Personal Shopper, Hobi yang Mendatangkan Pemasukan
A
A
A
TIDAK perlu modal yang banyak untuk bisa menjalankan bisnis yang satu ini. Hanya bermodal smartphone dan media sosial Anda sudah bisa melakukannya. Kerjanya pun hanya masuk pusat perbelanjaan mencari barang sesuai dengan keinginan klien yang percaya akan jasa Anda.
Hal inilah yang biasa dilakukan personal shopper atau jasa titip barang (jastip) yang sedang tren di media sosial. Barang yang dititip pun beragam, mulai barang mewah hingga kebutuhan rumah tangga seperti furnitur. Jasa ini menawarkan kemudahan dalam mencari barang yang diinginkan, hanya dengan memanfaatkan smartphone, duduk manis dan barang yang dititipkan pun datang.
Amelia Masniari atau yang akrab disapa Miss Jinjing menuturkan, banyak keuntungan dan kekurangan dari bisnis ini. Keuntungannya, pembeli bisa mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus keluar rumah. Semen tara bagi yang melakoninya, ini merupakan peluang usaha. Kekurangannya, pemerintah menjadi lebih mengetatkan peraturan barang asing yang akan masuk ke Tanah Air.
"Hal ini yang sebenarnya membuat gemes, karena membuat krisis kepercayaan belanja dan krisis kepercayaan berkonsumsi masyarakat. Akhirnya, daya beli pun menurun," tambahnya saat dihubungi KORAN SINDO.
Namun, Amelia pun memiliki kekhawatiran tersendiri dari fenomena jastip. Sebab, setiap barang yang dibawa tidak selalu aman dan lolos pengecekan di bandara. Terutama untuk barang, seperti make-up, obat-obatan, dan makanan. "Kalau barang fashion mungkin masih aman ya, tapi kalau kosmetik dan makanan lebih baik jangan. Karena kita enggak tahu kandungan merkuri yang ada di dalam kosmetik tersebut. Adapun untuk makanan kita juga tidak tahu kandungannya apa saja karena tidak ada kontrol dari BPOM," kata Amelia saat dihubungi KORAN SINDO.
(Baca Juga: Jasa Titip Manjakan Shopaholic
(Baca Juga: Meraih Untung lewat Jasa Titip
(Baca juga: Personal Shopper Memanfaatkan Media Sosial untuk Berjualan )
Meskipun biaya jastip bisa sampai 10%, tapi tidak bisa menutupi biaya lelah untuk mencari barang dan packaging. Namun kalau jumlah pembelinya banyak, hasil yang didapat pun lumayan. "Sebenarnya aku sudah lama sekali meninggalkan dunia jastip ini. Dulu waktu aku masih aktif, omzet yang didapat bisa sekitar 30% sampai 20%. Itu sudah termasuk hitungan biaya penambahan bagasi. Aku selalu share kepada orang yang titip barang," ujarnya.
Saat masih melakoni jastip, dalam satu bulan Amelia bisa bepergian 2 sampai 3 kali untuk berbelanja barang yang diinginkan. Untuk item yang diburunya kebanyakan kebutuhan fashion, seperti tas dan sepatu. Lalu saat ditanya, bagaimana bisnis ini bisa terus berkembang? Amelia pun mengungkapkan, para pebisnis jastip ini melihat belanja untuk kesenangan, bukan sekadar mencari keuntungan semata. Adapun yang ditawarkan dari jastip adalah memberikan kemudahan dalam berbelanja.
Meski terlihat menarik, bisnis ini pun tidak jauh dari risiko. Seperti overweight barang pada saat di bawa. "Mereka yang menggunakan jastip ini melihat ada kelebihannya, yaitu barangnya lebih pasti karena dibeli di tempat yang asli," katanya.
Amelia pun menambahkan, yang dicari dari jastip ini barang yang memiliki kualitas asli. Barang yang pasti, sesuatu yang mereknya asli. Bisnis ini pun semakin ramai karena ada pengaruh media sosial juga. Namun, saat Anda ingin menggunakan jastip untuk membeli suatu barang, sebaiknya pilih yang sesuai dengan kebutuhan. "Tipsnya saat ingin menggunakan jastip, yaitu yang realistis saja dalam memilih barangnya," tutup Amelia.
