Enam Juta UMKM Ditarget Go Digital pada 2020

Senin, 20 November 2017 - 11:26 WIB
Enam Juta UMKM Ditarget...
Enam Juta UMKM Ditarget Go Digital pada 2020
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan e-Commerce di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun, bahkan berpotensi menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Peningkatan ini seiring semakin banyaknya perusahaan yang mulai mengembangkan usaha ke ranah digital.

Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) dari PT Bubu Kreasi Perdana Shinta Witoyo Dhanuwardoyo memperkirakan transaksi e-Commercenya mencapai Rp1.850 triliun atau naik 9 kali lipat dibanding trasaksi e-Commerce Indonesia pada 2015 yang nilainya mencapai Rp200 triliun.

"Pada 2020 ditarget ada 6 juta UMKM go digital. Dan UMKM berkemampuan e-Commerce naik menjadi 10%-12% dengan kontribusi UMKM ke PDB kurang lebih 12%," ujar Sintha di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, kontribusi sektor UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi sangat signifikan. Sumbangan UMKM terhadap PDB pada 2015 lebih dari 55,6%. Angka ini disumbangkan oleh 57,9 juta UMKM di Indonesia. "Dan hanya 9% yang memiliki kemampuan e-Commerce," terangnya.

Dia menjelaskan, transaksi e-comerce dunia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 20,2% per tahun. Diperkirakan, puncak pertumbuhan e-Commerce dunia terjadi pada 2020 dengan tumbuh 40,56%.

"Kalau dari grafik pertumbuhannya, memang cenderung meningkat. Pada 2014, tumbuh 13,36%, pada 2015 tumbuh 15,48%, pada 2016 tumbuh 19,15%, dan 2017 tumbuh 23,52%," jelas dia.

Sementara pada 2018, pertumbuhan e-Commerce dunia mencapai 28,60% dan pada 2019 tumbuh 34,18% dan pada 2020 diperkirakan tumbuh 40,56%.
Menurutnya, potensi usaha menengah kecil di Indonesia sangat besar dan jika kekuatan ekonomi ini diberdayakan maka bisa menjadi salah satu sumber pedapatan bagi negara.

"Pemberdayaan digital terhadap UMKM Indonesia mampu meningkatkan PDB negara hingga 7%," ucapnya.

Untuk itu, Sinta Bubu berharap inovasi digital sangat penting guna memberi ruang lebih bagi para pebisnis untuk menjangkau pasar ke seluruh nusantara bahkan luar negeri. Apalagi, UMKM yang sudah mulai tersentuh oleh teknologi digital maningkatkan kesempatan kerja 1,5 kali dan daya inovasi hingga 17 kali," tegasnya.

Dia mengatakan, pengusaha atau founder start up harus memiliki mental kewirausahaan yang kuat dan tim yang solid. Hal ini penting guna mengeksekusi serta mengiplementasian ide yang mereka punya agar ide tersebut bernilai bagi orang banyak.

"Berani memulai baik itu dilakukan sendiri ataupun mengajak orang lain berkolaborasi. Jangan takut melakukan inovasi dan modifikasi," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Shinta Bubu, kualitas di atas kuantitas karena produk yang baik akan lebih mudah menggaet kepercayaan dari orang-orang. "Jadilah unik dan berbeda, namun tetap mempertimbangkan segmen pasar ke depan," ucapnya.

Salah satu contohnya, Diajeng Lestari yang memulai bisnis HIJUP setelah menyadari kurangnya pilihan fashion hijab pada saat itu. Bahkan, kini Diajeng Lestari menjadi salah satu e-commerce fashion hijab tersukses di Indonesia yang masuk ke Islamic Fashion serta berhasil memperkenalkan fashion hijab ke mata dunia lewat New York Fashion Week. "Dan pendapatan per bulan Rp500 juta hingga Rp1 miliar," terangnya.

Untuk membangun perusahaan start up berkelas dunia memang tidak mudah. Salah satu syaratnya produk yang dihasilkan harus memberikan solusi atau melayani pasar yang tepat. "Jadi, konten lokal dengan jangkauan global serta memiliki pengguna yang konsisten dan persisten," ujarnya.

Sementara itu, Intan Fitriana Fauzi dari Menjahit Kembali Merah Putih mengatakan, start up lokal harus siap berkompetisi dengan start up asing yang masuk ke pasar e-Commerce Indonesia.
Apalagi, saat ini pelaku e-Commerce asing ini tertarik untuk masuk ke Indonesia karena negara ini merupakan pasar e-Commerce paling potensial dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa.

Untuk itu, keberadaan start up lokal harus didukung agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Salah satu syaratnya jelas Intan start up Indonesia harus memiliki produk yang bagus untuk memenuhi pasar lokal serta pasar internasional. "Start up lokal harus mampu berekspansi ke luar. Makanya, produk yang kita buat harus berkualitas Jika ada produk luar yang lebih baik, maka produk lokal akan tersisih," ujar Intan.

CEO DOOgether Fauzan Gani menjelaskan, membangun start up bukanlah perkara mudah. Untuk itu, memerlukan rekanan yang dapat berjalan bersama pertumbuhan bisnis. Banyak pilihannya, bisa dengan merekrut co-founder atau menggandeng angel investor yang telah berinvestasi.

"Sebagai founder akan diuji bagaimana memimpin perusahaan yang baik, membangun budaya kerja, membina tim, hingga manajemen waktu untuk berbagai keputusan yang tepat. Kesulitan ini akan semakin terasa bila founder belum memiliki banyak pengalaman untuk menanganinya," tutur dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6542 seconds (0.1#10.140)