Penuhi Target Investasi Rp765 Triliun, 2 Proyek Raksasa Digenjot
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menyatakan saat ini pihaknya memprioritaskan proyek-proyek raksasa untuk memenuhi target investasi Rp765 triliun di tahun 2018 ini. Pasalnya, saat ini iklim investasi di Indonesia sedikit mengalami gejolak karena mata uang dolar Amerika Serikat (USD) yang makin perkasa dan membuat banyak investor lari ke negara tersebut.
(Baca Juga: Buka Lebar Pintu Investasi, Ambisi RI Salip Malaysia dan Vietnam
Dia mengatakan, BKPM telah memetakan beberapa megaproyek yang sekiranya dapat mendatangkan investasi dalam jumlah yang besar. Pertama, proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Morowali. Saat ini, proyek tersebut sudah berjalan dan berpotensi berlanjut ke fase berikutnya. Adapun nilai investasi dari megaproyek tersebut mencapai USD5 hingga USD10 miliar.
"Itu bisa berlanjut ke fase berikutnya yang nilai investasi sangat besar, bisa USD5-10 miliar. Untuk fase berikutnya itu termasuk infrastruktur, pembangkit listrik untuk komplek smelter tersebut ya kan itu contoh paling utama," katanya di Gedung BKPM beberapa waktu lalu.
Proyek kedua yang jadi andalan BKPM untuk menggenjot investasi di tahun ini adalah pembangunan Pelabuhan Patimban yang memiliki nilai investasi USD3 miliar. Proyek tersebut merupakan proyek kerja sama government to government (G to G) dengan Jepang. Selain nilai investasi yang cukup besar, proyek Pelabuhan Patimban juga berdampak terhadap peningkatan ekspor Indonesia, khususnya ekspor produk otomotif.
"Komponen otomotif karena salah satu fitur utama pelabuhan Patimban tu terminal mobil supaya industri otomotif kita clusternya udah berkembang di Cikarang dan Karawang semua bisa mengekspor mobil dalam jumlah besar," tandasnya.
(Baca Juga: Buka Lebar Pintu Investasi, Ambisi RI Salip Malaysia dan Vietnam
Dia mengatakan, BKPM telah memetakan beberapa megaproyek yang sekiranya dapat mendatangkan investasi dalam jumlah yang besar. Pertama, proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Morowali. Saat ini, proyek tersebut sudah berjalan dan berpotensi berlanjut ke fase berikutnya. Adapun nilai investasi dari megaproyek tersebut mencapai USD5 hingga USD10 miliar.
"Itu bisa berlanjut ke fase berikutnya yang nilai investasi sangat besar, bisa USD5-10 miliar. Untuk fase berikutnya itu termasuk infrastruktur, pembangkit listrik untuk komplek smelter tersebut ya kan itu contoh paling utama," katanya di Gedung BKPM beberapa waktu lalu.
Proyek kedua yang jadi andalan BKPM untuk menggenjot investasi di tahun ini adalah pembangunan Pelabuhan Patimban yang memiliki nilai investasi USD3 miliar. Proyek tersebut merupakan proyek kerja sama government to government (G to G) dengan Jepang. Selain nilai investasi yang cukup besar, proyek Pelabuhan Patimban juga berdampak terhadap peningkatan ekspor Indonesia, khususnya ekspor produk otomotif.
"Komponen otomotif karena salah satu fitur utama pelabuhan Patimban tu terminal mobil supaya industri otomotif kita clusternya udah berkembang di Cikarang dan Karawang semua bisa mengekspor mobil dalam jumlah besar," tandasnya.
(akr)