Pesawat Komersial Akan Gunakan 5% Biofuel di 2025
A
A
A
JAKARTA - Indonesia akan memanfaatkan bahan bakar alternatif berbasis biofuel pada pesawat komersial pada tahun 2025 mendatang. Penggunaan biofuel dimaksudkan dalam rangka mengurangi pencemaran udara melalui emisi karbon. Perwakilan Indonesia pada Committee on Aviation Environmental Protection (CAEP) Yusfandri Gona mengatakan, pengurangan emisi pada penerbangan pesawat di dalam negeri akan dilakukan secara bertahap
"Ada alternative fuel jadi bahan bakar berbasis bio kemudian menggantikan bahan bakar konvensional, tapi kita merencanakannya pencampurannya itu 2% di 2016, kemudian 3% di 2020, kemudian 5% di 2025," kata Yusfandri pada acara ICAO Regional Seminar on States Action Plans and Carbon Off setting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) di Jakarta, kemarin.
Namun penggunaan bahan bakar tersebut hingga saat ini belum terealisasi. Untuk sekarang masih tengah berlangsung tahap penelitian dan pengembangan. "Sekarang masih dalam tahap research dan development. Jadi belum ada yang kita gunakan secara voluntary maupun secara komersial," ujar dia.
Kontribusi industri penerbangan terhadap total emisi karbon di dunia sebenarnya tidak besar dengan taksiran 2,5%-4%. Dari jumlah itu, Indonesia pun terbilang masih kecil menyumbangkan emisi gas karbon. Namun, pengurangan emisi gas karbon tetap perlu dilakukan seluruh stakeholders perhubungan udara.
Menurutnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyiapkan peta jalan agar target pada 2020 terealisasi. Salah satu poinnya adalah pencampuran biofuel pada avtur yang dipakai pesawat. Dia menambahkan, sebenarnya pada 2016, Indonesia seharusnya sudah mulai melaksanakan penggunaan 2% biofuel terhadap total avtur yang digunakan armada.
“Ada alternative fuel yang dicampur dengan bahan bakar konvensional. Kami merencanakan pencampurannya itu 2% pada 2016, kemudian 3% pada 2020, dan 5% pada 2025. Tetapi sekarang masih dalam tahap research dan development. Jadi belum ada yang digunakan baik secara voluntary maupun secara komersial. Namun di negara lain itu sudah ada yang mulai,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso menjelaskan, setidaknya ada empat langkah pemerintah untuk meminimalkan polusi akibat penerbangan. Keempat langkah itu termasuk penggunaan bahan bakar alternatif.
Poin lainnya adalah mulai melirik pemakaian bahan baku pesawat berjenis komposit. Sebelumnya, bahan dasar pesawat didominasi oleh alumunium alloy. “Kalau dengan komposit itu pesawatnya lebih ringan sehingga penggunaan fuel berkurang. Jadi ini akan meningkatkan efisiensi juga,” pungkas Agus.
"Ada alternative fuel jadi bahan bakar berbasis bio kemudian menggantikan bahan bakar konvensional, tapi kita merencanakannya pencampurannya itu 2% di 2016, kemudian 3% di 2020, kemudian 5% di 2025," kata Yusfandri pada acara ICAO Regional Seminar on States Action Plans and Carbon Off setting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) di Jakarta, kemarin.
Namun penggunaan bahan bakar tersebut hingga saat ini belum terealisasi. Untuk sekarang masih tengah berlangsung tahap penelitian dan pengembangan. "Sekarang masih dalam tahap research dan development. Jadi belum ada yang kita gunakan secara voluntary maupun secara komersial," ujar dia.
Kontribusi industri penerbangan terhadap total emisi karbon di dunia sebenarnya tidak besar dengan taksiran 2,5%-4%. Dari jumlah itu, Indonesia pun terbilang masih kecil menyumbangkan emisi gas karbon. Namun, pengurangan emisi gas karbon tetap perlu dilakukan seluruh stakeholders perhubungan udara.
Menurutnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyiapkan peta jalan agar target pada 2020 terealisasi. Salah satu poinnya adalah pencampuran biofuel pada avtur yang dipakai pesawat. Dia menambahkan, sebenarnya pada 2016, Indonesia seharusnya sudah mulai melaksanakan penggunaan 2% biofuel terhadap total avtur yang digunakan armada.
“Ada alternative fuel yang dicampur dengan bahan bakar konvensional. Kami merencanakan pencampurannya itu 2% pada 2016, kemudian 3% pada 2020, dan 5% pada 2025. Tetapi sekarang masih dalam tahap research dan development. Jadi belum ada yang digunakan baik secara voluntary maupun secara komersial. Namun di negara lain itu sudah ada yang mulai,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso menjelaskan, setidaknya ada empat langkah pemerintah untuk meminimalkan polusi akibat penerbangan. Keempat langkah itu termasuk penggunaan bahan bakar alternatif.
Poin lainnya adalah mulai melirik pemakaian bahan baku pesawat berjenis komposit. Sebelumnya, bahan dasar pesawat didominasi oleh alumunium alloy. “Kalau dengan komposit itu pesawatnya lebih ringan sehingga penggunaan fuel berkurang. Jadi ini akan meningkatkan efisiensi juga,” pungkas Agus.
(akr)