Persaingan Harga Dinilai Jadi Alasan Eropa Boikot Sawit RI
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai bahwa resolusi kelapa sawit yang dilakukan Eropa, semata-mata karena persoalan harga dan keberlangsungan tanaman sawit jika dibanding dengan kedelai dan bunga matahari.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, Eropa terlihat sangat khawatir karena komoditas mereka tidak bisa bersaing dengan kelapa sawit.
Maka, dengan kekhawatiran tersebut, Eropa memainkan isu lingkungan agar banyak negara yang mendukung upaya pemboikotan sawit agar tidak masuk ke Eropa.
"Itu karena kekhawatiran Eropa. Mereka mengendalikan harga untuk bunga matahari dan kedelai. Kan harganya kalah sama kelapa sawit," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2017).
Dari segi keberlangsungannya, kedelai dan bunga matahari jelas tidak sama dengan sawit. Untuk kedelai dan bunga matahari, mereka begitu tanam, kemudian panen, habis, kemudian mesti panen lagi.
"Kalau kelapa sawit beda, misalnya dia panen terus sampai 20-30 tahun. Jadi, itu masalah kompetisi saja. Mereka khawatir seperti itu, kita harus hadapi dengan scientific juga," ujarnya.
Saat ini, lanjut Sasmito, produksi kedelai dan bunga matahari itu di Eropa dan Amerika Serikat sedang menjelang puncaknya, sehingga wajar jika mereka menekan produk sawit.
"Proyeksi mereka, produknya akan tinggi. Sehingga mereka putar otak bagaimana jualnya. Salah satunya ya menekan kelapa sawit sebagai pesaing utama," tutur dia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, Eropa terlihat sangat khawatir karena komoditas mereka tidak bisa bersaing dengan kelapa sawit.
Maka, dengan kekhawatiran tersebut, Eropa memainkan isu lingkungan agar banyak negara yang mendukung upaya pemboikotan sawit agar tidak masuk ke Eropa.
"Itu karena kekhawatiran Eropa. Mereka mengendalikan harga untuk bunga matahari dan kedelai. Kan harganya kalah sama kelapa sawit," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2017).
Dari segi keberlangsungannya, kedelai dan bunga matahari jelas tidak sama dengan sawit. Untuk kedelai dan bunga matahari, mereka begitu tanam, kemudian panen, habis, kemudian mesti panen lagi.
"Kalau kelapa sawit beda, misalnya dia panen terus sampai 20-30 tahun. Jadi, itu masalah kompetisi saja. Mereka khawatir seperti itu, kita harus hadapi dengan scientific juga," ujarnya.
Saat ini, lanjut Sasmito, produksi kedelai dan bunga matahari itu di Eropa dan Amerika Serikat sedang menjelang puncaknya, sehingga wajar jika mereka menekan produk sawit.
"Proyeksi mereka, produknya akan tinggi. Sehingga mereka putar otak bagaimana jualnya. Salah satunya ya menekan kelapa sawit sebagai pesaing utama," tutur dia.
(izz)