Sri Mulyani Soroti Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyoroti kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Meski memiliki bonus demografi, berupa jumlah penduduk produktif yang besar, tapi kualitas SDM yang dimiliki masih rendah.
Wanita yang akrab disapa Ani ini menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia pada 2045 bisa mencapai 309 juta. Usia produktifnya mencapai 52%. Dari jumlah usia produktif tersebut, sebanyak 75% tinggal di perkotaan, dan 80% merupakan kelas menengah.
Pada tahun itu juga diperkirakan, ekonomi Indonesia akan menjadi yang ke-5 terbesar di dunia dengan pendapatan USD29.300 per kapita. Namun, tidak diiringi kualitas SDM yang baik.
"Krusial ada di SDM, dengan 250 juta jiwa hampir 60% usianya di bawah 60 tahun. Tapi kelemahannya, pertumbuhan SDM tidak diiringi keahlian yang mumpuni. Hal ini harus diperhatikan," ujarnya di Jakarta, Senin (3/4/2017).
Ani mengaku miris kualitas SDM di Indonesia. Apalagi, masalah pendidikan selama 10 tahun terakhir terus berlanjut. Padahal, anggaran pendidikan meningkat jadi Rp400 triliun dari 10 tahun lalu Rp120 triliun.
"Ini ironi, anggaran naik, di sisi lain kesenjangan naik. Dari 40% sekolah menengah ke bawah sulit, kerja susah karena miss match skill. Padahal, untuk menjadi Indonesia maju saya butuh orang-orang full skill," pungkasnya.
Wanita yang akrab disapa Ani ini menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia pada 2045 bisa mencapai 309 juta. Usia produktifnya mencapai 52%. Dari jumlah usia produktif tersebut, sebanyak 75% tinggal di perkotaan, dan 80% merupakan kelas menengah.
Pada tahun itu juga diperkirakan, ekonomi Indonesia akan menjadi yang ke-5 terbesar di dunia dengan pendapatan USD29.300 per kapita. Namun, tidak diiringi kualitas SDM yang baik.
"Krusial ada di SDM, dengan 250 juta jiwa hampir 60% usianya di bawah 60 tahun. Tapi kelemahannya, pertumbuhan SDM tidak diiringi keahlian yang mumpuni. Hal ini harus diperhatikan," ujarnya di Jakarta, Senin (3/4/2017).
Ani mengaku miris kualitas SDM di Indonesia. Apalagi, masalah pendidikan selama 10 tahun terakhir terus berlanjut. Padahal, anggaran pendidikan meningkat jadi Rp400 triliun dari 10 tahun lalu Rp120 triliun.
"Ini ironi, anggaran naik, di sisi lain kesenjangan naik. Dari 40% sekolah menengah ke bawah sulit, kerja susah karena miss match skill. Padahal, untuk menjadi Indonesia maju saya butuh orang-orang full skill," pungkasnya.
(dmd)