Garam Langka, Pembelian oleh Pengecer di Pasar Legi Dibatasi
A
A
A
SOLO - Distributor di Pasar Legi, Solo, Jawa Tengah, membatasi pembelian oleh pengecer menyusul kelangkaan dan mahalnya harga garam. Jatah dikurangi agar semua pengecer mendapatkan menyusul stok yang terbatas.
“Saya biasanya mengambil 50 pak, tapi sekarang hanya diberi 20 pak saja,” ujar Anna, salah satu pedagang saat membeli garam di distributor yang ada di Pasar Legi, Solo, Selasa (25/7/2017).
Pembelian dibatasi karena stok yang diterima distributor juga terbatas. Agar di level konsumen tetap merata meski jumlahnya lebih kecil, dirinya juga membatasi jumlah pembelian. Terlebih harganya kini juga tengah membumbung tinggi.
Vikky Diah, salah satu distributor garam di Pasar Legi mengaku jumlah kiriman dari sentra penghasil garam seperti Madura dan Jepara mengalami penurunan. Saat normal, jumlah kiriman dalam sebulan mencapai 300 ton lebih untuk garam grasak. Namun kini kiriman hanya 30 ton saja sebulan.
Dalam sehari garam yang dikirim biasanya mencapai 10 truk, namun kini hanya tiga truk. “Kiriman mulai menyusut sejak November 2016 lalu,” ungkap Vikky.
Dari informasi yang didapatkan, penurunan pasokan terjadi karena garam yang dihasilkan petani juga menurun dratis akibat pengaruh cuaca. Menyusul kelangkaan yang terjadi, harga garam grasak membumbungkan tinggi menjadi Rp4.500/kg dari semula hanya Rp900/kg. Meski omzet yang didapatkan tinggi, namun keuntungan yang diraih jauh lebih kecil.
Tak jauh berbeda diungkapkan, Vincent, pemilik toko garam lainnya di Pasar Legi. Harga garam dapur juga ikut melonjak. Garam dapur satu pack isi 20 kotak yang sebelumnya dijual Rp10.000, sekarang naik menjadi Rp22.000. Ada juga yang semula Rp13.000 kini menjadi Rp18.000 per pak.
Menyusul impor garam, pemerintah dinilai terlambat. Semestinya langkah itu ditempuh sebelum garam benar benar langka.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menyatakan, pihaknya sudah menurunkan tim diantaranya ke Jawa Timur guna mendeteksi penyebab kelangkaan dan mahalnya harga garam. Dari evaluasi sementara, kelangkaan terjadi salah satu diantaranya karena faktor jumlah produksi yang turun akibat cuaca.
Meski demikian, dari pantauan di lapangan, kenaikan harga garam ada indikasi melebihi kewajaran. “Kami menduga ada kesengajaan di dalam mengurangi pasokan garam ke pasaran,” tandas Syarkawi.
Terlebih rantai distribusi garam juga cukup panjang sebelum sampai ke konsumen. Selain itu juga ada orang orang yang mengusai rantai distribusi. “Ini fokus kami di KPPU ke depan, karena ada indikasipraktik dimana orang-orang yang mengusai rantai distribusi sengaja mengurangi pasokan ke pasar,” bebernya. Sehingga garam menjadi langka dan harganya naik tajam.
“Saya biasanya mengambil 50 pak, tapi sekarang hanya diberi 20 pak saja,” ujar Anna, salah satu pedagang saat membeli garam di distributor yang ada di Pasar Legi, Solo, Selasa (25/7/2017).
Pembelian dibatasi karena stok yang diterima distributor juga terbatas. Agar di level konsumen tetap merata meski jumlahnya lebih kecil, dirinya juga membatasi jumlah pembelian. Terlebih harganya kini juga tengah membumbung tinggi.
Vikky Diah, salah satu distributor garam di Pasar Legi mengaku jumlah kiriman dari sentra penghasil garam seperti Madura dan Jepara mengalami penurunan. Saat normal, jumlah kiriman dalam sebulan mencapai 300 ton lebih untuk garam grasak. Namun kini kiriman hanya 30 ton saja sebulan.
Dalam sehari garam yang dikirim biasanya mencapai 10 truk, namun kini hanya tiga truk. “Kiriman mulai menyusut sejak November 2016 lalu,” ungkap Vikky.
Dari informasi yang didapatkan, penurunan pasokan terjadi karena garam yang dihasilkan petani juga menurun dratis akibat pengaruh cuaca. Menyusul kelangkaan yang terjadi, harga garam grasak membumbungkan tinggi menjadi Rp4.500/kg dari semula hanya Rp900/kg. Meski omzet yang didapatkan tinggi, namun keuntungan yang diraih jauh lebih kecil.
Tak jauh berbeda diungkapkan, Vincent, pemilik toko garam lainnya di Pasar Legi. Harga garam dapur juga ikut melonjak. Garam dapur satu pack isi 20 kotak yang sebelumnya dijual Rp10.000, sekarang naik menjadi Rp22.000. Ada juga yang semula Rp13.000 kini menjadi Rp18.000 per pak.
Menyusul impor garam, pemerintah dinilai terlambat. Semestinya langkah itu ditempuh sebelum garam benar benar langka.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menyatakan, pihaknya sudah menurunkan tim diantaranya ke Jawa Timur guna mendeteksi penyebab kelangkaan dan mahalnya harga garam. Dari evaluasi sementara, kelangkaan terjadi salah satu diantaranya karena faktor jumlah produksi yang turun akibat cuaca.
Meski demikian, dari pantauan di lapangan, kenaikan harga garam ada indikasi melebihi kewajaran. “Kami menduga ada kesengajaan di dalam mengurangi pasokan garam ke pasaran,” tandas Syarkawi.
Terlebih rantai distribusi garam juga cukup panjang sebelum sampai ke konsumen. Selain itu juga ada orang orang yang mengusai rantai distribusi. “Ini fokus kami di KPPU ke depan, karena ada indikasipraktik dimana orang-orang yang mengusai rantai distribusi sengaja mengurangi pasokan ke pasar,” bebernya. Sehingga garam menjadi langka dan harganya naik tajam.
(ven)