Bakrie Sumatera Plantations Bukukan Penjualan Rp414 Miliar
A
A
A
JAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan peningkatan penjualan 24% menjadi Rp414 miliar sepanjang kuartal I 2017. Penjualan ini ditopang dari komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp253 miliar dan komoditas karet Rp161 miliar.
Perseroan pun optimistis, kinerja UNSP akan terus membaik pada tahun ini. Apalagi, berdasarkan siklus, produksi sawit biasanya mulai meningkat pada kuartal kedua dan mencapai puncaknya di semester kedua setiap tahun.
"Tahun ini kami optimistis tumbuh jika dibanding tahun 2016,” kata Direktur & Investor Relations UNSP, Andi Setianto dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (6/7/2017).
Perseroan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, ditengah fluktuasi harga komoditas CPO (Crude Palm Oil) dan karet dunia di kuartal I 2017, serta diskon harga jual CPO domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut USD50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO fluktuatif dari level bulanan USD720 per ton FOB Malaysia di Januari hingga ke level USD660 di Maret 2017.
Lebih lanjut dia menuturkan, kebijakan pungutan CPO Fund USD50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima Perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.
“Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan, diantaranya kebijakan zero-burning (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan,” paparnya.
Disamping itu, perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Saat ini dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektare, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun. Dengan bibit unggul maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program replanting.
Produktivitas bibit unggul Perseroan bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektare dan ekstraksi CPO-nya 23%, atau sekitar 8 ton CPO per hektare per tahun, sesuai hasil lapangan bibit unggul Perseroan yang sudah disertifikasi.
"Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional," ungkap dia.
Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertanaman sawit nasional kurang lebih 4 juta hektare adalah kunci produktivitas berkelanjutan sawit sebagai komoditas strategis nasional.
Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang.
“Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, kami akan lanjutkan dengan langkah konkret peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan. Kami optimistis, dalam jangka menengah dan panjang nanti, perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” tutup dia.
Perseroan pun optimistis, kinerja UNSP akan terus membaik pada tahun ini. Apalagi, berdasarkan siklus, produksi sawit biasanya mulai meningkat pada kuartal kedua dan mencapai puncaknya di semester kedua setiap tahun.
"Tahun ini kami optimistis tumbuh jika dibanding tahun 2016,” kata Direktur & Investor Relations UNSP, Andi Setianto dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (6/7/2017).
Perseroan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, ditengah fluktuasi harga komoditas CPO (Crude Palm Oil) dan karet dunia di kuartal I 2017, serta diskon harga jual CPO domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut USD50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO fluktuatif dari level bulanan USD720 per ton FOB Malaysia di Januari hingga ke level USD660 di Maret 2017.
Lebih lanjut dia menuturkan, kebijakan pungutan CPO Fund USD50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima Perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.
“Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan, diantaranya kebijakan zero-burning (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan,” paparnya.
Disamping itu, perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Saat ini dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektare, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun. Dengan bibit unggul maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program replanting.
Produktivitas bibit unggul Perseroan bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektare dan ekstraksi CPO-nya 23%, atau sekitar 8 ton CPO per hektare per tahun, sesuai hasil lapangan bibit unggul Perseroan yang sudah disertifikasi.
"Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional," ungkap dia.
Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertanaman sawit nasional kurang lebih 4 juta hektare adalah kunci produktivitas berkelanjutan sawit sebagai komoditas strategis nasional.
Direktur Utama UNSP, M. Iqbal Zainuddin menambahkan, strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan yang sedang dilakukan akan lebih banyak lagi dirasakan dampak positifnya dalam jangka menengah dan panjang.
“Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, kami akan lanjutkan dengan langkah konkret peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan. Kami optimistis, dalam jangka menengah dan panjang nanti, perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” tutup dia.
(ven)