Hal inilah yang biasa dilakukan personal shopper atau jasa titip barang (jastip) yang sedang tren di media sosial. Barang yang dititip pun beragam, mulai barang mewah hingga kebutuhan rumah tangga seperti furnitur. Jasa ini menawarkan kemudahan dalam mencari barang yang diinginkan, hanya dengan memanfaatkan smartphone, duduk manis dan barang yang dititipkan pun datang.
Amelia Masniari atau yang akrab disapa Miss Jinjing menuturkan, banyak keuntungan dan kekurangan dari bisnis ini. Keuntungannya, pembeli bisa mendapatkan barang yang diinginkan tanpa harus keluar rumah. Semen tara bagi yang melakoninya, ini merupakan peluang usaha. Kekurangannya, pemerintah menjadi lebih mengetatkan peraturan barang asing yang akan masuk ke Tanah Air.
"Hal ini yang sebenarnya membuat gemes, karena membuat krisis kepercayaan belanja dan krisis kepercayaan berkonsumsi masyarakat. Akhirnya, daya beli pun menurun," tambahnya saat dihubungi KORAN SINDO.
Namun, Amelia pun memiliki kekhawatiran tersendiri dari fenomena jastip. Sebab, setiap barang yang dibawa tidak selalu aman dan lolos pengecekan di bandara. Terutama untuk barang, seperti make-up, obat-obatan, dan makanan. "Kalau barang fashion mungkin masih aman ya, tapi kalau kosmetik dan makanan lebih baik jangan. Karena kita enggak tahu kandungan merkuri yang ada di dalam kosmetik tersebut. Adapun untuk makanan kita juga tidak tahu kandungannya apa saja karena tidak ada kontrol dari BPOM," kata Amelia saat dihubungi KORAN SINDO.
(Baca Juga: Jasa Titip Manjakan Shopaholic
(Baca Juga: Meraih Untung lewat Jasa Titip
(Baca juga: Personal Shopper Memanfaatkan Media Sosial untuk Berjualan )
Meskipun biaya jastip bisa sampai 10%, tapi tidak bisa menutupi biaya lelah untuk mencari barang dan packaging. Namun kalau jumlah pembelinya banyak, hasil yang didapat pun lumayan. "Sebenarnya aku sudah lama sekali meninggalkan dunia jastip ini. Dulu waktu aku masih aktif, omzet yang didapat bisa sekitar 30% sampai 20%. Itu sudah termasuk hitungan biaya penambahan bagasi. Aku selalu share kepada orang yang titip barang," ujarnya.
Saat masih melakoni jastip, dalam satu bulan Amelia bisa bepergian 2 sampai 3 kali untuk berbelanja barang yang diinginkan. Untuk item yang diburunya kebanyakan kebutuhan fashion, seperti tas dan sepatu. Lalu saat ditanya, bagaimana bisnis ini bisa terus berkembang? Amelia pun mengungkapkan, para pebisnis jastip ini melihat belanja untuk kesenangan, bukan sekadar mencari keuntungan semata. Adapun yang ditawarkan dari jastip adalah memberikan kemudahan dalam berbelanja.
Meski terlihat menarik, bisnis ini pun tidak jauh dari risiko. Seperti overweight barang pada saat di bawa. "Mereka yang menggunakan jastip ini melihat ada kelebihannya, yaitu barangnya lebih pasti karena dibeli di tempat yang asli," katanya.
Amelia pun menambahkan, yang dicari dari jastip ini barang yang memiliki kualitas asli. Barang yang pasti, sesuatu yang mereknya asli. Bisnis ini pun semakin ramai karena ada pengaruh media sosial juga. Namun, saat Anda ingin menggunakan jastip untuk membeli suatu barang, sebaiknya pilih yang sesuai dengan kebutuhan. "Tipsnya saat ingin menggunakan jastip, yaitu yang realistis saja dalam memilih barangnya," tutup Amelia.
(amm)