OPEC Sepakat Perpanjang Pemangkasan Produksi sampai Akhir 2018
A
A
A
WINA - Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya Rusia, sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak sampai akhir tahun 2018. Hal ini untuk memperluas kampanye mereka merebut kembali kendali pasar minyak dunia dari Amerika Serikat.
Mengutip dari Bloomberg, Kamis (30/11/2017), dalam perundingan di markas besar OPEC di Wina, Austria, mereka menunjukkan kekuatan aliansi yang belum pernah terjadi sebelumnya, antara dua produsen minyak dunia: Arab Saudi dan Rusia.
Keputusan tersebut memupus analisa Wall Street alias Bursa Saham Amerika Serikat, yang memperkirakan Moskow akan enggan untuk menjalankan perpanjangan pemangkasan produksi. Dan semakin menyesakan, Nigeria dan Libya, dua anggota OPEC yang awalnya diperbolehkan untuk tidak memangkas produksi minyak, kini ikut bergabung untuk memotong produksi.
"Kami bersatu, bahu membahu," tegas Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih yang duduk berdampingan dengan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak. "Kami kini benar-benar selaras," timpal Novak.
Pakta pemangkasan produksi minyak telah dimulai sejak akhir tahun 2016, demi menggenjot harga si emas hitam yang saat itu berada di kisaran USD20 per barel. Para menteri OPEC lantas membuat pakta untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel selama sembilan bulan beruntun. Tujuannya agar harga minyak kembali ke angka lima tahun lalu, namun tidak ingin membuat harga pasar menjadi panas dan tidak ingin AS membanjiri pasar dengan minyak shale.
"Pada dasarnya keputusan pemotongan produksi sudah berjalan dengan baik," tukas CEO Total SA--perusahaan minyak Prancis--Patrick Pouyanne dalam konferensi pers di Antwerp, Belgia. Dan dirinya mengaku tidak heran dengan keputusan OPEC dan Rusia yang memutuskan memperpanjang pemangkasan produksi.
Keputusan di atas membuat harga minyak Brent International yang diperdagangkan di London, Inggris, naik 0,4% menjadi USD63,36 per barel pada pukul 06:33 PM waktu London. Keputusan tersebut telah mendorong beberapa bank yang tercatat di Wall Street, diantaranya Citigroup Inc dan Goldman Sachs Group dengan memperingatkan OPEC bahwa pakta tadi bisa mengecewakan investor minyak.
Mengutip dari Bloomberg, Kamis (30/11/2017), dalam perundingan di markas besar OPEC di Wina, Austria, mereka menunjukkan kekuatan aliansi yang belum pernah terjadi sebelumnya, antara dua produsen minyak dunia: Arab Saudi dan Rusia.
Keputusan tersebut memupus analisa Wall Street alias Bursa Saham Amerika Serikat, yang memperkirakan Moskow akan enggan untuk menjalankan perpanjangan pemangkasan produksi. Dan semakin menyesakan, Nigeria dan Libya, dua anggota OPEC yang awalnya diperbolehkan untuk tidak memangkas produksi minyak, kini ikut bergabung untuk memotong produksi.
"Kami bersatu, bahu membahu," tegas Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih yang duduk berdampingan dengan Menteri Energi Rusia, Alexander Novak. "Kami kini benar-benar selaras," timpal Novak.
Pakta pemangkasan produksi minyak telah dimulai sejak akhir tahun 2016, demi menggenjot harga si emas hitam yang saat itu berada di kisaran USD20 per barel. Para menteri OPEC lantas membuat pakta untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel selama sembilan bulan beruntun. Tujuannya agar harga minyak kembali ke angka lima tahun lalu, namun tidak ingin membuat harga pasar menjadi panas dan tidak ingin AS membanjiri pasar dengan minyak shale.
"Pada dasarnya keputusan pemotongan produksi sudah berjalan dengan baik," tukas CEO Total SA--perusahaan minyak Prancis--Patrick Pouyanne dalam konferensi pers di Antwerp, Belgia. Dan dirinya mengaku tidak heran dengan keputusan OPEC dan Rusia yang memutuskan memperpanjang pemangkasan produksi.
Keputusan di atas membuat harga minyak Brent International yang diperdagangkan di London, Inggris, naik 0,4% menjadi USD63,36 per barel pada pukul 06:33 PM waktu London. Keputusan tersebut telah mendorong beberapa bank yang tercatat di Wall Street, diantaranya Citigroup Inc dan Goldman Sachs Group dengan memperingatkan OPEC bahwa pakta tadi bisa mengecewakan investor minyak.
(ven)