Tarif Listrik Picu Inflasi Yogyakarta
A
A
A
YOGYAKARTA - Tarif dasar listrik (TDL) menjadi salah satu pemicu tingginya inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada Juni tahun ini, inflasi DIY mencapai 0,61%.
"Berdasarkan pantauan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi DIY pada Juni mencapai 0,61%," kata Kepala BPS DIY, JB Priyono dalam rilisnya, Yogyakarta, Senin (3/7/2017).
Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga di semua kelompok pengeluaran. Kelompok bahan pangan memberikan andil 0,12%, kelompok minuman jadi rokok dan tembakau 0,17%. Kelompok perumahan, listrik, air dan gas memberikan andil 1,07%, sandang 0,16%, kesehatan 0,16%, dan pendidikan, rekreasi 0,01%.
Tertinggi ditopang oleh kelompok transportasi, telekomunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,59%. Tarif listrik naik 5,49% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,28%, angkutan udara memberikan andil inflasi 0,17%, daging ayam ras ikut andil 0,08%.
Sementara, bawang puth justru mampu menahan laju inflasi dan memberikan andil -0,10%, cabai rawit 0,06%, dan telur ayam ras -0,03%.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY Istidjab Danunagoro mengatakan, dari kalangan perhotelan memang memandang berat permasalahan tarif dasar listrik. Setidaknya energi memberikan porsi antara 15%-30% dalam penentuan tarif hotel.
Apalagi selama puasa, tingkat hunian kamar (okupansi) sangat rendah. Mereka juga harus memberikan THR kepada karyawannya. "Memang berat TDL bagi dunia perhotelan," ujar Istidjab.
"Berdasarkan pantauan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi DIY pada Juni mencapai 0,61%," kata Kepala BPS DIY, JB Priyono dalam rilisnya, Yogyakarta, Senin (3/7/2017).
Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga di semua kelompok pengeluaran. Kelompok bahan pangan memberikan andil 0,12%, kelompok minuman jadi rokok dan tembakau 0,17%. Kelompok perumahan, listrik, air dan gas memberikan andil 1,07%, sandang 0,16%, kesehatan 0,16%, dan pendidikan, rekreasi 0,01%.
Tertinggi ditopang oleh kelompok transportasi, telekomunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,59%. Tarif listrik naik 5,49% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,28%, angkutan udara memberikan andil inflasi 0,17%, daging ayam ras ikut andil 0,08%.
Sementara, bawang puth justru mampu menahan laju inflasi dan memberikan andil -0,10%, cabai rawit 0,06%, dan telur ayam ras -0,03%.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY Istidjab Danunagoro mengatakan, dari kalangan perhotelan memang memandang berat permasalahan tarif dasar listrik. Setidaknya energi memberikan porsi antara 15%-30% dalam penentuan tarif hotel.
Apalagi selama puasa, tingkat hunian kamar (okupansi) sangat rendah. Mereka juga harus memberikan THR kepada karyawannya. "Memang berat TDL bagi dunia perhotelan," ujar Istidjab.
(izz)