Okupansi Perkantoran di Surabaya Kembali Bergeliat
A
A
A
SURABAYA - Okupansi perkantoran di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang sempat terbenam sepanjang 2016 kini mulai bergeliat. Sejak semester I 2017 ini, perkantoran baru terus bermunculan untuk memenuhi ceruk pasar perkantoran.
Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto menuturkan, gedung-gedung perkantoran tersebar di berbagai wilayah di Kota Pahlawan. Pusaran paling dominan tetap berada di kawasan selatan dan tengah yang mampu menembus okupansi sampai 75,5%.
"Kalau dilihat berdasarkan lokasi, perkantoran daerah Surabaya tengah memiliki tingkat okupansi tertinggi yang mencapai 82,7%," ujar Ferry ketika ditemui di Vasa Hotel Surabaya, Senin (21/8/2017).
Ia melanjutkan, jumlah gedung perkantoran sampai akhir 2017 ini memang tercatat meningkat secara grafik. Kondisi itu disebabkan beberapa gedung yang memiliki perencanaan pembangunan pada 2016 serta diselesaikan pada 2017 ini. Sehingga stok perkantoran menjadi melimpah.
Salah satu ruang perkantoran yang selesai dibangun seperti The Samator Skysuites SOHO dari PT Samator Land dan Ciputra World Surabaya Skyloft SOHO oleh Ciputra Group. Bahkan untuk Skyloft SOHO diprediksi akan memberi kontribusi pertumbuhan kurang dari 5% hingga akhir 2017.
"Jadi kalau dilihat dalam beberapa tahun terakhir ada peningkatan yang besar. Dari sekitar 87% pada 2015, turun menjadi 75% pada 2016," ucapnya.
Ferry juga menjelaskan, lokasi perkantoran di tengah kota masih menjadi favorit untuk membangun gedung. Para pengembang masih memiliki sisa land bank yang potensial untuk dijadikan perkantoran. Meskipun berukuran kecil tapi lokasi yang strategis membuatnya cepat terjual.
Sementara untuk wilayah pinggiran kota seperti di Surabaya timur mengalami penurunan tingkat okupansi sebesar 2,02% di semester I tahun ini. Okupansi perkantoran wilayah Surabaya timur pada semester I 2016 saja mencapai 94%. "Saat ini malah turun menjadi 92,1% pada semester satu," sambungnya.
Riset Colliers International sendiri juga menunjukkan fakta kalau serapan sektor perkantoran di Surabaya tidak terlalu besar. Kalau tahun ini tidak ada lagi penambahan pembangunan kantor baru, maka bisa mempengaruhi suplai gedung perkantoran di tahun depan serta stagnan di angka 347.333 meter persegi.
COO PT Intiland Development Tbk Sinarto Dharmawan menuturkan, perkantoran di kota besar tetap potensial di sepanjang tahun ini. Bahkan, saat ini tren bekerja secara community di ruang bersama atau yang akrab disebut co working space berhasil menarik para pelaku industri kreatif yang terus tumbuh di Indonesia. Mereka merasa nyaman serta lebih produktif berkantor di tempat yang menarik.
Lihat saja okupansi sub co Tiera, co working space yang dikembangkan PT Intiland Development Tbk yang sudah satu tahun operasional mampu menembus 100%. "Keberhasilan itu membuat kami semakin yakin. Jadi mulai semester pertama 2017, kami sediakan ruang di Spazio untuk sub co Spazio dan nantinya juga ada co working space di proyek Praxis," jelasnya.
Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto menuturkan, gedung-gedung perkantoran tersebar di berbagai wilayah di Kota Pahlawan. Pusaran paling dominan tetap berada di kawasan selatan dan tengah yang mampu menembus okupansi sampai 75,5%.
"Kalau dilihat berdasarkan lokasi, perkantoran daerah Surabaya tengah memiliki tingkat okupansi tertinggi yang mencapai 82,7%," ujar Ferry ketika ditemui di Vasa Hotel Surabaya, Senin (21/8/2017).
Ia melanjutkan, jumlah gedung perkantoran sampai akhir 2017 ini memang tercatat meningkat secara grafik. Kondisi itu disebabkan beberapa gedung yang memiliki perencanaan pembangunan pada 2016 serta diselesaikan pada 2017 ini. Sehingga stok perkantoran menjadi melimpah.
Salah satu ruang perkantoran yang selesai dibangun seperti The Samator Skysuites SOHO dari PT Samator Land dan Ciputra World Surabaya Skyloft SOHO oleh Ciputra Group. Bahkan untuk Skyloft SOHO diprediksi akan memberi kontribusi pertumbuhan kurang dari 5% hingga akhir 2017.
"Jadi kalau dilihat dalam beberapa tahun terakhir ada peningkatan yang besar. Dari sekitar 87% pada 2015, turun menjadi 75% pada 2016," ucapnya.
Ferry juga menjelaskan, lokasi perkantoran di tengah kota masih menjadi favorit untuk membangun gedung. Para pengembang masih memiliki sisa land bank yang potensial untuk dijadikan perkantoran. Meskipun berukuran kecil tapi lokasi yang strategis membuatnya cepat terjual.
Sementara untuk wilayah pinggiran kota seperti di Surabaya timur mengalami penurunan tingkat okupansi sebesar 2,02% di semester I tahun ini. Okupansi perkantoran wilayah Surabaya timur pada semester I 2016 saja mencapai 94%. "Saat ini malah turun menjadi 92,1% pada semester satu," sambungnya.
Riset Colliers International sendiri juga menunjukkan fakta kalau serapan sektor perkantoran di Surabaya tidak terlalu besar. Kalau tahun ini tidak ada lagi penambahan pembangunan kantor baru, maka bisa mempengaruhi suplai gedung perkantoran di tahun depan serta stagnan di angka 347.333 meter persegi.
COO PT Intiland Development Tbk Sinarto Dharmawan menuturkan, perkantoran di kota besar tetap potensial di sepanjang tahun ini. Bahkan, saat ini tren bekerja secara community di ruang bersama atau yang akrab disebut co working space berhasil menarik para pelaku industri kreatif yang terus tumbuh di Indonesia. Mereka merasa nyaman serta lebih produktif berkantor di tempat yang menarik.
Lihat saja okupansi sub co Tiera, co working space yang dikembangkan PT Intiland Development Tbk yang sudah satu tahun operasional mampu menembus 100%. "Keberhasilan itu membuat kami semakin yakin. Jadi mulai semester pertama 2017, kami sediakan ruang di Spazio untuk sub co Spazio dan nantinya juga ada co working space di proyek Praxis," jelasnya.
(ven)