AS Bikin G20 Tak Sepakat Soal Perdagangan Bebas
A
A
A
BADEN - Para menteri keuangan dari 20 negara ekonomi terbesar dunia atau G20 tidak sepakat untuk memperbarui perjanjian perdagangan bebas. Hal ini terjadi saat pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 tanggal 17-18 Maret 2017 di kota Baden-Baden, Jerman.
Mengutip dari BBC, Senin (20/3/2017) menteri G20 meninggalkan pertemuan dua hari tersebut tanpa kata sepakat untuk meningkatkan perdagangan bebas, setelah tahun lalu 20 ekonomi terbesar di dunia itu bersumpah untuk menolak semua bentuk proteksionisme. Namun sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan kebijakan proteksionis, semuanya menjadi berubah.
Bahkan AS mengeluarkan kebijakan termasuk sanksi bagi perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk-produk mereka di luar negeri. Langkah AS terlihat dengan keputusan keluarnya mereka dari keanggotaan Kemitraan Trans Pasifik (TPP) dan mengajukan kebijakan pajak baru untuk barang-barang impor ke AS. Trump pun sebelumnya menuding raksasa ekspor dunia, yakni China dan Jerman soal surplus perdagangan mereka.
Sementara pada pertemuan G20, delegasi AS yang dipimpin Menteri Keuangan (Menkeu) Steve Mnuchin, menolak meneken komitmen perdagangan bebas. Hal ini menandai pecahnya tradisi lama dan akibatnya adalah secara efektif mencegah perjanjian lainnya untuk disepakati.
Lantaran adanya penolakan dari delegasi, maka komunikasi para menteri keuangan G20 terkait komitmen sebelumnya seperti mendorong perdagangan terbuka dan penolakan terhadap proteksionisme jadi terganggu. Mnuchin menerangkan bahwa sangat jelas bahwa AS percaya pada perdagangan bebas, tetapi dia juga mengutarakan percaya pada perdagangan yang seimbang.
Sementara itu menurut Indonesia yang diwakilkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani hasil tersebut sangat mengecewakan karena memberikan tanda bahwa aturan yang mengikat secara global tidak lagi menjadi dasar hubungan ekonomi dan perdagangan dunia, artinya negara kuat akan mendikte dan mendominasi hubungan menurut kepentingan mereka sendiri- bukan atas kepentingan bersama. Hal ini harus diantisipasi oleh Indonesia dalam merumuskan kebijakan ekonomi ke depan.
Di sisi lain pengumuman resmi, yang diterbitkan pada akhir pertemuan di Baden-Baden dengan kesepakatan semua delegasi yang hadir juga gagal untuk menyertakan perubahan iklim lantaran ada intervensi AS. Trump sebelumnya telah berjanji untuk memangkas pendanaan lingkungan.
Pengecualian dua isu tersebut dalam pernyataan resmi Menteri Keuangan Perancis Michel Sapin mengaku kecewa. "Saya menyesal bahwa diskusi kami tidak dapat mencapai suatu kesimpulan yang memuaskan pada dua prioritas mutlak bagi dunia kita. Dan Prancis lebih senang melihat G20 untuk mengambil tindakan," paparnya.
Mengutip dari BBC, Senin (20/3/2017) menteri G20 meninggalkan pertemuan dua hari tersebut tanpa kata sepakat untuk meningkatkan perdagangan bebas, setelah tahun lalu 20 ekonomi terbesar di dunia itu bersumpah untuk menolak semua bentuk proteksionisme. Namun sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan kebijakan proteksionis, semuanya menjadi berubah.
Bahkan AS mengeluarkan kebijakan termasuk sanksi bagi perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk-produk mereka di luar negeri. Langkah AS terlihat dengan keputusan keluarnya mereka dari keanggotaan Kemitraan Trans Pasifik (TPP) dan mengajukan kebijakan pajak baru untuk barang-barang impor ke AS. Trump pun sebelumnya menuding raksasa ekspor dunia, yakni China dan Jerman soal surplus perdagangan mereka.
Sementara pada pertemuan G20, delegasi AS yang dipimpin Menteri Keuangan (Menkeu) Steve Mnuchin, menolak meneken komitmen perdagangan bebas. Hal ini menandai pecahnya tradisi lama dan akibatnya adalah secara efektif mencegah perjanjian lainnya untuk disepakati.
Lantaran adanya penolakan dari delegasi, maka komunikasi para menteri keuangan G20 terkait komitmen sebelumnya seperti mendorong perdagangan terbuka dan penolakan terhadap proteksionisme jadi terganggu. Mnuchin menerangkan bahwa sangat jelas bahwa AS percaya pada perdagangan bebas, tetapi dia juga mengutarakan percaya pada perdagangan yang seimbang.
Sementara itu menurut Indonesia yang diwakilkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani hasil tersebut sangat mengecewakan karena memberikan tanda bahwa aturan yang mengikat secara global tidak lagi menjadi dasar hubungan ekonomi dan perdagangan dunia, artinya negara kuat akan mendikte dan mendominasi hubungan menurut kepentingan mereka sendiri- bukan atas kepentingan bersama. Hal ini harus diantisipasi oleh Indonesia dalam merumuskan kebijakan ekonomi ke depan.
Di sisi lain pengumuman resmi, yang diterbitkan pada akhir pertemuan di Baden-Baden dengan kesepakatan semua delegasi yang hadir juga gagal untuk menyertakan perubahan iklim lantaran ada intervensi AS. Trump sebelumnya telah berjanji untuk memangkas pendanaan lingkungan.
Pengecualian dua isu tersebut dalam pernyataan resmi Menteri Keuangan Perancis Michel Sapin mengaku kecewa. "Saya menyesal bahwa diskusi kami tidak dapat mencapai suatu kesimpulan yang memuaskan pada dua prioritas mutlak bagi dunia kita. Dan Prancis lebih senang melihat G20 untuk mengambil tindakan," paparnya.
(akr)