang mencapai 75%, disusul barang modal 16% dan barang konsumsi 8,39%. Tingginya impor bahan baku di Indonesia diyakini untuk menggerakkan sektor industri Tanah Air.
"Kenaikan impor itu terjadi pada impor bahan baku atau penolong. Kalau ini terjadi akan menggerakkan sektor industri kita. Barang modalnya juga naik 6,04%, di sisi lain barang konsumsi turun jadi -3,39%," tutur dia.
Sementara untuk komoditasnya, penyumbang impor terbesar periode ini adalah mesin peralatan listrik sebesar USD253 juta, bahan kimia organik sebesar USD88 juta, biji-bijian berminyak sebesar USD83 juta, daging hewan USD83 juta serta plastik dan barang dari plastik sebesar USD79 juta.
"yang turun itu serelia, senjata, mesin pesawat mekanik, benda dan besi dari baja, binatang hidup. Pangsa impor tidak berubah. Pertama, impor didominasi Tiongkok (28,70%). Kedua, Jepang (1,10%) dan Thailand (6,42%). ASEAN (19,56%) dan UE (9,59%)," tandasnya.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, jika dibanding nilai impor pada Januari 2015 maka realisasi impor periode ini masih lebih kecil. Sebab, pada Januari 2015 nilai impor mencapai USD12,61 miliar.
"Nilai impor 2017 yang USD11,99 miliar ini memang lebih tinggi dibanding Januari 2016. Tetapi masih lebih rendah dibanding Januari 2015 yang sebesar USD12,61 miliar," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (16/2/2017).
Menurutnya, impor yang paling besar berasal dari impor mesin dan pesawat mekanik yang mencapai USD1,74 miliar dan mesin peralatan listrik yang mencapai USD1,36 miliar. "Impor nonmigas naik 10,12%," imbuhnya.
Jika dilihat dari jenis barang, kata dia, maka impor Indonesia pada Januari 2017 didominasi bahan baku dan penolong yang mencapai 75%, disusul barang modal 16% dan barang konsumsi 8,39%. Tingginya impor bahan baku di Indonesia diyakini untuk menggerakkan sektor industri Tanah Air.
"Kenaikan impor itu terjadi pada impor bahan baku atau penolong. Kalau ini terjadi akan menggerakkan sektor industri kita. Barang modalnya juga naik 6,04%, di sisi lain barang konsumsi turun jadi -3,39%," tutur dia.
Sementara untuk komoditasnya, penyumbang impor terbesar periode ini adalah mesin peralatan listrik sebesar USD253 juta, bahan kimia organik sebesar USD88 juta, biji-bijian berminyak sebesar USD83 juta, daging hewan USD83 juta serta plastik dan barang dari plastik sebesar USD79 juta.
"yang turun itu serelia, senjata, mesin pesawat mekanik, benda dan besi dari baja, binatang hidup. Pangsa impor tidak berubah. Pertama, impor didominasi Tiongkok (28,70%). Kedua, Jepang (1,10%) dan Thailand (6,42%). ASEAN (19,56%) dan UE (9,59%)," tandasnya.
(izz)