Harga Minyak Menguat Karena Kekhawatiran di Timur Tengah
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia naik pada perdagangan Selasa (17/4/2018) karena kekhawatiran kemungkinan adanya risiko gangguan pasokan, terutama di Timur Tengah.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent International naik 38 sen atau 0,5% menjadi USD71,80 per barel pada pukul 01:20 GMT. Begitu pula harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang naik 39 sen atau 0,6% menjadi USD66,61 per barel.
Para pedagang mengatakan pasar minyak berpotensi mengalami gangguan pasokan, disebabkan potensi penyebaran konflik di Timur Tengah. Pasalnya, selepas Amerika Serikat melancarkan serangan militer ke Suriah, AS juga menerapkan sanksi baru terhadap Iran.
"Dengan begitu bantak potensi gangguan pasokan dan pergolakan harga dalam waktu dekat. Pedagang harus terus membayar premi risiko geopolitik di Timur Tengah," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di bursa berjangka OANDA di Singapura.
Lanjut Innes, harga minyak akan bergejolak, setidaknya sampai batas waktu kesepakatan nuklir Iran pada 12 Mei mendatang. Selain itu, masih terusnya OPEC dan negara-negara produsen di luar OPEC, terutama Rusia yang memperpanjang pemangkasan produksi.
Dan sepanjang tahun ini, harga Brent telah naik sekitar 16%, karena meningkatnya permintaan. Sementara itu dari sisi pasokan berkurang, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus melakukan pengetatan pasar demi menaikkan harga.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent International naik 38 sen atau 0,5% menjadi USD71,80 per barel pada pukul 01:20 GMT. Begitu pula harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang naik 39 sen atau 0,6% menjadi USD66,61 per barel.
Para pedagang mengatakan pasar minyak berpotensi mengalami gangguan pasokan, disebabkan potensi penyebaran konflik di Timur Tengah. Pasalnya, selepas Amerika Serikat melancarkan serangan militer ke Suriah, AS juga menerapkan sanksi baru terhadap Iran.
"Dengan begitu bantak potensi gangguan pasokan dan pergolakan harga dalam waktu dekat. Pedagang harus terus membayar premi risiko geopolitik di Timur Tengah," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di bursa berjangka OANDA di Singapura.
Lanjut Innes, harga minyak akan bergejolak, setidaknya sampai batas waktu kesepakatan nuklir Iran pada 12 Mei mendatang. Selain itu, masih terusnya OPEC dan negara-negara produsen di luar OPEC, terutama Rusia yang memperpanjang pemangkasan produksi.
Dan sepanjang tahun ini, harga Brent telah naik sekitar 16%, karena meningkatnya permintaan. Sementara itu dari sisi pasokan berkurang, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus melakukan pengetatan pasar demi menaikkan harga.
(ven)