Neraca Perdagangan Surplus, Ekspor Makin Digenjot
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mewaspadai penurunan ekspor yang menurutnya harus menjadi perhatian, meski neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2017 mengalami surplus sekitar USD1,63 miliar. Demi menjaga hal itu, itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menekankan bakal terus membuka pasar ke berbagai negara.
”Saya bertemu duta besar Sri Lanka dan kita akan segera menindaklanjuti kesepakatan antara kedua kepala negara untuk menyusun Preferential Trade Agreement (PTA). Dengan Turki juga kita lakukan hal yang sama, lalu dengan Afrika segera ditindak lanjuti, dan berbagai negara lainnya,” tuturnya lewat keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Mendag berharap melalui diversifikasi pasar ekspor nantinya akan mampu mengimbangi penurunan ekspor Indonesia hingga pada suatu saat diharapkan ekspor bisa meningkat kembali. ”Kita harus lebih baik dari waktu yang lalu,” kata Enggar kepada wartawan
Sementara Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai upaya tersebut patut didukung dengan promosi produk, dukungan biaya logistik, dan transportasi yang memadai. “Ya itu salah satu upaya yang baik. Upaya pencarian pasar yang baru itu harus juga didukung sama promosi produk, mensupport biaya logistik dan transportasi untuk eksportir,” tukas Heri.
Tercatat total ekspor pada Juni 2017 mencapai sebesar USD11,64 miliar, sedangkan impor USD10,01 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) menerangkan surplus tersebut disebabkan oleh peningkatan perdagangan sektor nonmigas sebesar USD1,96 miliar.
Sepanjang Januari hingga Juni 2017, total ekspor naik sebesar USD 79,96 miliar. Dengan total impor naik sebesar USD72,33 miliar. Dengan demikian, sepanjang 2017, neraca perdaganagan Indonesia mengalami surplus sebesar USD7,63 miliar.
Pangsa ekspor nonmigas, selain 13 negara utama tujuan ekspor, mengalami penurunan jika dibanding periode Januari-Juni 2016, dari 31,36% menjadi 29,78%. Namun hal tersebut dapat menjadi potensi bagi Indonesia untuk mengembangkan ekspor di negara-negara yang menjadi pasar non-tradisional tersebut.
“Sudah ada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ekspor melalui perundingan dengan negara tujuan non-tradisional sekaligus ada pasar-pasar baru,” kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto.
”Saya bertemu duta besar Sri Lanka dan kita akan segera menindaklanjuti kesepakatan antara kedua kepala negara untuk menyusun Preferential Trade Agreement (PTA). Dengan Turki juga kita lakukan hal yang sama, lalu dengan Afrika segera ditindak lanjuti, dan berbagai negara lainnya,” tuturnya lewat keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Mendag berharap melalui diversifikasi pasar ekspor nantinya akan mampu mengimbangi penurunan ekspor Indonesia hingga pada suatu saat diharapkan ekspor bisa meningkat kembali. ”Kita harus lebih baik dari waktu yang lalu,” kata Enggar kepada wartawan
Sementara Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai upaya tersebut patut didukung dengan promosi produk, dukungan biaya logistik, dan transportasi yang memadai. “Ya itu salah satu upaya yang baik. Upaya pencarian pasar yang baru itu harus juga didukung sama promosi produk, mensupport biaya logistik dan transportasi untuk eksportir,” tukas Heri.
Tercatat total ekspor pada Juni 2017 mencapai sebesar USD11,64 miliar, sedangkan impor USD10,01 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) menerangkan surplus tersebut disebabkan oleh peningkatan perdagangan sektor nonmigas sebesar USD1,96 miliar.
Sepanjang Januari hingga Juni 2017, total ekspor naik sebesar USD 79,96 miliar. Dengan total impor naik sebesar USD72,33 miliar. Dengan demikian, sepanjang 2017, neraca perdaganagan Indonesia mengalami surplus sebesar USD7,63 miliar.
Pangsa ekspor nonmigas, selain 13 negara utama tujuan ekspor, mengalami penurunan jika dibanding periode Januari-Juni 2016, dari 31,36% menjadi 29,78%. Namun hal tersebut dapat menjadi potensi bagi Indonesia untuk mengembangkan ekspor di negara-negara yang menjadi pasar non-tradisional tersebut.
“Sudah ada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ekspor melalui perundingan dengan negara tujuan non-tradisional sekaligus ada pasar-pasar baru,” kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto.
(akr)