Rupiah Menguat ke Rp13.760 Tertolong Kekhawatiran Perang Dagang

Rabu, 07 Maret 2018 - 17:48 WIB
Rupiah Menguat ke Rp13.760 Tertolong Kekhawatiran Perang Dagang
Rupiah Menguat ke Rp13.760 Tertolong Kekhawatiran Perang Dagang
A A A
JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan di pasar spot bergerak di ruang sempit. Indeks Bloomberg pada Rabu (7/3/2018) mencatat rupiah ditutup di level Rp13.760 per USD, alias naik 16 poin atau 0,12% dibanding penutupan kemarin di Rp13.776 per USD.

Namun nilai ini melemah dibanding saat pembukaan, yaitu dibuka menguat 18 poin atau 0,13% ke level Rp13.758 per USD. Rabu ini, mata uang NKRI diperdagangkan di kisaran Rp13.750-Rp13.777 per USD.

Data Yahoo Finance mencatat rupiah pada petang ini, menguat tipis 6 poin atau 0,04% menjadi ke level Rp13.762 per USD, dibanding penutupan Selasa di level Rp13.768. Hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.748-Rp13.772 per USD.

Sepekan terakhir ini, rupiah berada di jalur undervalued. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menuturkan, nilai rupiah yang saat ini berada di rentang Rp13.700-Rp13.800 sudah undervalued alias di bawah batas wajar. Menurutnya, nilai rupiah yang dianggap wajar dan sesuai fundamental adalah di level Rp13.200 hingga Rp13.300 per USD.

Menguatnya laju rupiah pada Rabu ini, seiring kekhawatiran atas perang dagang. Presiden AS, Donald Trump bersikukuh akan menerapkan tarif baja dan aluminium terhadap Uni Eropa. Hal ini ditambah dengan pengunduran diri penasihat ekonomi Trump, yaitu Gary Cohn yang dikenal sebagai pendukung perdagangan bebas.

Melansir Reuters, Rabu (7/3/2018), indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingan utama, turun 0,67% menjadi 89,40, level terendah dua pekan. Alhasil dolar turun menjadi 105,67 yen dari sekitar 106,10, sebelum Cohn pergi dari Gedung Putih.

Kepergian Cohn disebut-sebut menguatkan pasukan proteksionis yang ada di Gedung Putih. Analisa ANZ mengatakan bisa berdampak buruk bagi pasar keuangan, yaitu berpotensi menimbulkan volatilitas.

Investor menduga pasukan proteksionis di Gedung Putih mendukung penggunaan dolar yang lebih rendah untuk meningkatkan daya saing ekspor Amerika Serikat sehingga membuat impor lebih mahal.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6876 seconds (0.1#10.140)