Pasar Penting Ekspor Alas Kaki Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Delegasi Kementerian Perdagangan (Kemendag) bertemu dengan Asosiasi Distributor dan Peritel Alas Kaki AS (Footwear Distributors and Retailers of America/FDRA). FDRA mewakili 80% total penjualan sepatu di AS dan beranggotakan lebih dari 130 perusahaan yang memasarkan 250 merek sepatu.
Pasar AS, menurut Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag Syahrul Mamma, merupakan pasar yang berarti bagi ekspor alas kaki Indonesia. “AS merupakan pasar penting bagi ekspor alas kaki Indonesia dengan nilai sebesar USD 1,22 miliar atau sekitar 7,5% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-November 2017,” terangnya seperti dilansir laman resmi Kemendag.
Atase Perdagangan untuk Washington DC Reza Pahlevi Chairul menambahkan, ekspor alas kaki Indonesia ke AS masih berpotensi untuk terus tumbuh. “Indonesia menempati urutan ke-3 negara asal importasi sepatu ke pasar AS, dengan porsi 4% dari total 2,5 miliar pasang sepatu yang diimpor setiap tahun. Masih terdapat potensi peningkatan ekspor produk sepatu Indonesia ke pasar AS. Harga, inovasi, dan desain menjadi faktor kunci pasar sepatu AS,” ungkap Reza.
Perusahaan sepatu AS, menurut Reza, melakukan offshore sumber sepatunya ke negara-negara dengan upah buruh yang kompetitif, termasuk ke Indonesia. “Melihat peluang tersebut, kami akan terus menjajaki kerja sama dengan FDRA terkait dengan produksi sepatu yang berkualitas melalui desain, pemasaran, dan distribusi di pasar AS,” kata Reza.
Dalam pertemuan dengan FDRA ini, kedua pihak membahas berbagai hal mulai dari produk sepatu Indonesia sampai penerapan standar dan persyaratan teknis yang berlaku di AS. Pembahasan bertujuan untuk menggali informasi yang dapat membantu mengembangkan kualitas produk alas kaki Indonesia, sehingga dapat memenuhi persyaratan ekspor, khususnya ke AS.
FDRA menggambarkan, peraturan untuk mengimpor sepatu anak lebih ketat dari sepatu dewasa terkait kandungan logam berat dan ftalat pada sepatu anak. Untuk persyaratan ini, Pemerintah AS secara rutin melakukan pengawasan dan penarikan terhadap produk yang tidak memenuhi persyaratan.
“Pertemuan dengan FDRA diharapkan dapat membantu meningkatkan ekspor produk alas kaki Indonesia ke AS melalui kerja sama pertukaran data dan informasi tentang persyaratan teknis produk alas kaki di kedua negara,” ungkap Syahrul.
Total ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada periode Januari-November 2017 adalah USD17,8 miliar atau meningkat 5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (US Department of Commerce). Produk utama ekspor Indonesia meliputi pakaian, pakaian bahan rajutan, karet alam, ikan dan produk perikanan, alas kaki, serta CPO dan turunannya. Secara global, AS menempati peringkat kedua pasar tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Pasar AS, menurut Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag Syahrul Mamma, merupakan pasar yang berarti bagi ekspor alas kaki Indonesia. “AS merupakan pasar penting bagi ekspor alas kaki Indonesia dengan nilai sebesar USD 1,22 miliar atau sekitar 7,5% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-November 2017,” terangnya seperti dilansir laman resmi Kemendag.
Atase Perdagangan untuk Washington DC Reza Pahlevi Chairul menambahkan, ekspor alas kaki Indonesia ke AS masih berpotensi untuk terus tumbuh. “Indonesia menempati urutan ke-3 negara asal importasi sepatu ke pasar AS, dengan porsi 4% dari total 2,5 miliar pasang sepatu yang diimpor setiap tahun. Masih terdapat potensi peningkatan ekspor produk sepatu Indonesia ke pasar AS. Harga, inovasi, dan desain menjadi faktor kunci pasar sepatu AS,” ungkap Reza.
Perusahaan sepatu AS, menurut Reza, melakukan offshore sumber sepatunya ke negara-negara dengan upah buruh yang kompetitif, termasuk ke Indonesia. “Melihat peluang tersebut, kami akan terus menjajaki kerja sama dengan FDRA terkait dengan produksi sepatu yang berkualitas melalui desain, pemasaran, dan distribusi di pasar AS,” kata Reza.
Dalam pertemuan dengan FDRA ini, kedua pihak membahas berbagai hal mulai dari produk sepatu Indonesia sampai penerapan standar dan persyaratan teknis yang berlaku di AS. Pembahasan bertujuan untuk menggali informasi yang dapat membantu mengembangkan kualitas produk alas kaki Indonesia, sehingga dapat memenuhi persyaratan ekspor, khususnya ke AS.
FDRA menggambarkan, peraturan untuk mengimpor sepatu anak lebih ketat dari sepatu dewasa terkait kandungan logam berat dan ftalat pada sepatu anak. Untuk persyaratan ini, Pemerintah AS secara rutin melakukan pengawasan dan penarikan terhadap produk yang tidak memenuhi persyaratan.
“Pertemuan dengan FDRA diharapkan dapat membantu meningkatkan ekspor produk alas kaki Indonesia ke AS melalui kerja sama pertukaran data dan informasi tentang persyaratan teknis produk alas kaki di kedua negara,” ungkap Syahrul.
Total ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada periode Januari-November 2017 adalah USD17,8 miliar atau meningkat 5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (US Department of Commerce). Produk utama ekspor Indonesia meliputi pakaian, pakaian bahan rajutan, karet alam, ikan dan produk perikanan, alas kaki, serta CPO dan turunannya. Secara global, AS menempati peringkat kedua pasar tujuan ekspor terbesar Indonesia.
(akr)