Indonesia-Jepang Tingkatkan Kerja Sama Sektor IKM
A
A
A
JAKARTA - Indonesia tengah melakukan peningkatan kerja sama dengan Jepang di sektor Industri Kecil Menengah (IKM). Upaya ini dilakukan dengan menggandeng Japan External Trade Organization (Jetro).
"Selain memacu investasi perusahaan besar Jepang di Indonesia, kami juga mendorong agar pelaku IKM Jepang dapat bermitra dengan pengusaha nasional," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Rabu (22/3/2017).
Airlangga menegaskan, kerja sama tersebut sejalan dengan program prioritas Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan nasional. Selain itu dilandasi pula oleh amanat Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian.
"Tekad ini juga untuk menjaga konsistensi peran IKM yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional," tegasnya.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, IKM meningkatkan nilai tambah di dalam negeri yang cukup signifikan setiap tahun. Hal ini terlihat dari capaian tahun 2016 sebesar Rp520 triliun atau meningkat 18,3% dibandingkan pada 2015.
IKM juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Tahun 2017, penambahan tenaga kerja sektor IKM diperkirakan mencapai 400.000 orang. Sedangkan, jumlah IKM ditargetkan sebanyak 182.000 unit sehingga total akan menjadi 4,03 juta pada 2017 atau meningkat 4,7% dari 3,85 juta di tahun 2016.
Airlangga berharap kepada Dubes Indonesia untuk Jepang agar terus mempromosikan kepada sejumlah investor Jepang mengenai peluang investasi industri di Indonesia, seperti sektor komponen, pengemasan, tekstil dan animasi. "Sektor tersebut berkaitan dengan usaha yang dilakukan pelaku IKM," imbuhnya.
Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif mengatakan, hubungan diplomasi kedua negara perlu diperkuat karena telah menjadi mitra strategis yang saling melengkapi. Apalagi dalam waktu dekat, Indonesia dan Jepang akan memperingari 60 tahun hubungan diplomasi. "Momentum ini dinilai tepat untuk meningkatkan kerja sama yang strategis di bidang ekonomi khususnya sektor industri," ujarnya.
Sebelumnya, Executive Vice President Jetro Yuri Sato mengatakan, investor Jepang sangat membutuhkan informasi mengenai arah pengembangan industri di Indonesia. Dia mengaku puas dengan informasi yang diberikan Menperin tentang kebutuhan investasi di sektor industri penunjang yang biasanya diisi oleh perusahaan skala kecil hingga menengah.
“Kami akan meneruskan informasi tersebut kepada para pelaku usaha di Jepang. Apalagi, Kemenperin tengah membangun database IKM berbasis teknologi digital melalui e-Smart IKM,” tuturnya.
Tercatat, investasi Jepang mencapai USD4,498 miliar hingga September 2016. Angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2015. Berdasarkan data BKPM, Jepang memberikan kontribusi investasi paling tinggi di Indonesia melalui industri automotif dengan nilai USD1,18 miliar pada 2015, disusul kawasan industri dan properti USD520 juta, kemudian industri logam, elektronik, dan mesin senilai USD426 juta, serta listrik, gas, dan air sebesar USD134 juta.
Airlangga menambahkan, di sektor manufaktur, investasi Jepang di Indonesia yang terbesar adalah industri elektronika dan automotif. "Beberapa realisasi investasi Jepang akan selesai pada tahun ini. Bahkan, Toyota masih ada rencana investasi hingga Rp7 triliun sampai tahun 2019. Mitsubsihi dan Honda masih menyelesaikan program ekspansinya," tandasnya.
"Selain memacu investasi perusahaan besar Jepang di Indonesia, kami juga mendorong agar pelaku IKM Jepang dapat bermitra dengan pengusaha nasional," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Rabu (22/3/2017).
Airlangga menegaskan, kerja sama tersebut sejalan dengan program prioritas Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan nasional. Selain itu dilandasi pula oleh amanat Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian.
"Tekad ini juga untuk menjaga konsistensi peran IKM yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional," tegasnya.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, IKM meningkatkan nilai tambah di dalam negeri yang cukup signifikan setiap tahun. Hal ini terlihat dari capaian tahun 2016 sebesar Rp520 triliun atau meningkat 18,3% dibandingkan pada 2015.
IKM juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Tahun 2017, penambahan tenaga kerja sektor IKM diperkirakan mencapai 400.000 orang. Sedangkan, jumlah IKM ditargetkan sebanyak 182.000 unit sehingga total akan menjadi 4,03 juta pada 2017 atau meningkat 4,7% dari 3,85 juta di tahun 2016.
Airlangga berharap kepada Dubes Indonesia untuk Jepang agar terus mempromosikan kepada sejumlah investor Jepang mengenai peluang investasi industri di Indonesia, seperti sektor komponen, pengemasan, tekstil dan animasi. "Sektor tersebut berkaitan dengan usaha yang dilakukan pelaku IKM," imbuhnya.
Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif mengatakan, hubungan diplomasi kedua negara perlu diperkuat karena telah menjadi mitra strategis yang saling melengkapi. Apalagi dalam waktu dekat, Indonesia dan Jepang akan memperingari 60 tahun hubungan diplomasi. "Momentum ini dinilai tepat untuk meningkatkan kerja sama yang strategis di bidang ekonomi khususnya sektor industri," ujarnya.
Sebelumnya, Executive Vice President Jetro Yuri Sato mengatakan, investor Jepang sangat membutuhkan informasi mengenai arah pengembangan industri di Indonesia. Dia mengaku puas dengan informasi yang diberikan Menperin tentang kebutuhan investasi di sektor industri penunjang yang biasanya diisi oleh perusahaan skala kecil hingga menengah.
“Kami akan meneruskan informasi tersebut kepada para pelaku usaha di Jepang. Apalagi, Kemenperin tengah membangun database IKM berbasis teknologi digital melalui e-Smart IKM,” tuturnya.
Tercatat, investasi Jepang mencapai USD4,498 miliar hingga September 2016. Angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2015. Berdasarkan data BKPM, Jepang memberikan kontribusi investasi paling tinggi di Indonesia melalui industri automotif dengan nilai USD1,18 miliar pada 2015, disusul kawasan industri dan properti USD520 juta, kemudian industri logam, elektronik, dan mesin senilai USD426 juta, serta listrik, gas, dan air sebesar USD134 juta.
Airlangga menambahkan, di sektor manufaktur, investasi Jepang di Indonesia yang terbesar adalah industri elektronika dan automotif. "Beberapa realisasi investasi Jepang akan selesai pada tahun ini. Bahkan, Toyota masih ada rencana investasi hingga Rp7 triliun sampai tahun 2019. Mitsubsihi dan Honda masih menyelesaikan program ekspansinya," tandasnya.
(ven)