Kadin Jajaki Peluang Bisnis dengan Afghanistan
A
A
A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia membuka peluang peningkatan hubungan ekonomi dan bisnis dengan Afghanistan.
"Pertemuan pada tahap ini sangat penting bagi hubungan bisnis Indonesia-Afghanistan karena di balik tantangan yang dihadapi kedua belah pihak, sebenarnya ada peluang yang harus dimanfaatkan agar saling menguntungkan. Ke depan kita harapkan perdagangan bisa terus meningkat," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani dalam Indonesia-Afghanistan Business Forum di Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Menurutnya, volume perdagangan di antara kedua negara masih relatif rendah karena adanya hambatan nonteknis seperti belum terbangunnya rasa saling percaya atau karena jalur perdagangan yang tidak langsung.
Kadin mencatat, volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan Afghanistan menurun dari USD36,6 juta pada 2015 menjadi USD16,25 juta pada 2016, meski surplus bagi Indonesia namun volume perdagangannya dinilai masih rendah.
Dia mengatakan, Afghanistan bisa menjadi pasar ekspor nontradisional untuk Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Rosan juga mengundang Afghanistan untuk berinvestasi di Indonesia serta menjalin kerja sama bisnis dengan para pelaku usaha nasional.
"Ke depan, kita harus saling mengupayakan agar jalur perdagangannya langsung dan membangun kepercayaan agar bisnis di antara kedua belah pihak bisa tumbuh dan berkembang dengan jaringan bisnis yang semakin kuat," ungkap Rosan.
Sementara, Kadin juga mencatat bahwa investasi Afghanistan di Indonesia pada periode 2015-2016, meskipun relatif kecil namun menunjukkan kecenderungan meningkat.
Pada 2015 tercatat investasi yang terdiri dari enam proyek dengan nilai USD9,6 juta, meningkat pada 2016 menjadi 40 proyek dengan nilai USD12,3 juta.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Afghanistan pada 2017 akan mencapai 1,8%. Diperkirakan nilai tersebut akan meningkat menjadi 3,6% pada 2018 dan 2019.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, sebagai negara yang tengah berbenah dari dampak perang, pertumbuhan ekonomi Afghanistan patut diperhitungkan.
Menurutnya, Afghanistan dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi Emerging Market sebagai pangsa pasar besar bagi produk dan jasa Indonesia.
"Afghanistan tengah giat membangun infrastrukturnya. Ada sejumlah proyek tengah dan akan dijalankan, di antaranya pembangunan jalur kereta TAT Railway sepanjang 645 km, Jalur kereta Chaman-Kandahar sepanjang 98 km dan Herat-Torghondi sepanjang 150 km. Ini opportunity bagi para pelaku bisnis Indonesia di bidang tersebut ataupun bisnis turunannya untuk kerja sama bisnis," tuturnya.
Shinta menuturkan, saat ini Afghanistan juga sedang fokus pada pembangunan infrastruktur energi dan memposisikan diri sebagai hub energi untuk wilayah Asia Tengah.
Selain itu, Afghanistan juga ingin mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) serta energi terbarukan seperti tenaga angin, tenaga matahari, biomassa dan panas bumi.
"Mereka punya beberapa potensi lokasi untuk pengembangan infrastruktur energi di antaranya Hydro Power sebesar 23 ribu MW," ungkap dia.
Shinta menambahkan, dalam waktu dekat para pengusaha yang tergabung dalam Kadin bersama Kementerian terkait akan melakukan kunjungan bisnis ke Afghanistan guna mengetahui kondisi riil di sana.
"Langkah pertama kita akan membawa kunjungan delegasi bisnis ke Afghanistan yang dipimpin Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto," tuturnya.
Afghanistan juga menawarkan sejumlah kemudahan dalam investasi terutama terkait dengan kepemilikan asing 100% serta adaanya komitmen yang kuat dari pemerintahan Presiden Ghani untuk iklim bisnis yang kondusif.
Pada kesempatan tersebut, Menperin Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia sangat terbuka untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Afghanistan.
Menperin menyebutkan sejumlah sektor yang dapat dilakukan kerja sama, di antaranya sektor pertanian, pembangunan infrastruktur, eksplorasi pertambangan, tekstil, bahan bangunan, motor roda dua hingga kapal laut dan pesawat terbang.
"Kami mengajak pengusaha Afghanistan untuk memanfaatkan peluang investasi yang terbuka begitu besar di Indonesia seperti di bidang logistik dan infrastruktur," tuturnya.
