Investasi Luar Pulau Jawa Makin Meningkat

Rabu, 26 Juli 2017 - 13:40 WIB
Investasi Luar Pulau...
Investasi Luar Pulau Jawa Makin Meningkat
A A A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa realisasi investasi di luar pulau Jawa semakin meningkat. Pada kuartal II/2017, sebaran investasi di luar Jawa meningkat menjadi Rp79,7 triliun atau setara dengan 46,6% dari total investasi nasional. Posisi ini meningkat dibanding triwulan II/2016 yang hanya 45,9% atau atau Rp69,6 triliun.

Deputi Pengendalian dan Pelaksanaan BKPM Azhar Lubis mengungkapkan, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp 91,2 triliun. Jumlah tersebut mewakili 53,4% realisasi investasi nasional.

"Kalau kita lihat, di triwulan II Jawa ada Rp91,2 triliun atau 53,4%. Di triwulan II/2016 hanya Rp82 triliun atau 54,1%. Luar jawa dari Rp69,6 triliun jadi Rp79,7 triliun atau naik 46,6% di triwulan II/2017," katanya di Gedung BKPM, Jakarta, Rabu (26/7/2017).

(Baca Juga: Realisasi Investasi Kuartal II/2017 Tembus Rp170,9 Triliun
BKPM mencatat, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan lokasi proyek adalah: DKI Jakarta sekitar Rp24,8 triliun atau 14,5%; Jawa Barat sekitar Rp 24,8 triliun atau 14,5%, Jawa Timur sekitar Rp21,3 triliun atau 12,5% , Banten sekitar Rp11,5 triliun atau 6,7% dan Sumatera Selatan (Rp 10,6 triliun, 6,2%).

"Lokasi, yang paling banyak di DKI. Kemudian Jabar, Jatim, Banten dan Sumatera Selatan. Di luar Jawa muncul Sumatera Selatan," imbuh dia.

Sedangkan realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan sektor usahaadalah pertambangan sebesar Rp20,8 triliun atau 12,2% , listrik, gas dan air sekitar Rp19,0 triliun atau 11,1%; industri makanan sebesar Rp18,9 triliun atau 11,1%, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik senilai Rp17,5 triliun atau 10,2%; dan industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi sebesar Rp12,8 triliun atau 7,5%.

"PMA dan PMDN terbesar adalah pertambangan, termasuk yang integrated dengan smelter. Jadi bukan pertambangan murni. Kedua, listrik. Karena memang ini adalah sektor prioritas kita juga yang sangat kita butuhkan. Ketiga, makanan. Keempat, logam, mesin dan elektronik. Kelima, kimia dan farmasi," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0635 seconds (0.1#10.140)