Pengamat: Kenaikan Rating Tanda Kebijakan Moneter Kredibel
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan, rating upgrade oleh Moody’s menunjukkan bahwa kerangka kebijakan, baik fiskal dan moneter kredibel dan efektif dalam menjaga stabilitas makroekonomi.
Defisit fiskal dan tingkat utang yang terjaga dengan baik telah mengurangi risiko pembiayaan. Sementara di sisi kebijakan moneter, kebijakan Bank Indonesia dalam menjangkar inflasi dan stabilitas nilai tukar juga terus menjaga iklim investasi.
Selain itu, sambung dia, rasio jatuh tempo utang Indonesia terhadap cadangan devisa menunjukkan kerentanan eksternal berada pada tingkat aman. "Dengan rating upgrade tersebut, ada potensi CDS Indonesia cenderung turun yang mengindikasikan persepsi risiko investasi juga terus membaik. Dengan demikian, cost of borrowing pun cenderung lebih rendah," ujar Josua saat dihubungi Sabtu (14/4/2018).
Iklim investasi pun diperkirakan akan semakin membaik, baik investasi portofolio atau investasi di sektor riil yang akan menjadi pendorong utama dalam perekonomian. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan, kenaikan peringkat utang Moodys di satu sisi merupakan optimisme akan membaiknya perekonomian Indonesia.
Implikasi dari kenaikan rating utang ini akan mendorong sentimen positif bagi investasi di sektor portfolio. Dalam satu minggu sebelum, Moody's umumkan upgrade rating, investor domestik mencatat pembelian saham hingga Rp9,7 triliun sedangkan investor domestik Rp19,7 triliun.
"Efek ke realisasi investasi langsung (FDI) pun diperkirakan akan tumbuh 13,5%-14% lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun lalu yang hanya 13,1%," ujar dia saat dihubungi Sabtu (14/4).
Bhima melanjutkan, rating utang yang di upgrade akan mengoffset risiko investasi di tahun politik. Investor bisa lebih yakin bahwa prospek investasi Indonesia dalam jangka panjang cukup stabil dan aman.
Bhima menuturkan, kenaikan rating Moodys diprediksi akan berlanjut seiring pemulihan konsumsi rumah tangga, besarnya stimulus fiskal dan kinerja ekspor yang membaik. "Jika pemerintah konsisten menjaga fiskal agar tetap kredibel dan defisit terjaga dibawah target 2,19% harapannya lembaga kredit lain yakni S&P dan Fitch akan mengikuti jejak Moody's," pungkas dia.
Yang perlu jadi perhatian ke depan adalah utang BUMN dapat mengakibatkan naiknya resiko contigent liabilities. "Pemerintah harus hati-hati dalam dorong BUMN untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Resiko kedua adalah pengetatan moneter, efek perang dagang serta ancaman serangan AS ke Suriah yang membuat kondisi geopolitik kurang stabil," terang dia.
Defisit fiskal dan tingkat utang yang terjaga dengan baik telah mengurangi risiko pembiayaan. Sementara di sisi kebijakan moneter, kebijakan Bank Indonesia dalam menjangkar inflasi dan stabilitas nilai tukar juga terus menjaga iklim investasi.
Selain itu, sambung dia, rasio jatuh tempo utang Indonesia terhadap cadangan devisa menunjukkan kerentanan eksternal berada pada tingkat aman. "Dengan rating upgrade tersebut, ada potensi CDS Indonesia cenderung turun yang mengindikasikan persepsi risiko investasi juga terus membaik. Dengan demikian, cost of borrowing pun cenderung lebih rendah," ujar Josua saat dihubungi Sabtu (14/4/2018).
Iklim investasi pun diperkirakan akan semakin membaik, baik investasi portofolio atau investasi di sektor riil yang akan menjadi pendorong utama dalam perekonomian. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menambahkan, kenaikan peringkat utang Moodys di satu sisi merupakan optimisme akan membaiknya perekonomian Indonesia.
Implikasi dari kenaikan rating utang ini akan mendorong sentimen positif bagi investasi di sektor portfolio. Dalam satu minggu sebelum, Moody's umumkan upgrade rating, investor domestik mencatat pembelian saham hingga Rp9,7 triliun sedangkan investor domestik Rp19,7 triliun.
"Efek ke realisasi investasi langsung (FDI) pun diperkirakan akan tumbuh 13,5%-14% lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun lalu yang hanya 13,1%," ujar dia saat dihubungi Sabtu (14/4).
Bhima melanjutkan, rating utang yang di upgrade akan mengoffset risiko investasi di tahun politik. Investor bisa lebih yakin bahwa prospek investasi Indonesia dalam jangka panjang cukup stabil dan aman.
Bhima menuturkan, kenaikan rating Moodys diprediksi akan berlanjut seiring pemulihan konsumsi rumah tangga, besarnya stimulus fiskal dan kinerja ekspor yang membaik. "Jika pemerintah konsisten menjaga fiskal agar tetap kredibel dan defisit terjaga dibawah target 2,19% harapannya lembaga kredit lain yakni S&P dan Fitch akan mengikuti jejak Moody's," pungkas dia.
Yang perlu jadi perhatian ke depan adalah utang BUMN dapat mengakibatkan naiknya resiko contigent liabilities. "Pemerintah harus hati-hati dalam dorong BUMN untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Resiko kedua adalah pengetatan moneter, efek perang dagang serta ancaman serangan AS ke Suriah yang membuat kondisi geopolitik kurang stabil," terang dia.
(ven)