RI-Selandia Baru Kejar Target Perdagangan Rp40 T di 2024
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Selandia Baru sangat berpotensi meningkatkan hubungan perdagangan di masa depan. Kedua negara bahkan telah menyepakati peningkatan nilai total perdagangan sebesar USD2,9 miliar atau Rp40 triliun di tahun 2024.
Terkait dengan itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melangsungkan misi dagang ke Selandia Baru dengan menggelar forum bisnis Indonesia-Selandia Baru di Auckland, Selandia Baru, 16–19 Maret 2018. Dalam kesempatan itu delegasi Indonesia mempromosikan kopi, minyak kelapa sawit, energi terbarukan, dan jasa tenaga kerja.
"Produk-produk ini dibawa oleh pelaku usaha kami yang sangat tertarik untuk bermitra dengan pelaku usaha Selandia Baru," ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda dalam keterangan resminya, Jumat (16/3/2018).
Forum bisnis tersebut dihadiri sekitar 100 pelaku usaha Indonesia dan calon pembeli (buyer) dari Selandia Baru. Pelaku usaha Indonesia mewakili sektor-sektor seperti furnitur, kertas, CPO, kopi, produk agro, jasa, hingga energi.
Dalam forum bisnis tersebut, Arlinda mempromosikan keunggulan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ke-4 sekaligus eksportir terbesar ke-7 dunia. Nilai ekspor kopi Indonesia ke dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD1,18 miliar.
"Indonesia telah memiliki 20 kopi indikasi geografis. Artinya, kopi dari setiap daerah memiliki cita rasa khas yang berbeda dengan daerah lain. Tentunya hal ini adalah suatu keunikan yang patut diapresiasi oleh penikmat kopi di Selandia Baru," tutur Arlinda.
Untuk minyak kelapa sawit, Arlinda menyampaikan kepada para buyer bahwa Indonesia adalah negara produsen terbesar dunia dengan nilai ekspor tahun 2017 mencapai USD20,7 miliar atau 47,93% dari total pasar minyak sawit dunia. Pemerintah Indonesia, imbuh dia, juga berkomitmen untuk terus memastikan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek produk sawit Indonesia.
Sementara itu di sektor jasa, pemerintah Indonesia telah menetapkan Selandia Baru sebagai negara prioritas untuk penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) formal/profesional, terutama di sektor hospitality dan perkebunan.
Data tahun 2017 menunjukkan total ekspor Indonesia ke Selandia Baru sebesar USD437,8 juta. Nilai ini baru sebesar 1,09% total impor Selandia Baru dari dunia yang jumlahnya mencapai USD40,1 miliar.
Sementara itu, total ekspor Selandia Baru ke Indonesia sebesar USD 751,1 juta atau baru 0,47% total impor Indonesia dari dunia sebesar USD156,9 miliar.
"Kami optimistis target perdagangan kedua negara sebesar Rp40 triliun dapat tercapai. Hal ini juga akan didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% dan Selandia Baru sebesar 3% di tahun 2017," ungkap Arlinda.
Terkait dengan itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melangsungkan misi dagang ke Selandia Baru dengan menggelar forum bisnis Indonesia-Selandia Baru di Auckland, Selandia Baru, 16–19 Maret 2018. Dalam kesempatan itu delegasi Indonesia mempromosikan kopi, minyak kelapa sawit, energi terbarukan, dan jasa tenaga kerja.
"Produk-produk ini dibawa oleh pelaku usaha kami yang sangat tertarik untuk bermitra dengan pelaku usaha Selandia Baru," ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda dalam keterangan resminya, Jumat (16/3/2018).
Forum bisnis tersebut dihadiri sekitar 100 pelaku usaha Indonesia dan calon pembeli (buyer) dari Selandia Baru. Pelaku usaha Indonesia mewakili sektor-sektor seperti furnitur, kertas, CPO, kopi, produk agro, jasa, hingga energi.
Dalam forum bisnis tersebut, Arlinda mempromosikan keunggulan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ke-4 sekaligus eksportir terbesar ke-7 dunia. Nilai ekspor kopi Indonesia ke dunia tahun 2017 tercatat sebesar USD1,18 miliar.
"Indonesia telah memiliki 20 kopi indikasi geografis. Artinya, kopi dari setiap daerah memiliki cita rasa khas yang berbeda dengan daerah lain. Tentunya hal ini adalah suatu keunikan yang patut diapresiasi oleh penikmat kopi di Selandia Baru," tutur Arlinda.
Untuk minyak kelapa sawit, Arlinda menyampaikan kepada para buyer bahwa Indonesia adalah negara produsen terbesar dunia dengan nilai ekspor tahun 2017 mencapai USD20,7 miliar atau 47,93% dari total pasar minyak sawit dunia. Pemerintah Indonesia, imbuh dia, juga berkomitmen untuk terus memastikan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek produk sawit Indonesia.
Sementara itu di sektor jasa, pemerintah Indonesia telah menetapkan Selandia Baru sebagai negara prioritas untuk penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) formal/profesional, terutama di sektor hospitality dan perkebunan.
Data tahun 2017 menunjukkan total ekspor Indonesia ke Selandia Baru sebesar USD437,8 juta. Nilai ini baru sebesar 1,09% total impor Selandia Baru dari dunia yang jumlahnya mencapai USD40,1 miliar.
Sementara itu, total ekspor Selandia Baru ke Indonesia sebesar USD 751,1 juta atau baru 0,47% total impor Indonesia dari dunia sebesar USD156,9 miliar.
"Kami optimistis target perdagangan kedua negara sebesar Rp40 triliun dapat tercapai. Hal ini juga akan didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% dan Selandia Baru sebesar 3% di tahun 2017," ungkap Arlinda.
(fjo)