"Pertemuan pada tahap ini sangat penting bagi hubungan bisnis Indonesia-Afghanistan karena di balik tantangan yang dihadapi kedua belah pihak, sebenarnya ada peluang yang harus dimanfaatkan agar saling menguntungkan. Ke depan kita harapkan perdagangan bisa terus meningkat," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani dalam Indonesia-Afghanistan Business Forum di Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Menurutnya, volume perdagangan di antara kedua negara masih relatif rendah karena adanya hambatan nonteknis seperti belum terbangunnya rasa saling percaya atau karena jalur perdagangan yang tidak langsung.
Kadin mencatat, volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan Afghanistan menurun dari USD36,6 juta pada 2015 menjadi USD16,25 juta pada 2016, meski surplus bagi Indonesia namun volume perdagangannya dinilai masih rendah.
Dia mengatakan, Afghanistan bisa menjadi pasar ekspor nontradisional untuk Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Rosan juga mengundang Afghanistan untuk berinvestasi di Indonesia serta menjalin kerja sama bisnis dengan para pelaku usaha nasional.
"Ke depan, kita harus saling mengupayakan agar jalur perdagangannya langsung dan membangun kepercayaan agar bisnis di antara kedua belah pihak bisa tumbuh dan berkembang dengan jaringan bisnis yang semakin kuat," ungkap Rosan.
Sementara, Kadin juga mencatat bahwa investasi Afghanistan di Indonesia pada periode 2015-2016, meskipun relatif kecil namun menunjukkan kecenderungan meningkat.
Pada 2015 tercatat investasi yang terdiri dari enam proyek dengan nilai USD9,6 juta, meningkat pada 2016 menjadi 40 proyek dengan nilai USD12,3 juta.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Afghanistan pada 2017 akan mencapai 1,8%. Diperkirakan nilai tersebut akan meningkat menjadi 3,6% pada 2018 dan 2019.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, sebagai negara yang tengah berbenah dari dampak perang, pertumbuhan ekonomi Afghanistan patut diperhitungkan.
Menurutnya, Afghanistan dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi Emerging Market sebagai pangsa pasar besar bagi produk dan jasa Indonesia.
"Afghanistan tengah giat membangun infrastrukturnya. Ada sejumlah proyek tengah dan akan dijalankan, di antaranya pembangunan jalur kereta TAT Railway sepanjang 645 km, Jalur kereta Chaman-Kandahar sepanjang 98 km dan Herat-Torghondi sepanjang 150 km. Ini opportunity bagi para pelaku bisnis Indonesia di bidang tersebut ataupun bisnis turunannya untuk kerja sama bisnis," tuturnya.
Shinta menuturkan, saat ini Afghanistan juga sedang fokus pada pembangunan infrastruktur energi dan memposisikan diri sebagai hub energi untuk wilayah Asia Tengah.
Selain itu, Afghanistan juga ingin mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) serta energi terbarukan seperti tenaga angin, tenaga matahari, biomassa dan panas bumi.
"Mereka punya beberapa potensi lokasi untuk pengembangan infrastruktur energi di antaranya Hydro Power sebesar 23 ribu MW," ungkap dia.
Shinta menambahkan, dalam waktu dekat para pengusaha yang tergabung dalam Kadin bersama Kementerian terkait akan melakukan kunjungan bisnis ke Afghanistan guna mengetahui kondisi riil di sana.
"Langkah pertama kita akan membawa kunjungan delegasi bisnis ke Afghanistan yang dipimpin Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto," tuturnya.
Afghanistan juga menawarkan sejumlah kemudahan dalam investasi terutama terkait dengan kepemilikan asing 100% serta adaanya komitmen yang kuat dari pemerintahan Presiden Ghani untuk iklim bisnis yang kondusif.
Pada kesempatan tersebut, Menperin Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia sangat terbuka untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Afghanistan.
Menperin menyebutkan sejumlah sektor yang dapat dilakukan kerja sama, di antaranya sektor pertanian, pembangunan infrastruktur, eksplorasi pertambangan, tekstil, bahan bangunan, motor roda dua hingga kapal laut dan pesawat terbang.
"Kami mengajak pengusaha Afghanistan untuk memanfaatkan peluang investasi yang terbuka begitu besar di Indonesia seperti di bidang logistik dan infrastruktur," tuturnya.
(izz)